Nifas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 15:
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref> Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah melahirkan.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =170-179}}</ref>
Menurut [[Imam Asy-Syafi'i]], darah nifas adalah darah yang keluar dari rahimnya wanita yang sebelumnya mengalami kehamilan, meskipun darah yang keluar hanya berwujud segumpal darah.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =171}}</ref>
===Masa Nifas===
Masa nifas yang paling sedikit adalah beberapa saat setelah proses bersalin. Sedangkan, masa nifas yang paling lama adalah empat puluh hari, jika masa nifas lebih dari empat puluh hari dan bertepatan dengan datangnya haid pada saat sebelum hamil, maka hari yang lebih dari empat puluh hari tersebut adalah masa haid.<ref name="Farizal">{{cite book|author=Al Imam Ibnul Jauzi (translator: Farizal Tirmizi)|title =110 Hukum-Hukum Wanita (Ahkamun Nisa')|publisher= Darul Ma'rifah, Lebanon (indonesia= Pustaka Azzam)|date = 2001|pages =45}}</ref> Namun, jika darah yang keluar tersebut bukan pada waktu Haid, maka darah tersebut adalah [[istihadhah]] (penyakit). Hukum wanita yang sedang nifas sama dengan hukum wanita yang sedang haid.<ref name="Farizal">{{cite book|author=Al Imam Ibnul Jauzi (translator: Farizal Tirmizi)|title =110 Hukum-Hukum Wanita (Ahkamun Nisa')|publisher= Darul Ma'rifah, Lebanon (indonesia= Pustaka Azzam)|date = 2001|pages =45}}</ref>
Pada umumnya, batas lamanya masa nifas adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan dengan disertai tanda-tanda kelahiran. Ummu Salamah Ra. berkata, “Wanita mengalami masa nifas pada masa Rasulullah SAW. ialah selama 40 hari“. (HR. Tirmidzi)<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =170-179}}</ref>
===Nifas bagi Wanita yang Keguguran===
Darah yang keluar dari wanita hamil karena keguguran ada dua macam. Pertama, dikatakan darah nifas apabila yang keluar telah berbentuk manusia. Maka wanita wajib meninggalkan [[shalat]], tidak boleh [[puasa]], dan tidak boleh berhubungan intim dengan suami.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =173}}</ref>
Kedua, dikatakan darah rusak (fasad) jika yang keluar tidak berbentuk manusia. Dalam hal ini, darah yang keluar tidak dikatakan sebagai darah nifas, tetapi darah istihadah (penyakit).
“Apabila nutfah (zigot) telah lewat empat puluh dua malam (dalam riwayat lain; empat puluh malam), maka Allah Swt. Mengurus seorang malaikat kepadanya, lalu ia membentuk nutfah tersebut. Dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya dan tulang belulangnya. Lalu, malaikat itu bertanya (kepada Allah SWT), “Ya Tuhanku, apakah ia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?’ maka Allah kemudian memberi keputusan“. (HR. Muslim).<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =174}}</ref>
Hadits tersebut menjelaskan bahwa awal mula terciptanya janin dan penampakan anggota-anggota tubuhnya setelah melewati 40 hari dan janin tersebut sudah berbentuk manusia.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =174}}</ref> [[Imam Asy-Syafi'i]] menjelaskan darah nifas sebagai berikut : “Adapun darah nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah melahirkan. Sama saja apakah yang dilahirkan itu dalam keadaan hidup atau mati, dalam kondisi utuh atau kurang (cacat)“.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =175}}</ref>
===Nifas pada Kelahiran Bedah (Caesar)===
Beberapa ulama mengatakan bahwa nifas pada kelahiran bedah ([[caesar]]), sama dengan hukum wanita-wanita lain yang mengalami nifas karena persalinan normal.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =175}}</ref> Apabila ia melihat kemaluannya megeluarkan darah, ia wajib meninggalkan shalat dan puasa sampai ia suci. Akan tetapi, jika ia tidak melihat kemaluannya mengeluarkan darah, maka ia wajib mandi ([[bersuci]]), mengerjakan shalat, dan puasa sebagaimana halnya wanita yang suci.<ref name="Atiqah">{{cite book|author=Atiqah Hamid|title = Buku Lengkap Fiqh Wanita| publisher = DIVA Press|date = 2013|pages =175}}</ref>
===Bersuci setelah Nifas===
Wanita yang sudah berhenti nifasnya, maka ia wajib bersuci. Tata cara bersucinya sama saja dengan tata cara mandi haid. Perbedaanya hanya di niatnya.
<big>نَوَيْتُ الغَسْلَ عَنِ النِفَاسِ لِلهِ تَعَالَىc</big>
Maksudnya : “Sahaja aku mandi daripada nifas kerana Allah Taala”.<ref name="Ustaz Nor Amin">{{cite web
Baris 53:
Hal ini berdasarkan hadis Aisyah radhiallahu ‘anha, yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haid. Beliau menjelaskan:
<big>
تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا</big>
“Kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu wudhu dengan sempurna. Kemudian menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya agak keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian menyiramkan air pada kepalanya. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya.” (HR. Bukhari no. 314 & Muslim no. 332)<ref name="Ammi">{{cite web
| title = Tata Cara Mandi Wajib khusus Wanita
| work =
| publisher = Konsultasi Syariah
| date = [[2012-09-19]]
| url = http://www.konsultasisyariah.com/tata-cara-mandi-wajib-khusus-wanita/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
Kedua: Melepas gelungan, sehingga air bisa sampai ke pangkal rambut
Baris 71 ⟶ 80:
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
===Perbedaan Haid, Nifas, dan Istihadah===
''Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di'' mengatakan "Tiga macam darah tersebut keluar dari satu jalan.<ref
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref> Namun namanya berbeda, begitu pula hukum-hukumnya, karena perbedaan sebab keluarnya.
Adapun darah nifas sebabnya jelas, yaitu darah yang keluar dari seorang wanita karena melahirkan. Darah nifas ini merupakan sisa darah yang tertahan di dalam rahim sewaktu hamil. Bila seorang wanita telah melahirkan kandungannya, darah itu pun keluar sedikit demi sedikit.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
Baris 88 ⟶ 103:
</ref>
Bisa jadi waktu keluarnya lama/panjang, dan terkadang singkat. Tidak ada batasan minimal waktu nifas ini. Adapun waktu maksimalnya menurut [[mazhab Hambali]] adalah 40 hari, dan bila lebih dari 40 hari darah masih keluar sementara tidak bertepatan dengan kebiasaan datangnya waktu haid maka darah tersebut adalah darah istihadhah. Namun menurut pendapat yang shahih, tidak ada pula batasan waktu maksimal dari nifas ini.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
Darah yang keluar bukan karena sebab melahirkan adalah darah haid sebagai suatu ketetapan dan sunnatullah atas seorang wanita. Di mana bila si wanita sudah dapat hamil dan melahirkan maka secara umum akan datang kepadanya haid di waktu-waktu tertentu, sesuai dengan keadaan dan kebiasaan si wanita. Bila seorang wanita hamil umumnya ia tidak mengalami haid, karena janin yang dikandungnya beroleh sari-sari makanan dengan darah yang tertahan tersebut.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
Keluarnya darah haid menunjukkan sehat dan normalnya si wanita. Sebaliknya tidak keluarnya darah haid menunjukkan ketidaksehatan dan ketidaknormalan seorang wanita. Makna ini disepakati oleh ahli ilmi syar’i dan ilmu kedokteran, bahkan dimaklumi oleh pengetahuan dan kebiasaan manusia. Pengalaman mereka menunjukkan akan hal tersebut. Karena itulah ketika memberikan definisi haid, ulama berkata bahwa haid adalah darah alami yang keluar dari seorang wanita pada waktu-waktu yang dimaklumi.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
Menurut pendapat yang shahih, tidak ada batasan umur minimal seorang wanita mendapatkan haid. Begitu pula batasan waktu minimal lamanya haid, sebagaimana tidak ada batasan maksimalnya. Tidak ada pula batasan minimal masa suci di antara dua haid. Bahkan yang disebut haid adalah adanya darah, dan yang disebut suci adalah tidak adanya darah. Walaupun waktunya bertambah atau berkurang, mundur ataupun maju, berdasarkan zahir nash-nash syar’i yang ada, dan zahir dari amalan kaum muslimin. Juga karena tidak melapangkan bagi wanita untuk mengamalkan selain pendapat ini.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
Adapun istihadhah adalah darah yang keluar dari seorang wanita di luar kebiasaan dan kewajaran, karena sakit atau semisalnya.
Bila seorang wanita terus menerus keluar darah dari kemaluannya, tanpa berhenti, maka untuk mengetahui apakah darah tersebut darah haid ataukah darah istihadhah bisa dengan tiga cara berikut ini secara berurutan.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
(1) Apabila sebelum mengalami hal tersebut ia memiliki kebiasaan (‘adah) [[haid]] maka ia kembali pada kebiasaannya (‘adah-nya). Ia teranggap haid di waktu-waktu ‘adah tersebut, adapun selebihnya berarti istihadhah. Selesai masa ‘adah-nya ia mandi dan boleh melakukan ibadah puasa dan shalat (walau darahnya terus keluar karena wanita istihadhah pada umumnya sama hukumnya dengan wanita yang suci
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
(2) Bila ternyata si wanita tidak memiliki ‘adah dan darahnya bisa dibedakan, di sebagian waktu darahnya pekat/kental dan di waktu lain tipis/encer, atau di sebagian waktu darahnya berwarna hitam, di waktu lain merah, atau di sebagian waktu darahnya berbau busuk/tidak sedap dan di waktu lain tidak busuk, maka darah yang pekat/kental, berwarna hitam, dan berbau busuk itu adalah darah haid. Yang selainnya adalah darah istihadhah.<ref name="Asy Syariah">{{cite web
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
(3) Apabila si wanita tidak memiliki ‘adah dan tidak dapat membedakan darah yang keluar dari kemaluannya, maka di setiap bulannya (di masa-masa keluarnya darah) ia berhaid selama enam atau tujuh hari karena adanya hadits-hadits yang tsabit dalam hal ini. Kemudian ia mandi setelah selesai enam atau tujuh hari tersebut walaupun darahnya masih terus keluar. Sedapat mungkin ia menyumpal tempat keluarnya darah (bila darah terus mengalir) dan berwudhu setiap kali ingin menunaikan shalat.” (Al-Irsyad ila Ma’rifatil Ahkam, hal. 23-26 sebagaimana dinukil dalam Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 263-265
| title = Perbedaan antara Darah Haid, Istihadhah, dan Darah Nifas
| work =
| publisher = Asy Syariah
| date = [[2011-11-19]]
| url = http://asysyariah.com/perbedaan-antara-darah-haid-istihadhah-dan-darah-nifas/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-04-22}}
</ref>
== Referensi ==
|