Nahdlatul Wathan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 7:
Perpecahan terbesar tersebut terjadi pasca penetapan salah satu putri pendiri NW, yaitu Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid sebagai Ketua Umum PBNW di Muktamar X di Praya, Lombok Tengah menggantikan almarhum suaminya, Drs. H. Lalu Gede Sentane<ref name="arsipyy">''Arsipyy''. [http://laluhendribagus.blogspot.com/2012/07/sejarah-perpindahan-pusat-nw.html Sejarah Perpindahan Pusat NW]. Diakses 22 Agustus 2013.</ref>. Hasil Muktamar yang menghasilkan kepemimpinan perempuan tersebut dipolitisir dan ditolak oleh keluarga NW di Pancor. Jauh sebelumnya, sebelum wafatnya [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid|TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid]], memang sudah tampak persaingan antara dua putri pendiri NW tersebut yaitu Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid dengan Ummi Hj. Sitti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.
<br />
Sebelum tragedi perpecahan terbesar tersebut, NW telah berkali-kali mengalami tantangan berupa konflik internal. Menjelang tahun 1982, misalnya, terjadi pembekuan terhadap kepengurusan PWNW Lombok Tengah
Konflik tersebut menjalar keluar sehingga NW menyatakan sikap untuk Gerakan Tutup Mulut (GTM) dalam menyikapi pilihan politik mereka yang selama ini disalurkan melalui Golongan Karya<ref name="arsipxx">''Arsipxx''. [http://etnohistori.org/etnografi-konflik-kekuasaan-nahdlatul-wathan-nw-di-lombok-bag-2-kharisma-maulana-syaikh-saipul-hamdi.html Etnografi Konflik & Kekuasaan Nahdlatul Wathan (NW) di Lombok (bagian 2): Kharisma Maulana Syaikh]. Diakses 22 Agustus 2013.</ref>. <br />
Akibat perlakuan tersebut, NW Lombok Tengah yang kala itu dibawah bimbingan beberapa tuan guru murid dan sahabat [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid|TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid]] menyatakan sikap untuk keluar dari NW. Konon, surat pengunduran diri mereka tidak pernah ditanggapi baik oleh PBNW maupun oleh [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid|TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid]] sendiri.<br />
|