Nori: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 4:
Walaupun warna tidak dapat dijadikan pegangan kualitas, lembaran nori berkualitas tinggi umumnya berwarna hitam kehijauan, sedangkan nori berkualitas lebih rendah berwarna hijau hingga hijau muda.
Jepang, RRC, dan Korea merupakan produsen nori terbesar di dunia. Di RRC, nori disebut sebagai '''hǎitái''' (<font lang="zh">海苔</font>), dan di [[Korea]] disebut '''gim''' (<font lang="ko">김</font>).
[[Korea]] terkenal dengan nori berbumbu minyak wijen, cabai, dan butiran garam yang agak kasar sehingga berbau khas dan terasa agak pedas.
Baris 19:
: Satu lembar Nori dibagi tiga, dilekatkan di bagian dasar Onigiri sehingga mudah dipegang dengan tangan.
* Ajitsuke Nori atau Okazunori
: Satu lembar Nori standar yang sudah diberi berbumbu garam dapur, kecap asin, gula atau [[mirin]] dipotong menjadi 8 atau 12 potongan kecil. Pada umumnya dimakan sebagai teman makan nasi sewaktu sarapan pagi atau dimakan begitu saja sebagai makanan ringan.
* Mominori
: Ajitsuke Nori yang sudah diberi berbumbu garam, kecap asin, gula atau [[mirin]] dan dicabik-cabik sampai menjadi potongan berukuran kecil yang tidak seragam. Digunakan sebagai hiasan pada makanan Jepang seperti [[Donburi]] atau [[Sushi|Chirashizushi]]
Baris 34:
[[Berkas:Senbei_Nori_001.jpg|thumb|Makanan ringan Nori senbei]]
Pada [[musim gugur]] di saat suhu air laut sekitar 20℃, di laut yang berada di dekat mulut sungai dipasang sangkutan/kolektor untuk menangkap spora (hibi=Jepang). Dulu digunakan ranting-ranting tanaman sejenis palem maupun jaring nilon. Pemasangan ''hibi''biasanya dilakukan pada wilayah perairan tempat tumbuhnya nori secara alami. Spora rumput laut nori yang dilepaskan dari tanaman gametofit maupun conchocelis akan menempel pada "hibi". Selanjutnya, "hibi" dipindahkan (transplantasi)ke wilayah perairan yang sesuai (biasanya berdasarkan pengalaman. Tanaman baru nori akan tumbuh dengan cepat pada kondisi suhu agak naik dari suhu semula dan intensitas sinar matahari yang juga semakin meningkat.Panen sudah dapat dilakukan setelah tanaman berumur satu atau beberapa bulan dan dapat dilakukan panen berulang-ulang. Tanaman nori yang siap dipanen ditandai dengan warna lembar thalus coklat-keunguan. Setelah panen pertama, rumput laut masih bisa dipanen berulang kali dengan masa istirahat 10 hari.
Saat ini, budidaya nori di Jepang dilakukan dengan metode kultur fase conchocelis yang dilakukan di laboratorium pada beberapa perfecture.
Prosedur Budidaya Nori (Porphyra) di Jepang adalah sebagai berikut:
1) Kultur Fase Conchocelis; Dilakukan di laboratorium oleh unit-unit pembibitan nori milik pemerintah yang terdapat pada hampir semua perfecture di Jepang. Kultur fase conchocelis dimulai dengan merangsang spora (conchospora) matang. Tekniknya dengan menaikkan dan menurunkan suhu air (beberapa derajat)dan intensitas cahaya di ruang kultur.Setelah conchocelis dikultur pada kondisi terkontrol (suhu , kemudian suhu air dinaikkan untuk merangsang kematangan spora (conchospora) untuk siap dilepaskan dari lembaran thalus. Sedangkan untuk merangsang pelepasan spora dari thalus, maka suhu air diturunkan lagi sedikit di bawah suhu awal. Hal yang sama juga dilakukan terhadap intensitas cahaya. Pada suhu rendah dan intensitas cahaya agak rendah karpospora matang akan dilepaskan ke kolom air. Jika jumlah spora yang dilepaskan dalam semalam > 250 ribu sel spora per bidang pandang (di bawah mikroskop) maka selanjutnya net-net perlu dipasang di dalam bak. Net-net dipasang pada 2 buah rotator (pemutar) berbentuk gelundung dari bahan logam. Putaran rotator akan memebuat setiap bagian net tersentuh media air yang telah mengandung spora.
Bila pelepasan spora telah mencapai > 250 ribu sel maka jumlah sel spora dipandang mampu menempel optimal pada lembaran net. Keesokan harinya, net-net yang telah ditempeli spora dapat dipindahkan ke lokasi budidaya di alam.
2) Teknik Budidaya di Alam; Sepenuhnya dilakukan di alam pada lembaran-lembaran net yang telah ditempeli concospora dari laboratorium/unit pembibitan. Tiang-tiang (bambu/kayu) dipasang secara berjajar (kiri-kanan) memanjang, hingga puluhan atau ratusan meter. Jarak antar tiang sekitar 8 meter menyesuaikan dengan ukuran net (panjang 8 m; lebar 5 m). Pojok-pojok net diikatkan pada tiap tiang sehingga net akan terentang dengan baik/sempurna. Untuk menegangkan bagian tepi net pada sisi panjang, digunakan tali nilon (diameter 6-8 mm). Posisi/jarak net dari permukaan air laut terendah sekitar 50 - 75 meter guna menghindari kekeringan. Fase kultur conchospora menjadi tanaman gametofit pada nori memerlukan waktu yang singkat. Setelah lembaran net yang terpasang pada tiang-tiang penyangga maka conchospora akan bertumbuh dengan cepat. Tanaman nori akan tampak pada permukaan net antara 2 hingga 4 minggu kemudian berupa lembaran tipis berukuran beberapa milimeter dan berwarna hijau muda/hijau. Dalam waktu 6 hingga 10 minggu tanaman nori umumnya sudah dewasa dan berukuran beberapa sentimeter (tergantung jenisnya). Pada jenis Porphyra yesoensis yang dibudidaya di Jepang, ukuran lembaran thalus dapat mencapai 30 cm. Warna thalus coklat/coklat-keunguan menandakan bahwa tanaman nori sudah siap dipanen.
3) Pemanenan Nori; Nori yang telah cukup dewasa dilepas dengan melepaskan lembaran net dari tiang-tiang penyanggah. Lembaran net dimasukan ke dalam mesin khusus untuk memisahkan lembaran nori dari net. Mesin ini dipasang pada pada perahu (boat) yang cukup lebar pada saat pemanenan. Lembaran nori yang telah terpisah dari net kemudian siap diproses untuk menjadi lembaran nori kering.
4) Proses Pembuatan Lembaran Nori (kering)
a.Cara tradisional pembuatan Nori:
* Rumput laut hasil panen ditumbuk sampai menjadi bubur
* Bubur rumput laut dilebarkan seperti kertas di atas papan
* Nori dijemur di bawah sinar matahari hinga kering
b.Metode moderen:
|