Nyai Ageng Ngerang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, replaced: beliau → ia (6), Beliau → Ia using AWB
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
'''Nyai Ageng Ngerang''' adalah seorang tokoh [[ulama]] wanita [[wali]] nukbah yang semasa dengan Dewan [[Walisongo]] yang menyebarkan agama [[islam]] di daerah [[Juwana]] dan daerah lereng pegunungan Kendeng Pati Selatan sampai akhir hayatnya dimakamkan di Pedukuhan Ngerang Desa [[Tambakromo,Pati]],Jawa Tengah,makamnya dari kota Pati ke arah Selatan sekitar [[17]] km.
 
== Kelahiran ==
''Nyai Ageng Ngerang'' diperkirakan lahir sebelum tahun [[1478]] M. Nama kecilnya adalah '''Dewi Roro Kasihan''' dan nama lengkapnya bernama Nyai Siti Rohmah Roro Kasihan. Di Juwana, ia mempunyai nama lain Nyai Juminah. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan (gelar) ''Nyai Ageng Ngerang'' karena ia menjadi istri [[Kyai Ageng Ngerang]] I (Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin) yang mempunyai wilayah kekuasaan di Ngerang Juwana.
 
== Silsilah ==
''Nyai Ageng Ngerang'' merupakan salah satu keturunan bangsawan kerajaan [[Majapahit]] [[Prabu]] Kertabumi [[Brawijaya V]] dan mempunyai nasab sampai dengan [[Nabi Muhammad]] SAW generasi ke [[25]] dari keluarga [[Bani Alawi]] Hadramaut. Menurut beberapa catatan [[Babad Tanah Jawi]], Serat Centhini, berbagai sumber buku, dan juga dari [[Keraton Surakarta Hadiningrat]], silsilah Nyai Ageng Ngerang adalah sebagai berikut:
* Suami : Ki Ageng Ngerang I /Sunan Ngerang atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin ialah putra Ki Ageng Jabung trah [[Sunan Ngudung]] ayah dari [[Sunan Kudus]]
* Ayah : [[Raden Bondan Kejawan]] Aryo Lembu Peteng, Ki Ageng Tarub II adalah putra dari [[Prabu]] [[Brawijaya V]]
* Ibu : Dewi Retno Nawangsih
* Kakek nenek ayah: Prabu kertabumi Brawijaya V dan Putri Wandan kuning
* Kakek nenek ibu: [[Ki Ageng Tarub]] atau [[Jaka Tarub]] dan Dewi Nawang Wulan,seorang bidadari kahyangan.
* Saudara Kandung:
# Ki Ageng Wonosobo atau Syeh Abibdullah. Makamnya berada di Plobangan Selo merto [[Wonosobo]].
# Ki Ageng Getas Pendawa atau R.Depok atau Syeh Ngabdullah. Makamnya berada di Kahuripan Purwodadi Grobogan.
 
=== Keturunan Nyai Ageng Ngerang ===
1. Nyi Ageng Selo II atau Roro Kinasih.
Roro Kinasih menikah dengan Ki Ageng Selo,seorang legendaris yang mempunyai karomah dapat menangkap petir. [[Ki Ageng Sela]] adalah keponakan sekaligus menantu Nyai Ageng Ngerang. Keduanya mempunyai 6 putri dan 1 putra, Ki Ageng Henis.
Baris 39:
 
4.Roro Pujiwat
Roro Pujiwat terkenal akan kecantikan dan kesolehannya.Namun kisah hidupnya sangat tragis karena terbunuh oleh seorang pemuda yang ditolak cintanya karena tak bisa memenuhi persyaratannya untuk mengambil pintu kaputren [[kerajaan]] [[Majapahit]] dalam semalam.
 
== Riwayat ==
''Nyai Ageng Ngerang'' dilahirkan oleh sang ibu Dewi Nawangsih di padepokan Tarub daerah Purwodadi.Diasuh dan dibimbing oleh kedua orangtuanya di padepokan Tarub.Dari semenjak kecil dia sudah belajar agama dengan tekun.Dikisahkan ia sempat belajar dan berguru pada Sunan Kalijaga yang sering datang ke padepokan Tarub.
Menginjak dewasa Dewi Roro Kasihan menikah dengan Raden Ronggo Joyo atau lebih dikenal Kyai Ageng Ngerang I/Sunan Ngerang dan kemudian tinggal di Ngerang Juwana.Semenjak itulah ia terkenal dengan nama Nyai Ageng Ngerang.
Baris 52:
Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.
 
Kerajaan Mataram Islam dirintis oleh tokoh-tokoh keturunan [[Bondan Kejawan|Raden Bondan Kejawan]] putra [[Bhre Kertabhumi]]. Tokoh utama Perintis Kesultanan Mataram adalah '''[[Ki Ageng Pamanahan]], [[Ki Juru Martani]]''' dan '''[[Ki Panjawi]]''' mereka bertiga dikenal dengan '''"Tiga Serangkai Mataram"''' atau istilah lainnya adalah '''"Three Musketeers from Mataram"'''. Disamping itu banyak perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti : [[Bondan Kejawan]], [[Ki Ageng Wonosobo]], [[Ki Ageng Getas Pandawa]], Nyai Ageng Ngerang dan [[Ki Ageng Ngerang]], [[Ki Ageng Made Pandan]], [[Ki Ageng Saba]], [[Ki Ageng Pakringan]], [[Ki Ageng Sela]], [[Ki Ageng Enis]] dan tokoh lainnya dari keturunanan masing-masing. Mereka berperan sebagai leluhur Raja-raja Mataram yang mewarisi nama besar keluarga keturunan [[Brawijaya]] majapahit yang keturunannya menduduki tempat terhormat dimata masyarakat dengan menyandang nama '''Ki, Ki Gede, Ki Ageng' Nyai Gede, Nyai Ageng''' yang memiliki arti : ''tokoh besar keagamaan dan pemerintahan yang dihormati yang memiliki kelebihan, kemampuan dan sifat-sifat kepemimpinan masyarakat''.
 
Ada beberapa fakta yang menguatkan mereka dianggap sebagai perintis Kesultanan Mataram yaitu :
Baris 66:
Dengan demikian dari keempat fafta di atas, jelas sudah bahwa terbentuknya Kesultanan Mataram pada khususnya dan Kesultanan Islam di Jawa pada umumnya merupakan strategi yang dipersiapkan oleh para Syeikh dan para Wali untuk mempercepat menyebarnya Islam di Tanah Jawa, sehingga salah satu persyaratan pembentukan Kesultanan Islam baik di Jawa maupun di daerah lainnya harus mendapatkan "Legitimasi/Pengesahan" dari Mekah dan/atau Turki, jalur untuk keperluan tersebut dimiliki oleh para "Ahlul Bait" seperti para Seikh dan para Wali.
 
== Wafat ==
Makam Nyai Ageng Ngerang di Ngerang,Tambakromo kabupaten Pati Jawa Tengah didekat lereng pegunungan Kendeng. Ketika Nyai Ageng Ngerang pindah ke daerah Tambakromo lereng pegunungan kendeng ini ia sudah berumur senja dan sampai akhir hayatnya ia dimakamkan disini.Umur ia diperkirakan hampir [[100]] tahun.
 
Baris 73:
Tak ada catatan yang pasti tarikh wafatnya. Namun sudah menjadi tradisi setiap [[1]] [[Suro]] dilaksanakan Haul wafatnya.Acara haul selalu dihadiri kerabat [[Keraton Surakarta Hadiningrat]].
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bacaan lanjutan ==
* ''The Centhini Story: The Javanese Journey of Live'', oleh Suwito Santoso dan Kestity Pringharjono, hal 141 dari 399 hal. Penerbit Marshall Cavendish 2006.
* [http://www.nyaiagengngerang.blogspot.com Blog Nyai Ageng Ngerang]
 
<br />
Baris 89:
after=[[Ki Panjawi]]<br />[[Ki Ageng Pamanahan]]<br />[[Ki Juru Martani]]}}
{{end box}}
{{islam-bio-stub}}
 
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
Baris 95 ⟶ 96:
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Islam di Indonesia]]
 
 
{{islam-bio-stub}}