Syahril Japarin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
| alma_mater = [[Institut Teknologi Bandung]]
| occupation = [[Profesional]]
| known_for = DirutDirektur Utama [[Pelayaran Nasional Indonesia|PT Pelni]]
| religion = [[Islam]]
| spouse =
Baris 31:
==== Karier ====
Setelah menamatkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Syahril bekerja untuk pertama kali di sebuah perusahaan milik [[Jepang]] yang bergerak di bidang konsultan dan kontraktor minyak dan gas. Setelah itu ia bekerja di berbagai perusahaan milik asing lainnya. Sampai suatu ketika ia ditawari untuk memimpin dan membenahi sebuah [[PDAM]], perusahaan milik daerah di [[Kota Pontianak|Pontianak]], [[Kalimantan Barat]], sebuah perusahaan milik daerah. Tanpa mengetahui situasi dan kondisi di perusahaan tersebut ia menerima tawaran itu dan ia diangkat sebagai direktur utama setelah melalui ''fit and proper test'' dihadapan semua pemangku kepentingan di perusahaan tersebut.<ref name="BUMN Track"/>
 
Dengan taat prinsip dan menegakkan semua aturan main, hanya dalam tempo 2 bulan Syahril berhasil menekan kebocoran sebesar 16 persen dan meningkatkan penghasilan sebesar 30 persen. Di tengah intrik dan ketidak-senangan beberapa pihak baik internal maupun eksternal, Syahril mendapatkan beberapa penghargaan, yaitu ''BUMD Terbaik'', ''CEO Terbaik'', dan ''PDAM Terbaik'' pada tahun pertama ia memimpin perusahaan milik daerah tersebut.<ref name="BUMN Track"/>
 
Keberhasilan Syahril mengelola PDAM di Pontianak akhirnya mengundang Menteri BUMN [[Azwar Abubakar]] untuk mengajaknya membenahi perusahaan pelayaran PT Djakarta Lloyd yang tengah karam. Terpanggil jiwa nasionalisnya, Syahril pun tidak menampik. Ia masuk ke dalam perusahaan yang dikatakan terlilit hutang sebesar 1 trilyun rupiah tersebut. Namun setelah ditelusuri ternyata PT Djakarta Lloyd menanggung beban hutang 3 trilyun rupiah, dan lebih parahnya lagi kapal-kapal milik perusahaan itu disita tidak lama setelah ia dipercaya menduduki pucuk pimpinan. Dengan segala daya dan upaya ia berusaha dari minggu ke minggu mencari dana untuk uang makan dan transportasi para karyawan. Dengan tabah dan penuh pengorbanan demi membela sebuah perusahaan milik bangsa Syahril pun rela tidak menerima gaji selama perusahaan belum mendatangkan keuntungan.<ref name="BUMN Track"/>
 
Ketabahan Syahril akhirnya membuahkan hasil. Pada bulan ke-17 PT Djakarta Lloyd mendapatkan order dari [[Perusahaan Listrik Negara|PT PLN]], yang merupakan order pertama dalam masa kepemimpinannya. Setelah itu order-order berikutnya pun datang. Sebelum meninggalkan PT Djakarta Lloyd, Syahril berhasil mendapatkan 15 order berikutnya.<ref name="BUMN Track"/>
 
Dengan alasan ketabahan dan integritas yang ada di diri Syahril, Menteri BUMN Dahlan Iskan pun akhirnya menarik Syahril dari PT Djakarta Lloyd untuk mengurus perusahaan pelayaran milik negara yang lebih besar, yaitu PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang juga tengah berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan.<ref name="Liputan6"/>
== Rujukan ==