Rabi'ah al-Adawiyyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP48Fadhillah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP48Fadhillah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 188:
== Ajaran ==
[[Berkas:Ibn Arabi.jpg|thumb|left|200px|Ibnu Arabi adalah ulama tasawuf besar setelah masa Rabi'ah]]
Ketika menjadi [[hamba sahaya]], Rabi'ah mengembangkan aliran [[sufi]] yang berlandaskan seluruh amal ibadahnya atas dasar cinta kepada Ilahi tanpa pamrih atas pahala, [[surga]] atau penyelamatan dari azab neraka.<ref name=a></ref> Rabi'ah terkenal dengan metode cinta kepada Allah (Bahasa [[Arab]]: ''Al-mahabbah'', artinya cinta tanpa pamrih)<ref name=a></ref> dan uns (kedekatan dengan Tuhan).<ref name=b></ref> Perkataan mistik Rabi'ah menggambarkan kesalehan dirinya, dan banyak diantara mereka yang menjadi kiasan atau kata-kata hikmah yang tersebar luas di wilyah-wilayah negara [[Islam]].<ref name=b></ref> Rabi'ah al-Adawiyah terkenal zahid (tak tertarik pada harta dan kesenangan duniawi) dan tak pernah mau meminta pertolongan pada ornag lain.<ref name=c></ref> Ketika ia ditanya orang mengapa ia bersikap demikian, Rabi'ah menjawab:
{{Lquote|''Saya malu meminta sesuatu pada Dia yang memilikinya, apalagi pada orang-orang yang bukan menjadi pemilik sesuatu itu.<ref name=c></ref> Sesungguhnya Allah lah yang memberi rezeki kepadaku dan kepada mereka yang kaya.<ref name=c></ref> Apakah Dia yang memeberi rezeki kepada orang yang kaya, tidak memberi rezeki kepada orang-orang miskin? Sekiranya dia menghendaki begitu, maka kita harus menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya dan haruslah kita menerimanya dengan hati rida (senang).<ref name=c></ref>'''}}
Baris 197 ⟶ 198:
 
== Pengaruh terhadap perkembangan sufisme ==
 
[[Berkas:Ibn Arabi.jpg|thumb|left|200px|Ibnu Arabi adalah ulama tasawuf besar setelah masa Rabi'ah]]
Ajaran-ajaran Rabi'ah tentang tasawuf dan sumbangannya terhadap perkembangan [[sufisme]] dapat dikatakan sangat besar.<ref name=e></ref> Sebagai seorang guru dan penuntun kehidupan sufistik, Rabi'ah banyak dijadikan panutan oleh para sufi dan secara praktis penulis-penulis besar sufi selalu membicarakan ajarannya dan mengutip syair-syairnya sebagai seorang ahli tertinggi.<ref name=e></ref> Diantara mereka adalah [[Abu Thalib al-Makki]], [[As-suhrawandi]], dan teolog muslim, [[Al-Ghazali]] yang mengacu pada ajaran-ajaran Rabi'ah sebagai doktrin-doktrin dalam sufisme.<ref name=e></ref>
 
Baris 215 ⟶ 216:
:''Pujian atas kedua perkara itu adalah bagi Mu sendiri.''<ref name=g></ref>
 
[[Berkas: الإمامAl الغزاليghazali.gif| thumbtumb| left| 200px| Ulama besar Al-Ghazali banyak mendapatkan pengaruh dari [[zuhud|kezuhudan]] Rabi'ah]]
[[Al-Ghazali]] memberikan pendapatnya tentang [[syair]] Rabi’ah itu.<ref name=g></ref> Menurut Al ghazali, yang dimaksud dengan cinta kerinduan adalah cinta akan Allah karena nikmat-Nya diatas dirinya karena Allah telah menganugerahinya hidup sehingga ia dapat menyebut nama-Nya.<ref name=g></ref> Dan cinta kedua, yaitu cinta karena Allah berhak menerimanya, ialah cinta karena menyaksikan keindahan Allah dan kebesarannya yang kian hari kian terbuka baginya.<ref name=g></ref> Maka itulah cinta yang setingi-tingginya.<ref name=g></ref>
Dalam syair yang lain, Rabi’ah berkata:<ref name=g></ref>