Pembicaraan:Aksara Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 80:
::Aksara Ka Sasak digunakan untuk menggantikan abjad '''Q''' untuk adaptasi penulisan dari serapan bahasa Arab yang digunakan dalam bahasa Sasak. Misalnya untuk penulisan Al Quran, Al Qomar dll. Sedangkan Aksara Ra Agung hanya ditemui di manuskrip kuno terutama pada kakahwin yang berkenaan dengan agama Hindu aksara ini sangat jarang ditemui dan sedikit sekali. [[Pengguna:empu|'''<span style="border:1px solid white;padding:1px;background:red;color:#fff"> eMpu </span>''']][[Pembicaraan Pengguna:empu|<span style="background:#000;color:#fff;padding:1px"> bicara </span>]] 25 Maret 2014 03.03 (UTC)
:::Sepanjang pengetahuan saya, Ka Sasak sebagai Q itu adalah usulan modern (terutama setelah keluarnya Unicode). Yang saya maksudkan dengan pertanyaan saya, kenapa bisa disebut Ka Sasak? Pasti dipakai di bahasa Sasak (seperti dijelaskan di paragraf pembuka artikel). Nah, kata apa yang dimaksud? Apakah di bahasa Sasak juga untuk transliterasi bahasa Arab? Kalau Ra Agung apakah juga digunakan di aksara Bali modern? [[wikt:salam|ꦱꦭꦩ꧀]] ‑[[User:Bennylin|<span style="font:small-caps 1.3em Garamond,Times,serif;color:#772277;letter-spacing:0.1em;">Bennylin</span>]] <sup><small>「[[Pembicaraan pengguna:Bennylin|omong]]」</small></sup> 05.39, 27 Maret 2014 (WIB)
:::
::: Ada yang ingin saya tanyakan. Jika pengagas Unicode mau menyelaraskan inventoris aksara Jawa-Bali u/ bhs Sasak, kenapa terdapat huruf tambahan Bali untuk bahasa Sasak yang tidak punya padanan Jawa? Huruf itu ialah '''Khot Sasak, Tzir Sasak, Ef Sasak, Ve Sasak, Zal Sasak, '''dan '''Asyura Sasak'''. Kenapa hanya Ka sasak yang menjadi perhatian? [[Pengguna:Alteaven|Alteaven]] ([[Pembicaraan Pengguna:Alteaven|bicara]]) 27 Maret 2014 09.56 (UTC)
::: Aksara Jawa sudah memiliki aksara rekan tersendiri dan para penggagas mungkin menganggap satu aksara Ka Sasak sudah cukup untuk melengkapi aksara rekan Jawa yang sudah ada, kalau tidak salah aksara Bali tidak memiliki aksara rekan makanya mengadaptasi semua aksara rekan yang ada di aksara sasak. Kalau menurut penggagas unicode aksara Bali, dulunya beliau berencana menggabungkan semua aksara daerah dalam satu blok unicode menjadi ''Aksara Nusantara'' tetapi ditolak oleh unicode karena memang berbeda. Karena waktu itu slot unicode masih cukup akhirnya dipaksakan semua aksara Bali (dan serumpun) untuk dimasukan dalam unicode agar lengkap dan banyak, dan akhirnya disetujui. Sayangnya, ketika pengajuan aksara Jawa slot unicode sudah berkurang cukup banyak dan akhirnya dimampat-mampatkan sampai akhirnya disetujui menjadi 96 slot (aksara Bali dapat 128). Maunya penggagas unicode aksara jawa, aksara jawa minimal harus dapat 256 slot sayangnya ditolak karena slot unicode sudah menipis, dan kita juga harus bersyukur karena Indonesia bisa memasukan beberapa aksara lagi menjadi total '''6+1''' di blok utama unicode dan termasuk terbanyak (dari segi ragamnya) setelah India. Untuk info lengkapnya silakan kunjungi http://ganeshana.org/new/ atau http://ki-demang.com untuk penggagas unicode aksara Jawa dan http://babadbali.com untuk penggagas unicode aksara Bali. [[Pengguna:empu|'''<span style="border:1px solid white;padding:1px;background:red;color:#fff"> eMpu </span>''']][[Pembicaraan Pengguna:empu|<span style="background:#000;color:#fff;padding:1px"> bicara </span>]] 27 Maret 2014 22.49 (UTC)
==Bagian Fon==
|