Chen De Xiu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- hektar + hektare)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Di tahun +Pada tahun )
Baris 37:
Kisah yang disampaikan ''Sumirin'', juru kunci generasi ketiga (setelah ''Seni'' dan putranya ''Tukirin'') yang menjaga gua Tan Tik Sioe di Sumberagung, Tan Tik Sioe sejak usia anak-anak ditemukan sejumlah anak-anak desa yang sedang menggembalakan kerbau dalam keadaan terlantar di dekat persawahan Desa Sumberagung. Tan Tik Sioe, yang dalam kisah itu diduga menyandang [[autis]], diambil sebagai anak angkat oleh seorang misionaris [[Belanda]] yang dikenal pula sebagai sastrawan. Nama ayah angkatnya disamarkan sebagai Budiman. Selain sebagai misionaris, ia juga pengelola kebun kelapa milik belanda di ''Onderneming Soemberagoeng Afdeeling Toeloengagoeng''. Dari ayah angkat, Tan Tik Sioe menguasai ilmu kesusasteraan yang kemudian dipublikasikan melalui media surat kabar terbitan Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta.<ref name="RSP"/>
 
Selain diajar kesusastraan, Tan Tik Sioe juga diizinkan ayah angkatnya berguru kepada ''Eyang Boejoet'' yang dikenal memiliki ilmu [[kejawen]] tingkat tinggi. Ayah angkatnya juga memberikan tanah di tepi lahan perkebunan kelapa untuk dijadikan gua pertapaannya agar dapat mendalami ilmu yang diajarkan ''Eyang Boejoet''. DiPada tahun 1922, Tan Tik Sioe yang berusia 38 tahun sudah berhasil secara sempurna menguasai ''ilmu sabda'' dan ''sangkan paraning dumadi'' dari gurunya. Ia pun kemudian tinggal di ''Gua Gondo Mayeet'' dan menjadi sesosok pertapa yang sakti.<ref name="RSP"/>
 
==Kultus==