R. Soebijakto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Andri.h (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Laksamana Madya R. Soebijakto.png|right|thumb|Laksamana Madya R. Soebijakto]]
Laksamana TNI '''R. Soebijakto''' ({{lahirmati|[[Banyumas]], [[Jawa Tengah]]|14|4|1917||12|8|1999}}) adalah [[KASAL]] periode [[1948]] - [[1959]]. Pada masanya untuk pertama kalinya pemimpin tertinggi TNI Angkatan Laut disebut sebagai Kepala Staf Angkatan karena dua orang pendahulunya masing-masing Laksamana Muda [[Mas Pardi]] dan Laksamana Muda [[Mohammad Nazir]] disebut sebagai Kepala Staf Umum TKR Laut dan Panglima Angkatan Laut. Penunjukannya sebagai kepala staf angkatan laut tersebut dilatarbelakangi oleh suatu proses reorganisasi dan rasionalisasi yang diberlakukan kepada kalangan tentara sebagai konsekuensi dari kebijakan Perdana Menteri [[Muhammad Hatta]].
 
==Pendidikan dan Kepangkatan==
Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Hollands Indische School ([[HIS]]) sekolah dasar bagi para pribumi pada tahun [[1930]], setelah selesai kemudian melanjutkan ke [[MULO]] di selesai tahun [[1933]], [[AMS]] tahun [[1935]], dan terakhir di ''Middled Lands School'' diselesaikan tahun [[1941]]. Kecintaannya pada dunia bahari yang kemudian mendorongnya untuk melanjutkan belajarnya di ''Koninklijke Marine (K.M)'' dan selesai tahun [[1943]].
 
Pada awal masa pembentukan ALRI dan perang mempertahankan kemerdekaan R. Soebijakto aktif terlibat didalamya karena memang tokoh kita ini sosok pelaut tulen didikan Belanda karena sudah sejak tahun [[1937]] dia sudah menamatkan pendidikannya di KIM-V. Sebagai salah satu perintis berdirinya Angkatan Laut RI kemampuannya dalam hal penguasaan bahasa asing sudah tidak dapat diragukan lagi. Tercatat paling tidak dia berkemampuan menguasai bahasa-bahasa seperti bahasa Inggris, Belanda maupun Rusia dan tentunya sebagai orang Jawa, pastilah bahasa Jawa menjadi bahasa ibu.
 
Saat masa-masa perjuangan kemerdekaan bangsa tingkatan maupun jenjang kepangkatan di kalangan tentara belum begitu teratur dan terukur seperti sekarang ini. Sebagai personel yang berlatar belakang pendidikan KIM di Den Helder negeri Belanda, sejak tanggal [[1 Januari]] [[1950]] R. Soebijakto sudah berpangkat Kolonel, empat tahun kemudian tepatnya sejak [[1 April]] [[1954]] sudah berpangkat Laksamana Muda. Pangkatnya menanjak terus sesuai prestasi kerjanya maka pada tanggal [[9 Juli]] [[1954]] berpangkat Laksamana Madya dan akhirnya terhitung mulai tanggal [[27 April]] [[1971]] pangkatnya menjadi Laksamana TNI, pangkat tertinggi yang tidak semua perwira angkatan laut dapat merengkuhnya.
 
==Riwayat Penugasan==
Ketika Republik Indonesia masih dibawah cengkeraman penjajah tepatnya sejak [[1 April]] [[1941]] R. Soebijakto mengawali dinasnya di ''ASP ADJ Viiteru Consulant'' yang bertempat di [[Ambarawa]], selanjutnya sejak 1 April [[1942]] menjadi ''Aspiran Reserve off Konijklike Marine'', dan terakhir [[1 Maret]] [[1943]] menjabat LT2 KMR. Pada waktu bangsa Indonesia sudah merdeka tepatnya sejak tanggal 1 Maret [[1947]] dia menjadi pegawai tinggi yang diperbantukan kepada Menteri Kementerian Pertahanan. Naluri bahari yang selalu bergelora di dadanya kemudian mengantarkannya untuk bergabung sebagai prajurit [[ALRI]] sejak tanggal [[6 Mei]] [[1948]]. Dua bulan kemudian karena tingkat profesionalismenya sebagai prajurit matra laut maka terhitung mulai tanggal [[8 Mei]] 1948 pemerintah mempercayakan dirinya untuk menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut RI.
 
Kemudian pada waktu negara membutuhkan keahliannya untuk membangun angkatan laut RI yang disegani maka terhitung tanggal [[25 November]] [[1955]] dia mengemban tugas untuk melanglang buana ke berbagai penjuru dunia seperti [[Italia]], [[Swiss]], [[Jerman Barat]], [[Australia]], [[Belgia]], [[Perancis]], [[Inggris]], [[Kanada]], [[Jepang]] dan [[Amerika Serikat]]. Semenjak tanggal [[17 Mei]] [[1959]] statusnya diperbantukan sebagai perwira tinggi di Kementerian Luar Negeri, tepat dua bulan kemudian dia diberhentikan dengan hormat sebagai Kasal. Selanjutnya pada tanggal [[1 September]] 1959 pemerintah mempercayakan kepadanya sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk [[Turki]] di [[Ankara\\. Dalam perjalanannya, jabatan ini hanya diemban selama lebih kurang 6 tahun.
 
Jabatan sebagai duta besar di Turki tampaknya bukan akhir dari perjalanan kariernya, terbukti kemudian sejak tanggal [[1 Januari]][[ 1965]] negara mempercayakan kembali kepada R. Soebijakto untuk sekali lagi menjabat sebagai duta besar yang kali ini sebagai duta besar RI di [[Yugoslavia]]. Jabatan duta besar di negara ini ternyata tidak berlangsung lama hanya lebih kurang satu tahun. Hal itu dibuktikan ketika pada tanggal 1 Januari [[1966]] dia kembali pulang ke Tanah Air. Mantan Kasal ini secara resmi mengakhiri pengabdiannya sejak tanggal 1 Januari [[1973]].
 
Semenjak masa purna bhakti Laksamana TNI (Purn) R. Soebijakto bertempat tinggal di Jl. Golf I No. 175 Simpruk, Jakarta. Dia meninggal dunia pada tanggal [[12 Agustus]] [[1999]] dengan tenang dan kemudian dimakamkan di [[TMP Kalibata]] dengan upacara kemiliteran. Selama pengabdiannya kepada bangsa dan negara berbagai bintang dan tanda jasa telah diperolehnya antara lain:
 
# Bintang Sakti
# Bintang Dharma
# Bintang Jalasena Utama
# Bintang Jalasena Nararya
# Bintang Tentara Rakyat Yugo I
# Satyalencana Saptamarga
# Satyalencana GOM V
# Satyalencana GOM VII
# Satyalencana Kesetiaan VIII, XVI dan XXIV tahun
# Satyalencana Perang Kemerdekaan I
# Satyalencana Perang Kemerdekaan II
 
{{Kotak_mulai}}