Megah Idawati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Keenandiant (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 7549004 oleh 202.152.204.194 (bicara)
Baris 1:
{{noref-bio|date=Mei 2010}}
'''Megah Idawati''' ({{lahirmati|[[Kudus]], [[Jawa Tengah]]|27|7|1945}}) adalah seorang pemain [[bulu tangkis]] terkenal [[Indonesia]] di era tahun 1959 sampai 1975-an1960an. Ia yangbersama menjadidengan pemain[[Minarni]], pelatnas[[Retno sejakKustiah]], berusia 15[[Corry tahunKawilarang]], berhasil meraih gelar juaradan [[AllMegah EnglandInawati]], Malaysiapernah Terbuka,memperkuat ASTim Terbuka,Indonesia Kanadadalam Terbuka,perebutan [[AsianPiala GamesUber]], dan1966 di [[PialaWellington]], Uber[[Selandia Baru]]. Di final Indonesia kalah telak dari tim tangguh [[Jepang]] dengan score 7-0.
 
Megah Idawati besar dan tumbuh dalam keluarga pebulu tangkis. Sejak kecil ia sudah akrab dengan [[raket]] dan [[shuttle cock]] karena di belakang rumah orangtuanya terdapat lapangan bulu tangkis semi permanen. Ia bersama [[Megah Inawati]] (kakak) dan [[Liem Swie King]] (adik) sejak dini sudah dilatih bulu tangkis oleh ayahnya, Ng Thiam Poo.
Pada All England 1968, PB PBSI yang mengirimkan [[Rudy Hartono]], [[Muljadi|Ang Tjin Siang]], [[Minarni Soedaryanto]], dan [[Retno Koestijah|Retno Kustiyah]] berhasil mencatatkan prestasi yang gemilang. Rudi Hartono meraih juara, Muljadi meraih medali perunggu, Minarni meraih medali perak tunggal putri, dan ganda Minarni/ Retno Koestijah meraih juara. Minarni menjadi pemain bulu tangkis putri Indonesia pertama yang bisa mencapai babak final kejuaraan All England.
 
Setelah beberapa tahun menjadi pemain nasional, Ia kemudian menikah dengan [[Agus Susanto]] yang juga pemain bulu tangkis nasional kala itu. Setelah menikah, kariernya sebagai pemain bulu tangkis meredup. Pasangan ini dikaruniai dua orang putra. Darah bulu tangkis mengalir pada putra sulungnya, [[Hermawan Susanto]], yang juga mengikuti jejak orangtuanya sebagai pemain bulu tangkis nasional.
Pada perebutan Piala Uber 1975 di [[Jakarta]], Tim Indonesia yang diperkuat oleh [[Theresia Widiastuti]], [[Imelda Wigoena]], [[Utami Dewi]], [[Tati Soemirah|Tati Sumirah]], [[Minarni Soedaryanto]], dan [[Regina Masli]] berhasil mempersembahkan Piala Uber untuk pertama kalinya bagi Indonesia setelah di final menundukkan [[Jepang]] dengan skor 5-2. Kemenangan ini menjadi pembalasan, setelah sebelumnya Minarni dan kawan-kawan gagal meraih gelar juara karena dikalahkan Jepang dalam babak final Piala Uber 1969 (skor 1-6) dan 1972 (skor 1-6).
 
Setelah pensiun dari pemain, Megah yang telah memperkuat Tim Uber Indonesia sebanyak lima kali (1960, 1963, 1966, 1969, dan 1975) kemudian berkarier sebagai pelatih bulu tangkis di pelatnas serta aktif dalam organisasi PB PBSI.
 
Megah meninggal dunia dalam usia 59 tahun di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan pada 14 Mei 2003 karena komplikasi radang paru-paru dan lever. Jenasah dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan.
 
{{indo-bio-stub}}