Jawanisasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Gunkarta (bicara | kontrib)
Baris 75:
 
Selama periode kolonial [[Hindia Belanda]], terdapat sejumlah orang Jawa yang bermigrasi ke [[Suriname]] sebagai pekerja perkebunan. Di Nusantara, orang Jawa juga bermigrasi ke beberapa tempat seperti Sumatera, Kalimantan, dan Johor di Semenanjung Malaya. Daerah-daerah seperti [[Jawa Barat]] utara, [[Lampung]] dan [[Kalimantan Selatan]] juga diketahui dihuni sejumlah besar pendatang Jawa.
 
==Sejarah modern==
[[Berkas:Pernikahan Jawa-Javanese Wedding 2011 Bennylin 24.jpg|thumb|upright|Identitas budaya Jawa diperkuat melalui adat dan upacara tradisional, seperti pernikahan adat Jawa]]
Setelah [[revolusi Indonesia]] (1945-1949) dan kemerdekaan Indonesia, banyak simbol nasional Indonesia yang berasal dari warisan [[Majapahit]], sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa pada ke-14 sampai abad ke-15. [[Bendera Indonesia]] menampilkan warna Majapahit, merah dan putih, semboyan nasional [[Bhinneka Tunggal Ika]] dan ideologi negara [[Pancasila (politik)| Pancasila]] juga menunjukkan warisan Majapahit. Bapak pendiri Indonesia, terutama [[Soekarno]] memang menggali ke sejarah Indonesia untuk mencari filsafat dan kearifan lokal untuk merumuskan kebangsaan baru bangsa Indonesia. Tentu saja, budaya Jawa sebagai salah satu elemen yang paling berpengaruh dalam budaya Indonesia turut menyumbangkan pengaruhnya.
 
Selama rezim Orde Baru [[Soeharto]] (1966-1998), budaya politik Indonesia agak dianggap telah "dijawakan". Tingkat administrasi juga diatur dalam gaya dan idiom Jawa, seperti ''[[Kabupaten]]'' dan ''desa'', istilah yang awalnya tidak akrab di beberapa provinsi di Indonesia, seperti [[Sumatera Barat]] (menggunakan istilah "nagari" dan [[Papua]] (menggunakan istilah "distrik"). Dalam kehidupan politik Indonesia pasca-kemerdekaan, istilah "Jawanisasi" digunakan untuk menggambarkan proses dimana [[orang Jawa|etnis Jawa]] dan individu yang dijawakan, secara bertahap menjadi mayoritas dan tidak proporsional dari elit pemerintahan di era pasca-kemerdekaan Indonesia.<ref>{{cite web
|url =https://circle.ubc.ca/handle/2429/33606
|title =Javanization of Indonesian politics
|last =Thornton
|first =David Leonard
|date =1972
|website =https://circle.ubc.ca
|publisher =The University of British Columbia
|accessdate =November 7, 2013
}}
</ref>
 
==Kritik==