Kerajaan Segati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 22:
=== Kehidupan Sosial Budaya ===
Masyarakat Kerajaan Segati menganut agama Hindu/Budha.<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Untuk memenuhi kebutuhan hidup,
== Kejatuhan ==
Baris 28:
Oleh karena itu, Kerajaan Segati hanya melakukan perdagangan dengan Kuantan melalui [[Negeri Ranah Koto Macang Pandak]].<ref name="Riau Daily Photo"></ref> Pada waktu itu, datang seorang utusan Tuk Sanggar Raja Dilaut yang meminta bantuan Kerajaan Segati untuk menyerang Peringgi di Malaka.<ref name="Riau Daily Photo"></ref>
Tuk Jayo Bedil menyetujui permintaan tersebut dan mengirimkan angkatan perangnya yang dipimpin oleh [[Panglima Kuntu]].<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Dengan gabungan kekuatan dua kerajaan ini, terkenallah mereka dengan angkatan lautnya yang tangguh, yang menguasai Kuala Kampar.<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Setelah tua, Tuk Sanggar Raja Dilaut digantikan oleh Tuk Sanggar Dilaut Muda dan Panglima Kuntu dipanggil kembali ke Segati.<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Pemimpin pasukan digantikan oleh orang Besar Segati, yang berasal dari [[Gunung Hijau]] (Pagaruyung) yang bernama [[Sutan Peringgih]].<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Di bawah pimpinan kedua hulubalang (Panglima Kuntu dan Sutan Peringgih), banyak kapal Peringgi dikaramkan.<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref>
Beberapa tahun kemudian, datanglah utusan dari [[Aceh]].<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Utusan Aceh tersebut menuntut agar Segati memeluk agama [[Islam]].<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Karena Segati sebagai salah satu negeri yang memperdagangkan lada, maka, Aceh merasa perlu menaklukan negeri Segati. Saat itu, penduduk Segati memeluk agama Hindu atau Budha.<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Namun, tuntutan tersebut ditolak oleh Tuk Jayo Bedil.<ref name="Riau Daily Photo"></ref>
Setelah bertempur selama beberapa hari, Kerajaan Segati dapat ditaklukan dan diratakan dengan tanah oleh [[Kerajaan Aceh]].<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Setelah Segati kalah, Tuk Jayo Bedil melarikan diri ke daerah [[Petalangan Napuh]], kemudian ke Kuantan.<ref name="Daeng Ayub Natuna"> </ref> Bekas-bekas serangan Aceh masih dapat dijumpai dengan adanya tempat-tempat yang bernama [[Rencong Aceh]], [[Pangkalan Aceh]], dan [[Lubuk Aceh]] di Riau.<ref name="Riau Daily Photo"></ref>
== Referensi ==
|