Konvergensi Masyarakat Analog dan Digital di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
12pandu dn (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
12pandu dn (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6:
== Teknologi Komunikasi Sebagai Media Barometer Sosial ==
Baik teknologi komunikasi yang masih bersifat analog maupun digital, merupakan sarana yang dapat digunakan untuk melihat kondisi [[sosial]] [[masyarakat]] dari yang bersifat [[internasional]] maupun yang bersifat lokal. Hal inilah yang menjadi fungsi dari adanya ''trending topic'' di dalam situs mikro blogging [[twitter]]. ''Trending Topic'' yang tercermin dalam bentuk ''hash tag'' atau tanda pagar yang disingkat dengan [[tagar]] (#) mencerminkan berbagai [[topik]] yang berkembang baik secara global maupun lokal yang dapat dipilh oleh [[pengguna]]. ''Trending Topic'' yang merupakan sebuah fitur dari [[Twitter]], tidak hanya dapat dipandang sebagai sebuah fitur biasa; fitur ini merupakan sebuah [[Barometer]] [[sosial]] yang dapat digunakan untuk melihat kondisi sosial-masyarakat di dalam lingkup global maupun lokal terkait dengan berbagai [[isu]] yang sedang berkembang.
Contoh kasus dari hal ini dapat dilihat dari Kasus revolusi melati (jasmine revolution) yang terjadi di [[Tunisia]]. Hal ini berawal dari kasus [[bunuh diri]] yang dilakukan oleh Mohammed Bouazizi (26). Ia merupakan lulusan Universitas Tunisia yang kesulitan memperoleh perkejaan sehingga untuk menyambung hidup, ia berdagang [[buah-buahan]] dan [[sayur-sayuran]] keliling. Namun pada tanggal 17 [[Desember]] [[2010]] aparat [[kepolisian]] merampas barang dagangan dan juga melarang dirinya untuk melakukan aktivitas berdagang. Hal ini membuat Bouazizi [[stress]] dan akhirnya memutuskan untuk melakukan aksi [[bakar diri]] di depan [[kantor]] [[kepolisian]] [[Pemerintah Daerah]] Sidi Baosaid, [[Tunisia]] . Mohammed Bouazizi akhirnya [[meninggal dunia]] setelah dirawat dirumah sakit selama dua minggu. Kejadian ini menyebar melalui [[media sosial]] . Sebagian [[masyarakat]] merasa bersimpati kepada Mohammed Bouazizi karena ia dianggap mewakili banyak golongan lulusan [[universitas]] yang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan lapangan kerja. [[Realita]] [[sosial]] ini secara umum memperlihatkan fungsi [[teknologi]] [[komunikasi]] sebagai [[barometer]] [[sosial]]. Lebih lanjut lagi, teknologi komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskan kondisi sosial di [[Tunisia]] memperlihatkan fungsi lainnya sebagai [[media]] [[ekspresi]] dan penyampaian [[informasi]] atas suatu [[fenomena]] sosial yang ada. Terkait dengan konsepsi teknologi komunikasi analog dan teknologi komunikasi digital, maka dalam hal ini, kedua teknologi ini digunakan secara simultan; masyarakat berdemonstrasi, turun ke jalan membawa spanduk dan memprotes [[pemerintah]] merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dari [[teknologi]] [[komunikasi]] [[analog]] dan selanjutnya masyarakat [[dunia maya]] menyuarakan [[aspirasi]] melalui [[media sosial]] seperti [[twitter]]. Kedua teknologi komunikasi ini berjalan simultan dan dalam kasus revolusi melati di [[Tunisia]] berhasil menumbangkan pemerintahan di negara tersebut dan bahkan menyebar ke negara-negara lainnya di [[Timur Tengah]] dan berevolusi menjadi ''[[Arab Spring]]''.
== Teknologi Komunikasi Sebagai Barometer Sosial (Konteks Indonesia) ==
[[Indonesia]] merupakan [[pengguna]] [[twitter]] terbanyak ketiga [[di]] [[dunia]]. Sebagai salah satu negara [[pengguna]] [[twitter]] terbanyak, maka banyak pengguna yang menggunakan teknologi komunikasi ini tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk menyampaikan pendapat dan aspirasinya terkait dengan [[isu]] tertentu. [[Pengguna]] [[media sosial]] [[twitter]] di [[Indonesia]] yang dikenal sebagai netizen dikenal cukup aktif dalam menyampaikan tanggapannya. Penggunaan [[Twitter]] sebagai media penyampaian [[aspirasi]] di [[Indonesia]] dapat dilihat ketika Pemilihan [[Gubernur DKI Jakarta]] [[tahun]] [[2012]] dan Pemilihan [[Presiden Republik Indonesia]] [[tahun]] [[2014]]. Penggunaan [[teknologi]] [[komunikasi]] khususnya [[twitter]] digunakan sebagai media [[kampanye]] alternatif selain dengan turun ke jalan. Penggunaan teknologi komunikasi untuk berkampanye merupakan [[metode]] [[alternatif]] yang cukup berhasil untuk memenangkan salah satu kandidat. Penggunaan [[twitter]] sebagai media [[kampanye]] merupakan sebuah [[realita]] [[sosial]] yang memperlihatkan sisi lain dari teknologi komunikasi yang digunakan sebagai [[metode]] populer untuk menyampaikan [[aspirasi]] dalam konteks pemilihan [[kepala daerah]] dan [[kepala negara]] di [[Indonesia]].
|