Sorga Ka Toedjoe: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
What a joke (bicara | kontrib) |
||
Baris 53:
==Warisan==
[[File:Sorga ka Toedjoe film still 05.JPG|thumb|alt=Sebuah foto hitam-putih seorang pria dan seorang wanita di dalam sebuah sampan|Djoemala dan Roekiah berakting di tiga film lainnya.]]
Setelah ''Sorga Ka Toedjoe'', Tan's Film membuat empat film lainnya yang terbilang lebih sedikit ketimbang kompetitornya seperti Film Industri Jawa [[The Teng Chun]] dan anak perusahaannya. Tiga diantaranya dibintangi oleh Roekiah dan Djoemala sebagai pemeran utama, dan Kartolo sebagai pemeran pendukung.{{efn|Film terakhir perusahaan tersebut, ''Aladin dengan Lampoe Wasiat'' (''Aladin dan Lampu Ajaib''), dibintangi [[Elly Joenara]], Benny, dan Wolly Sutinah {{harv|Filmindonesia.or.id, Aladin}}.}}{{sfn|Biran|2009|p=224}} Film ini diiklankan, terkadang dengan judul berbahasa Belanda ''In Den Zevenden Hemel'', sebagai sebuah "film sederhana namun menarik"{{efn|Asli: "''... een eenvoudig, doch pakkend verhaal''"}} dengan menampilkan "musik yang bagus, lagu yang menarik, dan latar yang indah".{{efn|Original: "''De goede muziek, pakkende liedjes en schitterende natuurtafereelen''..."}}{{sfn|Soerabaijasch Handelsblad 1940, (tanpa judul)}} Tan berhenti beroperasi pada tahun 1942, ketika [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki Hindia Belanda]].{{sfn|Biran|2009|p=250}}
Film tersebut kemungkinan [[film hilang|hilang]]. Film-film di Hindia Belanda direkam menggunakan [[film nitrat]] yang sangat mudah terbakar, dan setelah kebakaran menghancurkan sebagian besar gudang [[Produksi Film Negara]] pada tahun 1952, film lama yang direkam menggunakan nitrat dihancurkan dengan sengaja.{{sfn|Biran|2012|p=291}} Namun, antropolog visual Amerika [[Karl G. Heider]] berpendapat bahwa seluruh film Indonesia yang berasal dari masa sebelum 1950 telah hilang.{{sfn|Heider|1991|p=14}} Meskipun demikian, Kristanto menyatakan bahwa beberapa yang selamat berada di arsip-arsip [[Sinematek Indonesia]], dan sejarawan film [[Misbach Yusa Biran]] menuliskan bahwa beberapa film propaganda Jepang yang selamat berada di [[Dinas Informasi Pemerintah Belanda]].{{sfn|Biran|2009|p=351}}
|