Tempat Pengasingan Boven Digoel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP80Regenovia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP80Regenovia (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
Baris 21:
Dalam perkembangannya, para tawanan terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu golongan yang bersikap [[kooperatif]], golongan non-kooperatif tetapi tidak memerlihatkan sikap menentang.<ref name="muatanlokal">{{cite book|Author= Nino Oktorino,dkk|title=Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Di Bawah Kolonialisme Barat Sejarah Nasional Indonesia jilid 7|page=181|publisher= Lentera Abadi|location= Jakarta|year=2009|isbn= 9789793535494}}</ref> Kelompok terakhir ini kemudian diasingkan ke Tanah Tinggi.<ref name="muatanlokal">{{cite book|Author= Nino Oktorino,dkk|title=Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Di Bawah Kolonialisme Barat Sejarah Nasional Indonesia jilid 7|page=181|publisher= Lentera Abadi|location= Jakarta|year=2009|isbn= 9789793535494}}</ref>
 
Para tawanan di Digul sebenarnya tidak mengalami penyiksaan fisik.<ref name="muatanlokal"/> Namun, Digul merupakan neraka alam.<ref name="muatanlokal">{{cite book|Author= Nino Oktorino,dkk|title=Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Di Bawah Kolonialisme Barat Sejarah Nasional Indonesia jilid 7|page=181|publisher= Lentera Abadi|location= Jakarta|year=2009|isbn= 9789793535494}}</ref> Di daerah ini terdapat beragam perangkat alami penyiksaan yang menghancurkan [[kesehatan]] [[jasmani]] dan [[rohani]] para tawanan, diantaranya adalah iklim yang buruk, serangan nyamuk penjangkit malaria, keterasingan dari peradaban manusia, juga diserang demam yang tinggi hingga kencing hitam yang diderita oleh para tawanan ini dan juga rasa rindu kepada keluarga.<ref name="muatanlokal">{{cite book|Author= Nino Oktorino,dkk|title=Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Di Bawah Kolonialisme Barat Sejarah Nasional Indonesia jilid 7|page=181|publisher= Lentera Abadi|location= Jakarta|year=2009|isbn= 9789793535494}}</ref> Selain itu, masih ada ancaman serangan dari suku-suku liar yang menghuni kawasan itu.<ref name="muatanlokal">{{cite book|Author= Nino Oktorino,dkk|title=Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Di Bawah Kolonialisme Barat Sejarah Nasional Indonesia jilid 7|page=181|publisher= Lentera Abadi|location= Jakarta|year=2009|isbn= 9789793535494}}</ref> Sehingga penjara di Bouven Digul ini merupakan penjara alam yang dapat mematikan manusia, ibarat penjara tanpa bilik yang menggambarkan kondisi Boven Digoel pada saat itu yang sepi dan memberikan cekaman kebosanan bagi mereka para tawanan yang dibuang ke daerah ini.<ref name="internet1">{{cite web|url=http://travel.kompas.com/read/2013/11/20/1016313/Boven.Digoel.Kota.Sejarah.yang.Terabaikan|accessdate= 23 Juni 2014|title=Boven Digul kota sejarah yang terlupakan, yang merupakan tempat penjara tua di papua|author= Kompas.com}}</ref>
Akibat [[stres]] yang berkepanjangan, sejumlah tawanan menderita gangguan [[jiwa]].<ref name="muatanlokal"/> Bahkan, ada beberapa kasus bunuh diri di antara para tawanan tersebut.<ref name="muatanlokal">{{cite book|Author= Nino Oktorino,dkk|title=Muatan Lokal Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Di Bawah Kolonialisme Barat Sejarah Nasional Indonesia jilid 7|page=181|publisher= Lentera Abadi|location= Jakarta|year=2009|isbn= 9789793535494}}</ref> Akibat dari lingkungan yang seperti itu, sehingga meminta korban.<ref name="bukubebaskan">{{cite book|title= Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7|publisher=Ichtiar Baru|author= Van Hoeve|location= Jakarta|coauthor=Hassan Shadily|page=821}}</ref> Kondisi di penjara ini juga terbilang sangat mengerikan, karena antar tawanan dengan tawanan sering bertengkar, bermusuhan, hingga saling membunuh, sehingga terlihat seperti hukuman mati dalam jangka panjang.<ref name="bukubebaskan"/> Di luar suku Irian yang masih primitif tersebut itulah yang membuat mereka para suku Irian tidak mempunyai rasa bersahabat dengan para tawanan, dan pada akhirnya para tawanan yang bermaksud untuk lari dari penjara yang dibuat oleh Belanda ini tidak akan berhasil melewati para suku lokal yang tidak bersahabat ini.<ref name="bukubebaskan"/>