Takdir dalam Islam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k clean up, replaced: merobah → mengubah (2) using AWB |
||
Baris 24:
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.
* ''Sesungguhnya Allah tidak
* ''(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun'' (Al Mulk / QS. 67:2)
* ''Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih'' (Al-Baqarah / QS. 2:62). [[Rukun Iman|Iman kepada Allah dan hari kemudian]] dalam arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
Baris 71:
"Artinya : Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" [As-Safat : 96]
Dengan demikian, Allah telah menetapkan penciptaan manusia dan perbuatannya. Allah juga berfirman : "Wa ma ta'malun" (dan apa saja yang kamu perbuat).
Kemudian ketahuilah bahwa iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan pelaksanaan sebab, bahkan melaksanakan berbagai sebab merupakan perintah Syari'ah. Hal itu dapat tercapai karena Qadar, karena bebagai sebab akan melahirkan musabab (akibat). Oleh karena itu, Amirul Mu'minin, Umar bin Khaththab, ketika pergi menuju Syam, di tengah perjalan dia mengetahui bahwa telah menyebar wabah penyakit di sana. Kemudian para sahabat bermusyawarah ; apakah perjalanan ini diteruskan atau kembali pulang ke Madinah ? Maka terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka dan kemudian beliau memutuskan untuk kembali ke Madinah. Ketika beliau (Umar) sudah mantap pada pendapat tersebut, maka datanglah Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarah seraya berkata : Hai Amirul Mu'minin, mengapa anda kembali ke Madinah dan lari dari Qadar Allah ?" Umar menjawab : " Kami lari dari Qadar Allah menuju Qadar Allah". Kemudian setelah itu datang Abdurrahman bin Auf (dia sebelumnya tidak ada di situ untuk memenui kebutuhannya), kemudian dia menceritakan bahwa Nabi pernah bersabda tentang wabah penyakit.
Baris 83:
materi ini sebagian bisa masuk ke lingkup takdir, spt sunatullah, sebutan taqdir mubram atau taqdir muallaq.
-------------
Konsep Takdir dalam agama Islam
Taqdir berarti kepastian atau ketentuan. Yaitu suatu ketentuan yang telah ditetap Allah SWT kepada setiap hambaNya. Ketentuan ini tidak mengikat terhadap apapun juga, cukuplah dengan kehendak Allah maka itu akan terjadi dan rangkuman isi takdir ini sudah selesai pada zaman azali pada saat kitab Lauh Mahfudz dan sudah tertulis di dalamnya perkara-perkara apa saja yang akan menimpa tiap makhluknya bahkan sampai penentuan apakah ia termasuk penghuni surga atau neraka.
Baris 104:
* {{id}} [http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Takdir1.html Wawasan Al Quran - Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat Oleh Dr. M. Quraish Shihab, M.A.]
* {{id}} [http://muslim.or.id/aqidah/takdir-allah-tidak-kejam.html Takdir Allah tidak Kejam - Artikel Oleh Abu Mushlih Ari Wahyudi]
{{islam-stub}}▼
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Islam]]
▲{{islam-stub}}
|