D. Djajakusuma: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 36:
===Kehidupan awal===
Djajakusuma lahir pada 1 Agustus 1918 di Parakan, [[Kabupaten Temanggung|Temanggung]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]],<ref>{{harvnb|Setiawan 2009, National Film Month}}; {{harvnb|Ardan 1987, Djaduk Djajakusuma}}</ref> dari seorang ayah [[priyayi]], Raden Mas Aryo Djojokoesomo, dan istrinya Kasimah. Djajakusuma adalah anak kelima dari enam bersaudara, mereka hidup tercukupi dari gaji Djojokoesomo sebagai pimpinan pemerintahan.{{sfn|Hoerip|1995|p=104}} Ketika masa muda, ia senang menonton pertunjukan panggung, seperti pagelaran [[wayang]] dan tarian tradisional yang bernama tayuban;{{sfn|Hoerip|1995|pp=2–3}} pada beberapa waktu, ia sering meninggalkan rumahnya setelah waktu tidur untuk menonton pertunjukan. Dengan teman-temannya, ia suka menceritakan [[cerita sebelum tidur]] yang diceritakan oleh ibunya.{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}} Ketika pengaruh film-film [[Hollywood]] mulai meluas, ia sering menonton film-film [[Barat (genre)|Barat]] dan karya-karya yang dibintangi oleh [[Charlie Chaplin]].{{sfn|Hoerip|1995|p=4}}
Ia menyelesaikan pendidikannya di [[Semarang]], Jawa Tengah,{{sfn|JCG, Djaduk Djajakusuma}} lulus dari program [[ilmu pengetahuan alam]] di sekolah menengah keatas disana pada 1941.{{sfn|Hoerip|1995|p=4}} Meskipun keluarganya berharap agar ia menjadi karyawan pemerintahan seperti ayahnya, Djajakusuma lebih tertarik pada [[seni pertunjukan]].{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}} Ia kembali ke kambung halamannya pada beberapa waktu sebelum menyadari bahwa ia hanya memiliki kesempatan kecil di Parakan. Setelah itu, pada awal 1943 – setahun setelah Hindia Belanda [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|diduduki]] oleh [[Kekaisaran Jepang]] – Djajakusuma pindah ke pusat politik koloni tersebut, [[Jakarta]], untuk mencari pekerjaan.{{sfn|Hoerip|1995|p=8}}▼
Djajakusuma menjadi karyawan di Pusat Kebudayaan{{efn|Pusat Kebudayaan memiliki penyebutan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Nama Indonesia-nya adalah {{lang|id|Poesat Keboedajaan}}, sementara nama Jepang-nya adalah {{nihongo|''Keimin Bunka Shidōsho''|啓民文化指導所}}. Pusat Kebudayaan mempromosikan perkembangan berbagai bentuk kesenian, meliputi film dan drama, with the ultimate goal of providing propaganda for posisi politik Jepang {{harv|Hoerip|1995|p=8}}.}} sebagai seorang penerjemah dan aktor dibawah pengarahan [[Armijn Pane]].<ref>{{harvnb|JCG, Djaduk Djajakusuma}}; {{harvnb|Kompas 1987, Budayawan D. Djajakusuma}}</ref> Ketika bekerja, ia menerjemahkan beberapa karya buatan pembuat drama Swedia [[August Strindberg]] dan pembuat drama Norwegia [[Henrik Ibsen]],{{efn|Neither Norway nor Sweden was at war with Japan at the time, meaning such translations were considered acceptable by Djajakusuma's superiors {{harv|Hoerip|1995|p=9}}.}}{{sfn|Biran|2009|p=331}} serta sejarah Jepang dan beberapa permainan panggung ''[[kabuki]]''.{{sfn|Hoerip|1995|p=8}} Sementara itu, saat ia bersama dengan Pusat Kebudayaan, Djajakusuma menulis beberapa sandiwara panggung miliknya.{{sfn|Hoerip|1995|p=10}} Di waktu luang, Djajakusuma membantu mendirikan perusahaan teater amatir Maya, bersama dengan beberapa artis seperti [[HB Jassin]], [[Rosihan Anwar]], dan [[Usmar Ismail]]. Kelompok pertunjukan tersebut, yang dibentuk dalam merespon a desire for greater artistic freedom, mempertunjukan terjemahan dari karya-karya Eropa dan karya-karya asli dari Ismail dan El Hakim.{{efn|El Hakim adalah pseudonim dari Abu Hanifah {{harv|Hoerip|1995|pp=9–10}}.}} Demi mempromosikan rasa nasionalisme terhadap Indonesia sementara tetap menyesuaikan dengan peraturan dari biro penyensoran Jepang beberapa permainan Maya tidak secara eksplisit mempromosikan Jepang, melainkan [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya]]. Karya-karya tersebut ertemakan dukungan terhadap gerakan nasionalis Indonesia, meskipun, masih secara tersirat. Bersama dengan Maya, Djajakusuma melakukan perjalanan dari desa ke desa untuk mengadakan pertunjukan.{{sfn|Hoerip|1995|pp=9–10}}▼
▲Ia menyelesaikan pendidikannya di [[Semarang]], Jawa Tengah,{{sfn|JCG, Djaduk Djajakusuma}} lulus dari program [[ilmu pengetahuan alam]] di sekolah menengah keatas disana pada 1941.{{sfn|Hoerip|1995|p=4}} Meskipun keluarganya berharap agar ia menjadi karyawan pemerintahan seperti ayahnya, Djajakusuma lebih tertarik pada [[seni pertunjukan]].{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}}
▲Djajakusuma menjadi karyawan di Pusat Kebudayaan{{efn|Pusat Kebudayaan memiliki penyebutan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Nama Indonesia-nya adalah {{lang|id|Poesat Keboedajaan}}, sementara nama Jepang-nya adalah {{nihongo|''Keimin Bunka Shidōsho''|啓民文化指導所}}. Pusat Kebudayaan mempromosikan perkembangan berbagai bentuk kesenian, meliputi film dan drama, with the ultimate goal of providing propaganda for posisi politik Jepang {{harv|Hoerip|1995|p=8}}.}} sebagai seorang penerjemah dan aktor dibawah pengarahan [[Armijn Pane]].<ref>{{harvnb|JCG, Djaduk Djajakusuma}}; {{harvnb|Kompas 1987, Budayawan D. Djajakusuma}}</ref> Ketika bekerja, ia menerjemahkan beberapa karya buatan pembuat drama Swedia [[August Strindberg]] dan pembuat drama Norwegia [[Henrik Ibsen]],{{efn|Neither Norway nor Sweden was at war with Japan at the time, meaning such translations were considered acceptable by Djajakusuma's superiors {{harv|Hoerip|1995|p=9}}.}}{{sfn|Biran|2009|p=331}} serta sejarah Jepang dan beberapa permainan panggung ''[[kabuki]]''.{{sfn|Hoerip|1995|p=8}} Sementara itu, saat ia bersama dengan Pusat Kebudayaan, Djajakusuma menulis beberapa sandiwara panggung miliknya.{{sfn|Hoerip|1995|p=10}} Di waktu luang, Djajakusuma membantu mendirikan perusahaan teater amatir Maya, bersama dengan beberapa artis seperti [[HB Jassin]], [[Rosihan Anwar]], dan [[Usmar Ismail]].
===Revolusi Nasional Indonesia===
|