Mustafa Abdullah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Jayrangkoto (bicara | kontrib) |
||
Baris 28:
Bersama adiknya, Abbas Abdullah, ia dikenal sebagai pendiri Perguruan Islam Darul Funun yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ia juga dikenal sebagai pejuang [[Islam]] di [[Pulau Sumatera|Sumatera]] dan punya pemikiran luas untuk [[Indonesia]]. Karena ketokohannya, [[Soekarno]] setelah bebas dari masa pembuangannya di [[Kota Bengkulu|Bengkulu]], yang kala itu belum menjadi presiden Indonesia merasa perlu datang ke Padang Japang untuk berdiskusi dan minta petunjuk tentang berbagai masalah politik dan keagamaan, serta mengenai perjuangan kemerdekaan pada kedua ulama kakak beradik tersebut.
Pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI), kedua ulama itu juga banyak dimintai pendapat oleh tokoh-tokoh pejuang tentang perjuangan pada masa itu, bahkan [[Mohammad Natsir]] yang diutus Soekarno untuk menemui tokoh PDRI di Sumatera, juga harus menemui kedua tokoh ini. [[Buya Hamka]] yang dikenal sebagai ulama besar, pejuang dan sastrawan juga menaruh rasa hormat yang tinggi pada Syekh Mustafa Abdullah.
Setelah wafat, Syekh Mustafa Abdullah dan adiknya, Syekh Abbas Abdullah, dimakamkan di Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota. Tepatnya di Padang Japang, yang terletak sekitar 17 kilometer sebelah utara [[Kota Payakumbuh]].
|