Susi Pudjiastuti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
| occupation = [[Pengusaha]]
| networth =
| spouse = Christian von Strombeck
| children = 3 anak
}}
Baris 21 ⟶ 20:
Ayah dan ibunya Susi Pudjiastuti yaitu Haji Suwuh dan Hajjah Suwuh Lasminah berasal dari [[Jawa Tengah]] yang sudah lima generasi lahir dan hidup di Pangandaran. Keluarganya adalah saudagar sapi dan kerbau, yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya Haji Ireng dikenal sebagai tuan tanah. Susi hanya memiliki ijazah SMP. Setamat SMP ia sempat melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, di kelas II SMAN [[Yogyakarta]] dia berhenti sekolah tanpa alasan jelas. Setelah tidak lagi bersekolah, dengan modal Rp. 750 ribu hasil menjual perhiasan, pada [[1983]] Susi mengawali profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya terus berkembang, dan pada [[1996]] Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek “Susi Brand”. Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar.
 
Didukung suaminya, Christian von Strombeck, seorang [[Jerman]] yang lama bekerja sebagai mekanik pesawat dan [[pilot]] di [[Indonesia]], padaPada [[2004]] Susi memutuskan membeli sebuah [[Cessna Caravan]] seharga Rp. 20 Miliar menggunakan pinjaman bank. Melalui PT. ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut [[lobster]] dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di [[Indonesia]] ke pasar [[Jakarta]] dan [[Jepang]]. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa tektonik dan [[tsunami Aceh]] melanda [[Aceh]] dan pantai barat [[Sumatera]] pada [[26 Desember]] [[2004]], Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di [[Papua]], 4 pesawat di [[Balikpapan]], [[Jawa ]]dan Sumatera. Perusahaannya memiliki 10 pesawat Cessna Grand Caravan, 2 pesawat [[Pilatus Porter]], 1 pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 45 pesawat terbang beragam jenis.
 
Susi menerima banyak penghargaan antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun [[2005]], serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter [[2005]] dari Presiden Republik Indonesia. Tahun [[2006]], ia menerima [[Metro TV]] Award for Economics, Inspiring Woman [[2005]] dan Eagle Award [[2006]] dari Metro TV, Indonesia Berprestasi Award 2009 dari PT Exelcomindo. Pada tahun [[2008]] ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.