Chrisye: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Sulistya AS (bicara | kontrib) |
|||
Baris 71:
=== Karier solo awal dan film (1978–1982) ===
Suara Chrisye yang [[tenor]] serta kerjanya di ''Badai Pasti Berlalu'' memicu Amin Widjaja dari [[Musica Studios]] untuk memintanya menjadi artis Musica; Amin sebenarnya sudah lama mengamati Chrisye, sejak dirilisnya ''Guruh Gipsy''. Chrisye setuju, asalkan dia diberikan kebebasan artistik; Amin terpaksa menyetujui syarat tersebut.{{sfn|Endah|2007|pp=140–142}} Chrisye langsung mengerjakan album perdananya dengan Musica pada bulan Mei 1978, yaitu ''[[Sabda Alam]]'' (''Nature's Order''). Dia memilih beberapa lagu karya artis lain dan menulis beberapa lain sendiri, termasuk lagu "Sabda Alam".{{sfn|Kompas 1978, Nama dan Peristiwa: Chrisye}}{{sfn|Endah|2007|pp=142–143}} Dia merekam album itu setelah menguncikan diri dalam studio dengan sound engineer dan penata musik; biarpun Amin hendak melihat kemajuan mereka, Chrisye tidak mengizinkannya masuk.{{sfn|Endah|2007|pp=142–143}} Album yang dihasilkan, yang diilhami oleh ''Badai Pasti Berlalu'' dan menggunakan teknik ''double-recording'' yang dipelopori [[The Beatles]], dirilis pada bulan Agustus.{{sfn|Endah|2007|pp=142–143}}{{sfn|Kompas 1979, Nama dan Peristiwa: Chrisye}} Setelah beberapa lama promosi dengan [[TVRI]] dan stasiun radio, album ini laris; akhirnya lebih dari 400,000
Tahun berikutnya, Chrisye merekam ''[[Percik Pesona]]'' bersama Jockie. Album ini, yang dibuat setelah kematian Amin, termasuk beberapa lagu yang ditulis oleh sahabat Chrisye, Junaidi Salat, serta Jockie dan Guruh. Judul album ini dipilih bersama. Album ini dirilis pada bulan Agustus 1979, gagal dalam mata kritikus dan pasar.{{sfn|Kompas 1979, Nama dan Peristiwa: Chrisye}}{{sfn|Endah|2007|pp=147–148}} Chrisye, setelah diskusi dengan beberapa artis, beranggapan bahwa gagalnya album ini disebabkan miripnya dengan ''Badai Pasti Berlalu''. Akibatnya, setelah beberapa waktu berkontemplasi, dia mulai mencari jenis musik baru.{{sfn|Endah|2007|pp=147–148}} Pada tahun yang sama, dia menjadi anggota juri LCLR Prambors, yang diadakan pada tanggal 5 Mei.{{sfn|Kompas 1979, Finalis LCLR Prambors}}
Baris 88:
Tak lama kemudian, Chrisye mendekati [[Addie MS]], seorang musisi muda, dan minta bantuannya untuk album berikutnya. Addie, biarpun merasa bahwa dia kurang bergengsi dibanding Eros dan Jockie, setuju; Addie lalu menyarankan agar mereka menggunakan melodi yang mirip dengan "Lilin-Lilin Kecil" dan ''Badai Pasti Berlalu''. Album yang dihasilkan, ''[[Sendiri (album)|Sendiri]]'', memuat lagu yang ditulis oleh Guruh dan Junaidi Salat serta alat musik seperti [[harpa]], [[obo]], ''[[English horn]]'', dan beberapa alat musik dawai. Album ini, yang melahirkan tiga singel,{{sfn|Endah|2007|pp=234–235}} laris dan mendapatkan penghargaan [[BASF Award]] untuk Chrisye.{{sfn|Endah|2007|p=236}}
Pada akhir tahun 1984 Chrisye mendekati pencipta lagu muda lain, Adjie Soetama, yang dia mengajak bekerja sama untuk menyiapkan album berikutnya. Sebab ''beat'' ringan dan melodi ceria sedang populer, mereka menggunakan gaya yang ringan. Perekaman album baru ini, ''[[Aku Cinta Dia]]'', mulai pada tahun 1985; selain Adjie, ada sumbangan lagu dari Guruh dan Dadang S. Manaf.{{sfn|Endah|2007|pp=239–240}} Lagu "Aku Cinta Dia" dipilih sebagai judul album setelah Aciu mendengar mereka bermain bersama dan memutuskan bahwa lagu itu layak dijagokan.{{sfn|Endah|2007|pp=241–244}} Oleh karena album ini memerlukan emosi yang lebih banyak, Chrisye – yang terkenal kaku – kesulitan dengan proses promosi, biarpun istrinya menyiapkan kostum warna-warni dan Alex Hasyim menjadi [[koreografi|koreografer]].{{sfn|Endah|2007|p=246}} Setelah dirilis, ''Aku Cinta Dia'' terjualan ratusan ribu
Biarpun tiga album itu laris di pasar, Chrisye dan keluarganya masih dalam keadaan finansial yang sulit, sehingga dua kali mereka harus menjual mobil mereka. Ini membuat Chrisye mempertimbangkan berhenti dari dunia musik, biarpun akhirnya memutuskan untuk lanjut.{{sfn|Endah|2007|p=256}} Pada tahun 1988 merekam ''[[Jumpa Pertama]]'', dan pada tahun berikutnya dia merilis ''[[Pergilah Kasih]]''. Di kemudian hari dia mengenang bahwa kedua album itu mempunyai "sentuhan rasa yang indah."{{sfn|Endah|2007|p=257}} Lagu yang digunakan untuk judul, "Pergilah Kasih", ditulis oleh [[Tito Sumarsono]] dan digunakan untuk video klip Chrisye pertama;{{sfn|Endah|2007|p=257}} video klip perdana ini menjadi klip Indonesia pertama yang ditayangkan di [[MTV Asia Tenggara]].{{sfn|Endah|2007|pp=262–263}}
Baris 106:
Setelah ''AkustiChrisye'', Gutawa menyarankan agar Chrisye mencoba gaya yang baru, dengan lagu yang lebih berat. Mereka lalu mulai bekerja sama untuk merekam ''[[Kala Cinta Menggoda]]'', yang juga menggunakan orkes Australia. Akan tetapi, Chrisye ternyata kesulitan merekam salah satu lagunya, "Ketika Tangan dan Kaki Berkata", yang diberi lirik yang berdasarkan ayat 65 [[Surah Ya Sin]] oleh penyair [[Taufiq Ismail]]; setiap kali hendak menyanyikan lagu itu, Chrisye mendadak menangis. Akhirnya, satu hari sebelum berangkat ke Australia, dia dapat menyelesaikan lagu tersebut dengan dukungan Yanti.{{sfn|Endah|2007|pp=304–308}} Pada tanggal 11 Oktober, Chrisye menyanyikan lagu "Indonesia Perkasa" pada acara pembukaan [[Pesta Olahraga Asia Tenggara 1997]] di Jakarta; lagu tersebut ditulis khusus untuk acara itu.{{sfn|Kompas 2000, PON XV: Pengisi}} Bulan berikutnya, Chrisye meluncurkan ''Kala Cinta Menggoda''.{{sfn|Campbell|1998|p=63}} Video klip untuk lagu "Kala Cinta Menggoda", yang disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], memenangkan MTV Video Music Award for South-East Asia pada tanggal 10 September 1998; Chrisye pergi ke [[Los Angeles]] untuk menerima penghargaan tersebut di Universal Amphitheatre.{{sfn|Hariyadi, Redana, and Mulyadi 1998, Lebih Jauh dengan Chrisye}}
Pada tahun 1999, Chrisye mulai mendaur ulang album ''Badai Pasti Berlalu'' atas permintaan Musica, biarpun dia merasa bahwa album asli sudah cukup; untuk album ini pula dia bergabung dengan Gutawa.{{sfn|Endah|2007|p=309}} Album baru itu, yang tetap diberi judul ''[[Badai Pasti Berlalu (album 1999)|Badai Pasti Berlalu]]'', memakan biaya sebanyak Rp.800 juta untuk produksi dan promosi; biaya besar tersebut sebagian disebabkan perlunya mencari orkes Australia lain, Victorian Philharmonic Orchestra.{{sfn|Endah|2007|pp=312}}{{sfn|The Jakarta Post 2000, Royalty System in the Country's}} Setelah diluncurkan, album ini pun laris, dengan menjual 350.000
Pada tahun 2001 Chrisye merilis album ''[[Konser Tur 2001]]'', yang berisi dua lagu baru dan beberapa yang lama. Video klip untuk salah satu lagu, "Setia", menjadi kontroversial karena adanya adegan dengan wanita berpakaian ketat.{{sfn|Gatra 2001, Video Clip Chrisye}} Tak lama kemudian, Chrisye memutuskan untuk mendaur ulang lagu-lagu yang dianggap paling penting sejak kemerdekaan Indonesia, dari dasawarsa 1940-an yang diwakili "Kr. Pasar Gambir & Stambul Anak Jampang" karya [[Ismail Marzuki]] hingga akhir dasawarsa 1990-an yang diwakili lagu "Kangen" karya [[Ahmad Dhani]]; album ini juga termasuk satu lagu yang ditulis khusus untuk album ini oleh Pongky dari [[Jikustik]]{{sfn|Endah|2007|p=313}} serta dua duet dengan [[Sophia Latjuba]]. Album yang dihasilkan, ''[[Dekade (album)|Dekade]]'', dirilis pada tahun 2002; hingga Oktober 2003 lebih dari 350.000 terjual.{{sfn|Kompas 2003, Wajah Lama Energi}} Pada 15 Desember 2002, Chrisye pikut serta dalam konser Bali for the World – Voices of Stars di Kartika Beach Plaza untuk mengumpulkan uang untuk membantu korban [[Bom Bali 2002]]; artis lain termasuk [[Melly Goeslaw]], [[Gigi (band)|Gigi]], [[Slank]], dan [[Superman Is Dead]].{{sfn|Andrianto 2002, Bali for the World}} Pada 12 July 2004 Chrisye mengadakan konser ketiga, dengan judul Dekade, di Plenary Hall. Konser ini, yang termasuk lagu-lagu dari album ''Dekade'', termasuk duet dengan Sophia Latjuba dan beberapa penyanyi asli, seperti [[Fariz RM]] dengan "Sakura" dan [[A. Rafiq]] dengan "Pengalaman Pertama"; orkes Gutawa sekali lagi mengiringi konser.{{sfn|Kompas 2003, Sensasi Bulan Sabit}}
Baris 120:
Pada 30 Maret 2007, Chrisye meninggal pada pukul 4:08 WIB di rumahnya di Cipete, [[Jakarta Selatan]]. Dia dikebumikan di [[Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut|TPU Jeruk Purut]] hari itu juga.{{sfn|Antara 2007, Chrisye Dimakamkan di TPU Jeruk}} Ratusan orang menghadiri pemakamannya itu, termasuk Erwin Gutawa, [[Titiek Puspa]], [[Ahmad Albar]], [[Sophia Latjuba]], dan [[Ikang Fawzi]].{{sfn|Gatra 2007, Chrisye Dimakamkan di Tengah}} Pemakaman ini dinodai aksi beberapa [[pencopet]], salah satunya ditangkap tapi lalu dibebaskan.{{sfn|Siahaan 2007, Chrisye Dimakamkan, Pencopet}}
Seratus hari setelah meninggalnya Chrisye, Musica mengeluarkan dua album kompilasi. Album ini, dengan judul ''Chrisye in Memoriam – Greatest Hits'' dan ''Chrisye in Memoriam – Everlasting Hits'', termasuk empat belas lagu per
== Gaya ==
Baris 131:
Chrisye sudah disebut penyanyi "legendaris" oleh beberapa jurnalis.{{sfn|Kurniasari 2010, A Lesson from a Musical}}{{sfn|Lopulalan 2009, Warming Up for Java}} Pada tahun 2007, majalah ''[[Rolling Stone Indonesia]]'' memilih ''Badai Pasti Berlalu'' sebagai [[150 Album Indonesia Terbaik Versi Majalah Rolling Stone|album Indonesia terbaik sepanjang masa]]. Tiga album solo Chrisye juga masuk ke daftar tersebut: ''Sabda Alam'' di urutan 51, ''Puspa Indah'' di urutan 57, dan ''Resesi'' di urutan 82. ''Guruh Gipsy'' masuk di urutan kedua.{{sfn|Rolling Stone Indonesia 2007, 150 Album Indonesia}} Ini kemudian diikuti oleh pemilihan lima lagunya ("Lilin-Lilin Kecil" di urutan 13, "Kidung" di urutan 26, "Merpati Putih" di urutan 43, "Anak Jalanan" di urutan 72, dan "Merepih Alam" di urutan 90) sebagai beberapa [[150 Lagu Indonesia Terbaik Versi Majalah Rolling Stone|lagu Indonesia terbaik sepanjang masa]]; lagu Guruh Gipsy "[[Indonesia Maharddhika]]" masuk di urutan 59.{{sfn|Rolling Stone Indonesia 2009, 150 Lagu Indonesia}} Pada tahun 2011 mereka menyebut Chrisye sebagai penyanyi Indonesia terbaik ketiga. Eros Djarot menyebut bahwa Chrisye mempunyai suara yang luar biasa, tetapi sering malu-malu dan malas membahas isu sosial.{{sfn|Rolling Stone Indonesia 2011, The Immortals: 25 Artis}}
Menurut data dari [[Asosiasi Industri Rekaman Indonesia]], ''Badai Pasti Berlalu'' tahun 1977 adlah album Indonesia paling laris urutan kedua, dengan sembilan juta
Pada tahun banyak artis Indonesia, termasuk [[Vina Panduwinata]], [[Ahmad Albar]], [[D'Cinnamons]], dan [[Sherina Munaf]], membawa 20 lagu Chrisye dalam konser "Chrisye: A Night to Remember" di hotel Ritz Carlton, Jakarta.{{sfn|Damayanti and Windratie 2009, Konser Classical Chrisye}} Konser tersebut juga termasuk testimoni dari anak dan istrinya.{{sfn|Damayanti and Windratie 2009, Konser Classical Chrisye}} Tiket untuk konser tribut tersebut terjual habis.{{sfn|Rolling Stone Indonesia 2009, Classic Chrisye: A Night}}
|