Abdullah Said: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ainuddin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ainuddin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 69:
Kendati Hidayatullah tidak berorientasi kepada politik, tetapi Ustadz Adullah Said tidak mau ketinggalan mengikuti perkembangan politik. Namun dalam pandangan beliau, jika suatu saat tiba-tiba pemerintah (yang saat itu berada dibawah kekuasaan partai Golkar) merubah undang-undang keormasan dan memberikan kesempatan untuk menambah jumlah partai politik, maka Hidayatullah lah yang paling siap berpartisipasi dengan mengandalkan cabang-cabang yang ada diseluruh Indonesia yang siap menyala jika Gunung tembak sebagai generator telah dihidupkan.
 
Beliau menginginkan para pemuda masuk barisan partai oposisi karena jika ditangkap masih bisa bertahan hidup dipenjara, sedangkan kaum tua disuruh masuk golkar agar mendapat jaminan. Beliau menginginkan Hidayatullah menguasai kursi pada tiga partai saat itu (Golkar, PPP, dan PDI), sehingga keputusan yang dikeluarkan didominasi oleh Hidayatullah. Abdullah Said meninggal dunia di Jakarta pada 4 Maret 1998 setelah beberapa waktu menjalani pengobatan atas penyakit yang dideritanya.
 
Referensi:
Abdullah Said meninggal dunia di Jakarta pada 4 Maret 1998 setelah beberapa waktu menjalani pengobatan atas penyakit yang dideritanya. <ref>Mencetak Kader, Manshur Salbu, Hidayatullah Publishing, Edisi 1 Juni 2009, Tebal xiii + 360 Halaman </ref>
[http://www.pelita.or.id/baca.php?id=72370 Pelita Online, diakses 10/04/2014 pukul 10:07 WIB ]
[http://www.merdeka.com/peristiwa/di-jatim-ada-ponpes-gontor-kaltim-punya-hidayatullah.html Merdeka.com, Ramadhian Fadillah, Kamis, 20 Juni 2013 16:38]
[http://books.google.co.id/books/about/Mencetak_kader.html?id=38H7SAAACAAJ&redir_esc=y Mencetak Kader karya Manshur Salbu, Suara Hidayatullah Publishing, 2009 - 359 halaman]