Kabupaten Kerinci: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 20:
== Sejarah Kerinci ==
Berdasarkan penelitian para antropologis, nenek moyang orang Kerinci adalah generasi pertama imigran yang masuk ke pulau Sumatera. Kaum imigran ini dikelompokkan sebagai Proto-Melayu. Menurut Tambo Alam Minangkabau, Daerah Rantau Pesisir Barat (Pasisie Barek) pada masa Kerajaan Alam Minangkabau meliputi wilayah-wilayah sepanjang pesisir barat Sumatra bahagian tengah mulai dari Sikilang Air Bangis, Tiku Pariaman, Padang, Bandar Sepuluh, Air Haji, Inderapura, Muko-muko (Bengkulu) dan Kerinci
Walaupun banyak dipengaruhi oleh adat dan budaya Minangkabau, Kerinci secara resmi tidak termasuk dan tunduk kepada Kerajaan Minangkabau. Kerinci adalah wilayah yang merdeka dan berdiri sendiri dari kekuasaan Kerajaan Minangkabau maupun Kerajaan Melayu-Jambi. Karena letaknya, Kerinci berfungsi sebagai daerah pembatas antara wilayah Kerajaan Minangkabau dan Kerajaan Melayu-Jambi sehingga menghindari terjadinya peperangan antara dua kerajaan tersebut.
Sebelum masuknya penjajah Belanda, Kerinci adalah wilayah yang diperintah secara kolektif oleh empat orang pemimpin yang disebut Depati Empat Alam Kerinci. Masing-masing Depati mempunyai wilayah sendiri tetapi bergabung membentuk semacam negara federasi yang disebut Kerinci.
Kerinci termasuk diantara daerah yang paling akhir dikuasai penjajah Belanda. Selain karena kondisi alamnya yang bergunung-gunung sehingga sulit ditembus, juga karena perlawanan sengit dari masyarakat Kerinci pada waktu itu.
Kerinci baru jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1903 setelah berakhirnya Perang Kerinci yang dipimpin oleh Depati Parbo. Depati Parbo kemudian dibuang ke Manando, tetapi setelah beberapa tahun diijinkan kembali ke Kerinci dan meninggal dunia di Kerinci. Untuk mengenang jasa Depati Parbo, namanya diabadikan sebagai nama bandar udara di Kerinci. Pada waktu Indonesia merdeka, Sumatra bahagian tengah mulai dipecah menjadi 3 provinsi:
|