D. Djajakusuma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 62:
 
Produksi Djajakusuma berikutnya, ''Terimalah Laguku'' (1952), adalah sebuah [[film musikal|musikal]]
 
Meskipun kualitas teknikah film tersebut rendah,
 
[[File:D. Djajakusuma boarding ship Perfini booklet p22.JPG|thumb|Djajakusuma membuat sebuah kapal untuk menuju ke [[Sumatra]] saat pemfilman ''Arni'', {{circa}} 1955]]
Pada 1954, Djajakusuma menyutradarai dua film komedi yakni ''Putri dari Medan'' dan ''Mertua Sinting''.
 
sementara yang kedua menceritakan tentang seorang pria yang memilihkan putranya seorang istri

yang ternyata tidak mengetahui bahwa ia memilih wanita yang sama dengan istri putranya.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Mertua Sinting}} Pada tahun berikutnya, Djajakusuma membantu pendirian Persatuan Artis Film Indonesia atau PARFI.{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}} Satu-satunya film buatannya pada tahun tersebut, sebuah drama yang berjudul ''Arni'', menceritakan tentang seorang pria yang [[poligami|menikahi wanita lainnya]] sementara istrinya yang sakit pergi ke [[Padang]], [[Sumatra]] untuk menjalani pengobatan.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Arni}}
 
Djajakusuma belajar sinematografi di Amerika Serikat, pertama di [[Universitas Washington]] di [[Seattle]], kemudian di [[Sekolah Seni Sinematik USC|Sekolah Seni Sinematik]] [[Universitas California Selatan]], dari 1956 sampai 1957.{{sfn|Darmawi 1982, Djadoeg Djajakusuma}} Ketika ia kembali ke Indonesia, ia bekerja dengan Ismail dan seorang karyawan Perfini yang bernama [[Asrul Sani]] untuk mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia, dengan mengenalkan realisme; tokoh drama Indonesia [[Putu Wijaya]] menyatakan bahwa realisme yang diperkenalkan oleh Akademi tersebut lebih berunsur Indonesia ketimbang Barat,{{sfn|National Library of Indonesia, Pandangan Tokoh: Putu Wijaya}} walaupun Djajakusuma mendapatkan inspirasi dari gerakan [[Neorealisme (seni)|neorealis]] Italia.{{sfn|Biran|2009|p=334}} Djajakusuma menjadi pengajar di akademi tersebut sampai 1970, dan para muridnya mengenalnya sebagai orang yang humoris dan gampang untuk didekati.{{sfn|Hoerip|1995|p=31}}
Baris 73 ⟶ 77:
 
Ketika pulang ke Indonesia, Djajakusuma mulai membuat sebuah karya yang berjudul ''[[Tjambuk Api]]'', yang mengkritik [[korupsi di Indonesia]]
 
Ia kemudian menyutradarai drama ''Pak Prawiro'', yang disponsori oleh Bank Tabungan Pos
 
Pada 1960, Djajakusuma meluncurkan film pertamanya yang berdasarkan pada cerita pewayangan tradisional, ''Lahirnja Gatotkatja'';<ref>{{harvnb|Suara Karya 1987, D.Djajakusuma}}; {{harvnb|Filmindonesia.or.id, Filmografi}}</ref> sebuah pertunjukan boneka tradisional yang ia tonton semasa kecil, dengan karakter utama yang bernama [[Ghatotkacha|Gatotkaca]].{{sfn|Berita Buana 1975, Djaduk Djajakusuma Mengenal Wayang}} Pengambilan gambar pada film tersebut dilakukan di Yogyakarta dengan pemeran utama dari Jakarta dan pemeran lokal sebagai pemain latar belakang.{{sfn|Nasional 1960, (Untitled)}}