Memetika: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
translated from En WP |
|||
Baris 48:
Penerapan memetika untuk memecahkan masalah sistem sosial kompleks yang sulit dan kelestarian lingkungan, baru-baru ini telah dicoba di thwink.org. Dengan menggunakan jenis-jenis meme dan infeksi memetika dalam beberapa model simulasi saham dan aliran, Jack Harich telah menunjukkan beberapa fenomena menarik yang mungkin saja, hanya bisa dijelaskan dengan baik oleh meme. Salah satu modelnya, ''The Dueling Loops of the Political Powerplace'',<ref> [http://www.thwink.org/sustain/articles/005/DuelingLoops_Paper.htm ''The Dueling Loops of the Political Powerplace.'']</ref> memperlihatkan bahwa alasan mendasar untuk melakukan korupsi adalah norma dalam politik yang karena keuntungan struktural umpan balik yang melekat diadu satu sama lain. Model lain, ''The Memetic Evolution of Solutions to Difficult Problems'',<ref>[http://www.thwink.org/sustain/articles/007/MemeticEvolutionOfSolutions.htm ''The Memetic Evolution of Solutions to Difficult Problems'']</ref> menggunakan meme, algoritma evolusioner, dan metode ilmiah untuk menunjukkan bagaimana solusi yang kompleks berevolusi dari waktu ke waktu dan bagaimana proses tersebut dapat ditingkatkan. Wawasan yang diperoleh dari model ini digunakan untuk membangun elemen solusi memetika untuk masalah yang keberlanjutan.
Penerapan lain memetika yang dilakukan secara keberlanjutan adalah Climate Meme Project yang dibiayai secara bersama-sama yang dilakukan oleh Joe Brewer dan Balasz Laszlo Karafiath pada musim semi tahun 2013. Penelitian ini didasarkan pada pengumpulan 1000 ekspresi unik berbasis teks yang dikumpulkan dari Twitter, Facebook, dan wawancara terstruktur dengan para aktivis iklim. Temuan utama pada proyek ini adalah bahwa meme pemanasan global tidak efektif untuk menyebarkan wacana tersebut karena menyebabkan tekanan emosi dalam pikiran orang-orang yang mempelajarinya. Terdapat lima ketegangan sentral yang terungkap dalam wacana tentang perubahan iklim, yang masing-masing merupakan titik resonansi di mana dialog dapat terjadi. Ketegangannya berupa “keharmonisan/ketidakharmonisan” (apakah manusia adalah bagian dari alam), “kelangsungan hidup/kepunahan” (membayangkan masa depan baik sebagai keruntuhan total peradaban atau kepunahan total ras manusia), “kerjasama/konflik” (mengenai apakah manusia dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah global), “momentum/keragu-raguan” (tentang apakah kita membuat kemajuan pada skala kolektif untuk mengatasi perubahan iklim), dan “elitisme/heretic” (sentimen umum bahwa setiap sisi perdebatan menganggap para ahli yang ada pada pihak lawan sebagai orang yang tidak dapat dipercaya.<ref>Using Memes to Improve Climate Change Communication</ref>
Ben Cullen, dalam bukunya, ''Contagious Ideas'',<ref>Cullen, Ben (2000). ''Contagious Ideas: On evolution,culture, archaeology, and Cultural Virus Theory''. Oxford dan Oakville: Oxbow Books. ISBN 1-84217-014-7.</ref> menyampaikan gagasan mengenai meme ke dalam ilmu arkeologi. Dia menciptakan istilah "''virus cultural theory''", dan menggunakannya untuk mencoba untuk meletakkan teori arkeologi dalam paradigma neo-Darwinian. Memetika arkeologi dapat membantu menerapkan konsep meme pada budaya materialis, khususnya.
Francis Heylighen dari Center Leo Apostel for Interdisciplinary Studies telah mendalilkan apa yang dia sebut "kriteria seleksi memetika”. Kriteria ini membuka jalan kepada bidang khusus “memetika terapan” untuk mengetahui apakah kriteria seleksi ini bisa bertahan jika diuji dengan analisis kuantitatif. Pada tahun 2003, Klaas Chielens melakukan uji ini dalam proyek tesis untuk mendapatkan gelar Master yaitu tentang kemungkinan uji bagi kriteria seleksi.
== Rujukan ==
<references />
|