Setelah dilakukan penelitian dengan teknik radiokarbon terhadap naskah Injil Yudas oleh Timothy Jull, ditemukan bahwa tahun penulisannya adalah di antara tahun 220 M dan 340 M.<ref name="Krosney"/> Berdasarkan penelitian atas gaya penulisan kuno dan pemakaian bahasa Koptik atas Injil Yudas, Rodolphe Kasser berpendapat bahwa penulisan tulisan tersebut dapat lebih tua lagi.<ref name="Krosney"/> Dengan demikian, para ahli sepakat menyatakan keaslian tulisan Injil Yudas sebagai salah satu versi dari Injil Yudas dalam bahasa Yunani yang dikenal oleh Irenaeus tahun 180 M, yang diterjemahkan beberapa puluh tahun kemudian di dalam bahasa Koptik.<ref name="Kasser"/>
== Isi Injil Yudas ==
Inti perbedaan antara injil-injil Kristen dengan injil-injil Gnostik adalah adanya kepercayaan kaum Gnostik bahwa jalan menuju keselamatan bukan melalui kepercayaan kepada penyaliban dan kebangkitan Yesus, melainkan melalui pengetahuan rahasia (dalam bahasa Yunani, ''gnosis'' berarti pengetahuan) yang diberikan Yesus kepada orang-orang tertentu, bukan kepada semua orang.<ref name="Krosney"/> Pengetahuan rahasia itu mengungkapkan bagaimana orang dapat terbebas dari penjara tubuh jasmani dan kembali ke alam spiritual tempat asalnya.<ref name="Krosney"/> Di sini terlihat adanya pandangan dualisme Gnostik yang melihat tubuh ragawi sebagai sesuatu yang buruk, fana, dan tidak berharga, yang dilawankan dengan jiwa rohani manusia sebagai yang baik, yang berasal dari Allah, dan bersifat kekal.<ref name="Kasser"/>
Di dalam Injil Yudas, Yudas Iskariot adalah murid yang dipercaya Yesus dan diberikan pengetahuan rahasia tersebut, serta mendapatkan perintah dari Yesus untuk menyerahkan Yesus supaya disalibkan.<ref name="Kasser"/> Murid-murid yang lain dipandang sebagai orang-orang yang salah memahami siapa Yesus, berbeda dengan Yudas yang mendapat pengetahuan rahasia dari Yesus tentang kefanaan raga dan kebakaan jiwa.<ref name="Kasser"/> Melalui peristiwa penyaliban, Yesus dapat terbebas dari tubuh ragawi yang fana dan jiwanya dapat kembali ke alam spiritual yang kekal bersama Allah, dan hal itu dimungkinkan melalui peran Yudas, sang murid istimewa.<ref name="Kasser"/>