Kampung PAYAKSANTREN
Bergabung 13 Juli 2013
Konten dihapus Konten ditambahkan
→dokumen: bagian baru |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4:
== Sejarah ==
Berdasarkan penelitian [[Agus Sulton]] (Mahasiswa Pascasarjana FIB UNAIR), [[Surabaya]]. Dusun Payak Santren adalah bagian dari desa Rejoagung kecamatan Ngoro kabupaten Jombang. Payak Santren merupakan dusun perbatasan antara wilayah kabupaten Jombang dengan kabupaten Kediri. Tetapi dalam sejarahnya dusun Payak Santren dulu masuk kabupaten Kediri. Setelah Jombang dibentuk sebagai kabupaten 20 Maret 1881, baru setelah tahun berikutnya sekitar tahun 1900, dusun Payak Santren ditetapkan masuk dalam wilayah kabupaten Jombang. Saat ini, hampir 90% penduduknya hidup menekuni bercocok tanam padi secara tradisional. Masyarakat hidup dalam kerukunan dan kesederhanaan. Dalam organisasi keagamaan, Payak Santren mempunyai substansi paling kuat, seperti Dibaan, Yasinan, Rutinan, Karang Taruna, Manaqib, Lailatul Ijtima, Taman Baca Al-Qur’an, dan Pengajian Kitab Kuning. Pada generasi sebelumnya hingga sekarang, Payak Santren adalah basis masyarakat santri sehingga tidak salah kalau Payak Santren keorganisasian religius menjadi prioritas utama.
Konon menurut cerita lisan, nama kampung ini menyimpan sejarah panjang sampai akhirnya diabadikan sebagai nama dusun. Menurut informan KH. Khomsin Syahir, nama ”payak” diperkirakan berasal dari cara orang Jawa mengucapkan ”oyak-oyak”. Orang Jawa menyebut kata ”oyak-oyak” menjadi ”payak”. Perubahan kontaminasi regular tersebut kemungkinan karena pengaruh alomorf ganda bersamaan indiosinkretik penuturnya. Konsekuensi perubahan bunyi itu mengandung cerita terkait dari masyarakat sekitar. Oyak-oyak mempunyai padanan kata diobyak atau digrebek (diganggu). Tradisi lisan yang berkembang sampai sekarang, dulu saat Trunojoyo melarikan ke Kediri, lebih tepatnya yang sekarang menjadi nama dusun Payak Santren. Trunojoyo dikejar-kejar oleh VOC. Pedepokan (markas) yang sebelumnya di dusun Payak Santren, dioyak-oyak oleh Kolonial Belanda pindah ke kampung Payak Mundil. Tidak lama mendirikan singgahan di Payak Mundil, dioyak-oyak lagi, kemudian pindah ke Payak Sanggrok. Dari pelarian kampung ke kampung itulah, nama morfem (kata) ”oyak-oyak” melalui proses fonetis menjadi afiks trilogi dusun ”payak”.
|