Oeripan Notohamidjojo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di zaman + pada zaman)
k clean up, replaced: beliau → ia (47), Beliau → Ia (2) using AWB
Baris 67:
Notohamidjojo dilahirkan di kota kecil Blora pada tahun 1915 dalam keluarga Abdullahfatah seorang tokoh hukum agama dan pergerakan Islam. Jika ditelusur garis keturunan ke atas dapat diketemukan tokoh-tokoh menjabat di bidang pemerintahan dan bidang keagamaan. Agaknya dalam diri Dr. Notohamidjojo bersatulah dua cabang keahlian itu dengan serasi. Seorang rektor berkeahlian ilmu hukum, manager-administrator berpola kepemimpinan ‘Bapa’ dan seorang awam peminat theologia serta penggumul filsafat dari aliran Dooyeweerd.
 
Setelah tamat belajar dari Hollandsch Zendingschool, sekolah dasar tujuh tahun berbahasa pengantar Belanda, yang dipimpin oleh Nona E. Kuckel, pada tahun 1929 ia melanjutkan belajar ke Christelijke Hollands Inlandse Kweekschool di Solo, suatu sekolah pendidikan guru enam tahunan yang menyiapkan guru-guru untuk sekolah dasar. Meskipun maksud ayah sebenarnya supaya dengan menyekolahkan anak di Solo dapat diketahui rahasia metode penginjilan yang dilaksanakan oleh pendeta Zending Dr. Van Andel, tetapi sang anak menjelang pada suatu hari menghadap ayah dengan pemberitahuan bahwa pelajaran agama Kristen yang diterima dalam katekisasi amat menarik sehingga beliauia mohon perkenan ayah untuk dibaptiskan masuk Kristen. Hal ini baru kemudian sesudah usia 20 tahun dicapai, diizinkan oleh bapak Abdullahfatah dengan hati yang berat.
 
Pertobatan yang berdasarkan keyakinan penuh ini sangat berarti bagi hidup dan karya Dr. Notohamidjojo di kemudian hari. Setelah tamat dari Chr. H.I.K. pada tahun 1935, ia tanpa bekerja terlebih dulu sebagai guru di H.I.S. yang sebenarnya merupakan syarat minimum diperkenankan belajar 3 tahun di Bandung untuk memperoleh akte kepala sekolah dasar pada hoofdactecursus di sana. Kawan sekelas sejak di H.I.K. dan di kursus tersebut antara lain Bapak S. Subanu, M.A. yang kemudian mendampinginya sebagai wakil rektor.
Baris 82:
Berfikir historis yang bercorak progresif liniernya terima dari Dr.H. Kroeskamp, guru sejarahnya yang juga membimbing ia kepada dasar-dasar politik Kristen. Guru-guru lain yang ia rasa ikut membangkitkan kecintaan kepada pelbagai cabang pengetahuan adalah tuan-tuan J.In. ‘t Veld dan P. de Koomen untuk bahasa Belanda, tuan F. Eygenraam untuk ilmu pasti dan tuan H.C. Beekman untuk ilmu hayat. Yang terakhir ini kemudian menjadi kolega mengajar di S.G.A. Kristen Jakarta.
 
Memang dalam pandangan tradisionil Jawa, sabda dari tokoh pendita (guru) dan ratu (raja) dijunjung tinggi. Rasa hormat dan segan terhadap itu tadi disatukan dalam ungkapan “sabda pendita ratu”. Semasa beliauia belajar untuk hoofdacte di Bandung, psikologi dan paedagogik diajarkan oleh Dr.T.S.G. Mulia tokoh yang beliauia hormati dan kagumi.
 
Sejak usia 21 tahun beliauia sudah menulis dalam surat-surat kabar De Locomotief dan Soerabajaasch Handelsbald tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Bakat menulis ini beliauia warisi dari ayah yang setelah meninggalkan bidang keagamaan kemudian bekerja pada B.P.M. di Cepu dan ikut aksi pemogokan pada tahun 1919; sesudah itu ayah aktif bergerak dalam partai Serikat Islam dan membantu H.O.S. Tjokroaminoto dalam mengasuh surat kabar Oetoesan Hindia sebagai redaktur untuk ruang Agama Islam.
 
Dalam tulisan-tulisan beliautulisannya nampak perhatian beliauperhatiannya kepada bidang politik dan kebudayaan yang erat sekali hubungannya dengan pekerjaan beliaupekerjaannya sebagai guru sejarah. Buku pertama yang ditulisnya untuk sekolah-sekolah menengah adalah Tata Negara Indonesia. Pada tahun-tahun awal berdirinya PTPG beliauia masih ikut mengajar sejarah Indonesia pada jurusan Sejarah yang diasuh oleh R.M. Subantardjo bekas kawan sekelasnya juga pada zaman Solo.
 
Dorongan pertama untuk menulis buku-buku ilmiah populer datang dari Prof.Dr. Johannes Verkuyl yang beliauia kenal dari dekat pada zaman Jakarta. Di samping menulis buku beliauia pertama ‘Iman Kristen dan Politik’ BPK, 1951 beliauia sebagai anggota staf redaksi De Zaaier menulis pelbagai artikel sekitar kejawen dan kekristenan serta pertaliannya dengan praktik penginjilan di tanah Jawa.
 
Guru-guru besar beliaubesarnya di fakultas Hukum yang mengesan adalah pertama Prof. Mr. L.W.G. Lemaire yang memberikan pengantar ilmu Hukum, kedua Prof.Mr.G.J. Resink seorang literator dan jurist ulung dengan perhatian kepada sejarah dan politik International yang oleh beliauia disebut kawan dan guru. Yang ketiga adalah Prof. Dr.R.F. Beerling pengajar filsafat hukum penulis opus “Krator, Mens en Recht” yang isinya kemudian beliauia pergunakan untuk menyalin perkuliahan beliauperkuliahannya filsafat hukum di Salatiga.
 
Dr. Notohamidjojo men-sistematika-kan filsafat hukum, meliputi: asal, hakekat, tujuan hukum manusia dalam hukum dan norma-norma ethis-religius antara lain kebenaran dan keadilan dalam mempraktikan hukum.
Baris 96:
== Kegiatan di bidang politik dan kegerejaan ==
 
Ketika pada tahun 1945 mulai ada kebebasan untuk bergerak dalam organisasi, Dr. Notohamidjojo ikut aktif sebagai anggota pengurus besar PGRI; beliauia diserahi menjadi ketua bidang politiknya. Kemudian dengan berdirinya Parkindo beliauia menceburkan diri pula. Pemilihannya untuk masuk partai Kristen ini berdasarkan keyakinan perlunya ada partai Kristen. BeliauIa membaca buku-buku Dr. [[Abraham Kuyper]] pertentangan politik Kristen dengan mendalam pada zaman pendudukan Jepang. Sikap beliauSikapnya terbuka terhadap pandangan orang Kristen yang menggabungkan diri dengan partai-partai non-Kristen, asal partai-partai tersebut mengakui Pancasila sebagai filsafat negara dan memperjuangkan demokrasi serta keadilan sosial, khususnya PNI dan PSI aliran Sjahrir.
 
Dr. Notohamidjojo mengakui bahwa Parkindo juga termasuk beliauia sendiri, kurang berani berdialog dengan partai-partai Islam, akan tetapi dialog yang melalui kontak pribadi ada juga misalnya beliauia sendiri telah lama mengajar di Universitas Sultan Agung di Semarang. Secara organisasi kontak dirasa tak mungkin, hanya sejak pada tahun 1971, dengan ada menteri Agama baru Dr. Mukti Ali, beliauia melihat perspektif-perspektif baru untuk berdialog sehat dengan fihak golongan Islam.
 
Pengaruh beliauPengaruhnya atas peristiwa-peristiwa di dalam tubuh Parkindo jelas, yakni beliauia banyak berbicara pada kesempatan-kesempatan konggresnya, juga sampai nivo nasional pengaruh Dr. Notohamidjojo nampak, misalnya yang berupa advis-advis untuk pelbagai formasi kabinet dalam tahun-tahun ketika demokrasi masih leluasa sampai tahun 1957.
 
Dr. Notohamidjojo peka sekali terhadap gelagat dan kemungkinan-kemungkinan timbulnya bentrokan-bentrokan antar golongan Islam dan komunis, suatu hal yang pasti memerlukan sikap yang tegas dari pihak masyarakat Kristen. Bagi beliauBaginya kebijaksanaan dibutuhkan sekali sekitar tahun 1964-1965 ketika kekuatan komunis merembes masuk Universitas Satya Wacana. Ancaman komunis dalam segala bentuk beliauia lihat sebagai bahaya yang merongrong Pancasila.
 
Ketika tubuh gerejapun nampak mulai keresapan ‘roh zaman’, misalnya usul supaya menasakomkan majelis di suatu jemaat besar suatu kota, peringatan-peringatan beliauia lontarkan melalui pidato, kotbah dan tulisan-tulisan untuk membangkitkan kewaspadaan gereja dalam mengikuti gerak kemasyarakatan dengan sebagai bekal beliauia menganjurkan tiga sikap: jujur seperti burung merpati, berani seperti sahid dan cerdik seperti ular. Pada tahun 1951 beliauia menulis buku berjudul “Iman Kristen dan Politik” dengan maksud untuk menjelaskan kepada orang-orang Kristen akan tugasnya dalam membangun negara merdeka yang masih muda. Tahun-tahun berikutnya kesempatan menulis dengan bebas sangat terbatas karena situasi politik pada waktu itu. Baru pada tahun 1967 muncul buku beliauia “Tanggung Jawab Gereja dan Orang Kristen di Bidang Politik”. Di situ beliauia mendorong orang Kristen untuk berpartisipasi dengan tanggungjawab dalam mengembangkan negara.
 
Dalam tahun-tahun menjelang 1970 Dr. Notohamidjojo memanfaatkan suasana politik orde baru untuk mengindoktrinasikan Demokrasi Pancasila kepada masyarakat Kristen dengan buku yang berjudul juga demikian. Buku ini merupakan pengolahan-pengolahan kembali artikel-artikel yang pernah ditulisnya berturut-turut dalam harian Sinar Harapan. BeliauIa memang memiliki kemampuan untuk menyajikan pokok gagasan beliauia sesuai dengan selera dan daya tangkap pembaca yang luas.
 
Buku yang terbit terakhir berjudul “Masalah Keadilan” dapat dilihat sebagai pernyataan keprihatinan beliauia terhadap perkembangan yang ada sekarang di mana dasar-dasar Pancasila, keadilan sosial cenderung untuk diremehkan. Untung bahwa beliauia mampu untuk mengutarakan masalah dan pemecahannya dengan tepat dan tajam meskipun kadang-kadang perlu menggunakan teknik pasemon, memilih kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang dapat ditafsir sesuai dengan kepekaan segenap pembacanya. Buku-bukunya bagi umat Kristen merupakan pedoman yang berharga.
 
== Satya Wacana: “Setia Sabda” ==
Baris 117:
Dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia, Satya Wacana nampak menonjol terutama dalam corak keunikan “Indonesia Kecil”. Sebanyak 19 sinode gereja-gereja di tanah air dari Nias sampai Irian Jaya mendukungnya sehingga para mahasiswa yang berasal dari pelbagai daerah, pelbagai suku hadir dalam kampus Satya Wacana. Ratusan alumni Satya Wacana kini bekerja bertebaran di seluruh Nusantara mengabdikan diri di segala bidang dalam partisipasinya membangun Negara kita.
 
Perkembangan perguruan Satya Wacana tak selancar gambaran luar yang berupa gedung-gedung yang serba megah fasilitas yang mencukupi untuk studi. Berkali-kali Dr. Notohamidjojo menghadapi kesulitan-kesulitan di bidang finansiil, materiil akademis dan politis. Sebagai rector dan educational stateman terbukalah beliauia membicarakan segalanya dengan kawan-kawannya sekerja. Segala upaya pengatasan kesulitan dilandaskan pada doa karena Dr. Notohamidjojo percaya akan kekuasaan doa. Dalam situasi yang depresif beliauia mampu menggairahkan staf pembantunya ataupun dosen-dosen dan pegawai-pegawai untuk tetap menunjukkan dan membuktikan sikap dedikasi.
 
Sebagai sarjana hukum yang berspesialisasi filsafat hukum Dr. Notohamidjojo menggumuli filsafat wetside dari Dooyeweerd; bersama-sama dengan Dr.Sj. Roosjen karibnya, ia mendalami dan mengembangkannya. Gagasan-gagasan yang banyak diwarnai filsafat tersebut memengaruhi pula fisi beliauia yang nampak dalam penulisan kertas-kertas kerja beliauia untuk konfrensi-konfrensi atau seminar-seminar akademis antar perguruan tinggi Kristen di Hongkong, Tokyo, Manila, New York, Nederland dan Wina antara tahun 1964-1970.
 
Peristiwa yang penting dalam hidup beliauia dan Universitas dan IKIP Kristen Satya Wacana adalah penggelaran Doctor Honoris Causa kepada beliauia dalam ilmu hukum oleh Vrije Universiteit di Amsterdam melalui rektornya Prof.Mr.W.F. De Gaay Fortman pada tanggal 4 September 1972.
 
Sayang bahwa sepulangnya ke Salatiga beliauia banyak diganggu oleh penyakit tekanan darah tinggi sehingga beliauia perlu banyak mengaso dan pelbagai bidang-bidang kegiatannya dibagi-bagikan kepada para pembantunya. Namun kemauan beliauia yang keras dan rasa tanggungjawab beliauia yang tebal kadang-kadang menjadikan beliauia lupa akan kelemahan jasmani beliauia. Hubungan dengan partner-partner di luar begeri melalui korespondensi, menemui kunjungan serta pembicaraan-pembicaraan masih beliauia lakukan demi kelangsungan hidup dan perkembangan lanjut Satya Wacana.
 
Dr. Notohamidjojo yang akhirnya atas kemauan sendiri menyerahkan tugasnya sebagai pengasuh perguruan tinggi yang didirikannya selama 17 tahun yang lalu merasa puas bahwa ‘anak asuhannya’ akan berada dalam tangan mereka yang mampu melanjutkan perjuangan Satya Wacana dalam mengabdi gereja dan negara sesuai dengan makna namanya “Setia Sabda” dan yang selalu berpedoman kepada motto yang diambil dari Amsal Sulaiman 1:7 “Bahwa takut akan Tuhan itu permulaan segala pengetahuan”.
Baris 132:
 
{{lifetime|1915||Notohamidjojo, Oeripan}}
 
[[Kategori:Tokoh dari Blora]]
[[Kategori:Ilmuwan Indonesia]]