Sugondo Djojopuspito: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6:
Sugondo Djojopuspito <ref>Drs. M. Soenyata Kartadarmadja: ''Sugondo Djojopuspito, Hasil Karya dan Pengabdiannya'', Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Dokumentasi Sejarah Nasional 1982/1983</ref> <ref> Sunaryo Joyopuspito: ''Soegondo Djojopoespito, Tokoh Pemuda 1928'', Museum Sumpah Pemuda 2011 </ref> lahir di [[Tuban]], [[22 Februari]] [[1905]] bapaknya bernama Kromosardjono adalah seorang Penghulu dan Mantri Juru Tulis Desa di kota [[Tuban]], [[Jawa Timur]]. Ketika Soegondo masih kecil, ibunda Soegondo sakit-sakitan dan meninggal dunia, kemudian Bapak Kromosardjono kawin lagi dan pindah ke [[Brebes]] [[Jawa Tengah]] menjabat sebagai lurah di sana. Selanjutnya Soegondo dan adiknya (Soenarjati) diangkat anak oleh pamannya yang bernama Bapak ''Hadisewojo'' (seorang ''collecteur'' wilayah Blora, dan tidak punya anak, dan juga mengangkat ''Sudarjati'' dari anak saudara sepupu ''Keluarga Ny. Brotoamidjojo'', serta ''Sumijati'' dari anak saudara sepupu ''Keluarga S. Soekadji'', sehingga Bapak ''Hadisewojo'' mempunyai ''4 anak angkat'' yang saling ikatan saudara sepupu). <ref> Data silsilah keluarga Soegondo Djojopuspito </ref> Pamannya ini yang menyekolahkan Soegondo dari HIS di Tuban hingga RH di Batavia, termasuk adik-adiknya.
Soegondo mengenyam pendidikan [[HIS]] (Sekolah Dasar 7 tahun) tahun 1911-1918 di kota [[Tuban]]. Tahun 1919 setelah lulus HIS pindah ke [[Surabaya]] untuk meneruskan ke [[MULO]] (Sekolah Lanjutan Pertama 3 tahun) tahun 1919 - 1922 di [[Surabaya]], oleh pamanya ia dititipkan mondok di rumah [[HOS Cokroaminoto]] bersama [[Soekarno]]. Kemudian setelah lulus MULO, tahun 1922 melanjutkan sekolah ke [[AMS]] afdeling B (Sekolah Menengah Atas bagian B - paspal - 3 tahun) di [[Yogyakarta]] tahun 1922-1925, dan oleh pamannya melalui [[HOS Cokroaminoto]] dititipkan mondok di rumah Ki Hadjardewantoro di Lempoejangan Stationweg 28 Jogjakarta (dulu Jl. Tanjung, sekarang Jl. Gajah Mada), yaitu sebelah barat Puro Paku Alam.
Setelah lulus [[AMS]] tahun 1925 melanjutkan kuliah atas biaya pamannya dan bea siswa di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - didirikan tahun 1924 - cikal bakal [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]] sekarang). Ia mondok di rumah pegawai pos bersama beberapa pegawai pos Pasar Baru lainnya di Gang Rijksman (belakang Rijswijk - sekarang Jl Juanda belakang Hotel Amaris Stasiun Juanda), sehingga ia bisa membaca majalah ''Indonesia Merdeka'' asuhan [[Mohammad Hatta]] terbitan ''Perhimpunan Indonesia'' di Negeri Belanda yang dilarang masuk ke Indonesia. Selama mahasiswa hidup sulit hanya punya satu baju, yang harus dicuci dulu kalau mau kuliah. Kuliah di [[RHS]] hanya mencapai lulus tingkat Candidat Satu (C1), setelah Propadeus, karena bea siswanya dicabut akibat kegiatan politiknya dan juga pamannya meninggal dunia (sekarang setingkat dengan ijazah D2, karena sistem pendidikan sekolah tinggi pada waktu itu adalah terdiri atas 4 jenjang, yaitu: Propadeus, Candidat 1 dan Candidat 2, serta Doktoral).
|