Catur (wayang kulit): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
Membuat halaman catur (pewayangan)
Tag: BP2014
 
BP90Vincentius (bicara | kontrib)
menambah gambar dan subjudul
Tag: BP2014
Baris 1:
'''Catur''' (dalam pewayangan) merupakan semua wujud [[wacana]] atau [[bahasa]] yang diucapkan oleh [[dalang]] dalam pentas [[wayang|pewayangan]].<ref name="murti"> {{cite book|title=Teori Pedalangan|author=Bambang Murtiyoso, dkk|publisher=ISI Surakarta|year=2007|location=Surakarta|isbn=979-8217-60-8}} </ref> Kata catur sendiri memuat makna perbincangan dan pembicaraan. <ref name="kbbi"> {{cite web|url=http://kbbi.web.id/catur-2|title=Kamus Besar Bahasa Indonesia|accessdate=5 Mei 2014}} </ref> Maka perbincangan para [[tokoh]] wayang dibawakan oleh dalang disebut catur.<ref name="tarno"> {{cite book|title=Estetika Pedalangan|author=Soetarno, dkk|publisher=ISI Surakarta|year=2007|location=Surakarta|isbn=979-8217-59-4}} </ref> Catur memuat nilai-nilai [[filosofis]] yang terkandung dalam sebuah [[lakon]] wayang dan menjadi unsur yang penting dalam seni pedalangan. <ref name="isiden"> {{cite thesis|title=Pakeliran Wayang Inovatif Lakon Dalem Sidakarya|author=I Ketut Muada|publisher=ISI Denpasar|year=2013|location=Denpasar|page=16}} </ref> <ref name="uin"> {{cite thesis|title=Makna Filosofis Punakawan dalam Wayang Jawa|author=Amirul Sholihah|publisher=UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta|location=Yogyakarta|year=2008|page=25}} </ref> Catur dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu janturan, pocapan, dan ginem.<ref name="murti"/>
 
[[Berkas:Dalang performing at Pakualaman District Office 01.jpg|thumb|250px|right|Catur menjadi sarana dalang menyampaikan ide dan gagasannya]]
==Perkembangan dan Pengertian Catur==
Catur adalah konsep yang diciptakan oleh perguruan tinggi ISI Surakarta yang kemudian dipakai secara luas dalam dunia pedalangan khususnya di daerah Jawa.<ref name="tarno"/> Generasi dalang jaman dulu menyebut catur dengan beberapa istilah yang berbeda-beda, seperti antawecana, pocapan, kocapan, kandha, gunem, dan ginem.<ref name="tarno"/> Pada tahun 1975, [[Humardani]] memunculkan istilah tutur untuk menyebut narasi dan dialog wayang. Beberapa tahun kemudian para mahasiswa dan dosen STSI (sekarang ISI) Surakarta menggunakan istilah catur yang kemudian meluas ke kalangan para dalang.<ref name="tarno"/>
 
Catur meliputi pemilihan dan pemakaian [[kosa kata]] sesuai dengan [[sastra pedalangan]].<ref name="tarno"/> Catur disesuaikan dengan [[karakter]] dan kedudukan tokoh wayang, suasana [[adegan]], dan [[latar]].<ref name="tarno"/> Pemikiran dan ide dalang disampaikan melalui catur supaya mudah dipahami oleh [[penonton]].<ref name="tarno"/>
 
==Jenis-jenis Catur==
 
 
 
==Rujukan==