Musra Dahrizal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
Mak Katik adalah putra [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]], [[Tanah Datar]], Sumatera Barat, dan merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Pada tahun 1963, Mak Katik tidak sempat menyelesaikan pendidikan dasarnya karena kesulitan ekonomi, namun ia sudah belajar adat istiadat Minangkabau secara lengkap sejak 1959 pada tiga orang guru yang kebetulan sekampung dengannya, yaitu Rangkai Tuah Kabun, Mak Etek Jaka, dan Datuak Tongga. Setiap malam, ia menyalin pelajaran berupa naskah dalam bentuk paragraf per paragraf pada kertas rokok.
 
Mak Katik mempelajari seluruh aspek adat istiadat dan [[budaya Minangkabau]] dari ketiga guru tersebut, seperti membuat [[pantun]], membuat naskah [[randai]] (kesenian dalam bentuk perpaduan sandiwara dan gerak tari yang berasal dari [[Silat Minangkabau|pencak silat]]), bermain [[saluang]] (alat musik tiup), menguasai pencak [[silat Minangkabau]], hingga memainkan [[talempong]] (alat musik pukul). Dari ratusan murid ketiga guru itu hanya Mak Katik yang berhasil mendapatkan seluruh ilmu dan pengetahuan mengenai adat dan seni budaya Minangkabau, kecuali bermain rebab[[rabab]] (alat musik gesek), karena memang tak pernah diajari. Mak Katik terus menimba ilmu hingga ketiga gurunya meninggal dunia pada tahun 1980-an.
 
<!--