Abassiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Bani
==Pendahuluan==
Bani Abbasyah berhasil memegang kekuasaan [[kekhalifahan]] selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya [[Islam]] dan menyuburkan [[ilmu pengetahuan]] dan pengembangan [[budaya]] [[Timur Tengah]]. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-[[Arab]], khususnya orang [[Turki]] (dan kemudian diikuti oleh orang Mameluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.<br> Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan [[dunia]] Islam.
Baris 30:
Sebelum membahas masalah ini, kita perlu mendapat gambaran bagaimana umat Islam dahulu membangun peradaban dan bagaimana pula masyarakat sekarang membangun peradaban. Setelah membahas masalah ini, saya kira kita akan mempunyai gambaran bagaimana seharusnya kita membangun atau membuat langkah-langkah dalam rangka membangun peradaban.
Kita melihat bahwa saat ini peradaban Islam tertinggal dari peradaban Barat. Apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini?
Tradisi pengembangan ilmu pengetahuan di Barat dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama. Kalau dihitung dari sekarang, sekitar 300 atau 400 tahun yang lalu Barat mengembangkan teknologi secara tekun. Dari sini kita pahami bahwa kemajuan Barat yang merupakan proses panjang dari ketekunan dan keuletan [[masyarakat]] Barat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau dibandingkan dengan masyarakat atau bangsa-bangsa Islam, kita melihat bahwa tradisi pengembangan ilmu pengetahuan sebenarnya telah ada saat Islam baru tumbuh. Sayangnya tradisi pengembangan ilmu pengetahuan ini terputus di tengah-tengah dan barangkali sekarang baru beranjak untuk bangkit kembali.<br>
Jadi, karena tradisi pengembangan ilmu pengetahuan terputus, maka umat Islam saat ini tertinggal?
Benar sekali. Banyak faktor yang menyebabkan keterputusan tradisi pengembangan ilmu pengetahuan di tubuh umat Islam, seperti perpecahan internal dan adanya orientasi yang berbeda di kalangan pemimpin Islam. Akibat keterputusan ini, kita tertinggal dari masyarakat Barat dan kita membutuhkan sekitar 100 tahun untuk berpikir kembali membangun ilmu pengetahuan di tubuh umat Islam.
Apakah ide “jihad membangun peradaban” ini merupakan terobosan baru atau merupakan penyegaran dari ide yang telah ada sebelumnya?
Saya kira jihad membangun peradaban ini merupakan penyegaran. Artinya, konsep ini sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam, tetapi karena umat Islam dipengaruhi oleh budaya dan lingkungannya, maka konsep membangun peradaban ini menjadi layu di tengah perjalanan umat Islam dan karena itu perlu kita segarkan kembali.<br>
Ketertinggalan umat Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bisa kita analogikan dengan kebodohan. Sedangkan kebodohan erat kaitannya dengan [[kemiskinan]], dan dua variable ini, kemiskinan dan kebodohan, saling memengaruhi. Bagaimana Anda melihat kaitan kemiskinan dan kebodohan?
Kebodohan atau ketertinggalan umat Islam dalam ilmu pengetahuan sangat berpengaruh terhadap kemampuan umat Islam sendiri mengembangkan
Kita mengetahui keterkaitan antara kebodohan dengan kemiskinan bahwa keduanya saling memengaruhi. Apakah masyarakat Barat saat mengembangkan ilmu pengetahuan ekonomi mereka telah kuat?
Kita harus berangkat dari asumsi bahwa kemiskinan disebabkan kebodohan. Karena itu kalau orang mau bangkit dari kemiskinan ia harus pintar terlebih dahulu. Dalam ukuran-ukuran tertentu, masyarakat Barat saat mengembangkan ilmu pengetahuan sebetulnya ekonomi mereka tidak begitu makmur. Walaupun kita tahu masyarakat Barat sudah lama ekspansi perdagangan lewat [[kolonialisme]] di [[Timur Tengah]] dan di [[Asia Tenggara]]. Seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan terjadi peningkatan perdagangan sehingga peningkatan ilmu pengetahuan diiringi dengan peningkatan perekonomian masyarakat Barat.
Kalau kita kembali ke masyarakat Islam, saya kira negara-negara Islam sebenarnya kaya. Negara-negara Islam di Timur Tengah kaya akan sumberdaya alam, begitu juga dengan [[Indonesia]]. Sebenarnya, kita kaya atau tidak sumberdaya alam, kita harus mengembangkan ilmu pengetahuan, apalagi kaya sumberdaya alam. Seharusnya kita mengembangkan ilmu pengetahuan. Buktinya, meskipun kita kaya sumberdaya alam, tapi toh kita tidak bisa mengolahnya. Semua itu menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting.
==Kemunduran Peradaban Islam==
Setelah mengetahui asas kebangkitan peradaban Islam kini kita perlu mengkaji sebab-sebab kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dan bahkan menguji letak kelemahan, kekuatan, kemungkinan dan tantangan (SWOT). Kemunduran suatu peradaban tidak dapat dikaitkan dengan satu atau dua faktor saja. Karena peradaban adalah sebuah organisme yang sistemik, maka jatuh bangunnya suatu perdaban juga bersifat sistemik. Artinya kelemahan pada salah satu [[organ]] atau elemennya akan membawa dampak pada organ lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor lainnya – yang secara umum dibagi menjadi faktor eksternal dan internal - berkaitan erat sekali. Untuk itu, akan dipaparkan faktor-faktor ekternal terlebih dahulu dan kemudian faktor internalnya.
Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan [[Turkey Uthmani]], kekuatan Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sbb:<br>
1. Faktor ekologis dan alami, yaitu kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada adalah gersang, atau semi gersang, sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-sungai besar, seperti [[Nil]], [[Eufrat]] dan [[Tigris]]. Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, [[Iraq]] dan lain-lain mengalami berbagai bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh rusaknya [[pertanian]] mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan musuh. Iraq, Syria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak kawasan itu berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi pihak luar.<br>
2. Faktor eksternal. Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah [[Perang Salib]], yang terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan [[Mongol]] dari tahun 1220-1300an. “Perang Salib”, menurut [[Bernard Lewis]], “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama [[imperialisme ]]barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya.” Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur seperti [[Samarkand]], [[Bukhara]] dan [[Khawarizm]], dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun 1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syria dan Mesir. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir.<br>
3. Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat. Pada tahun 1492 [[Granada]] jatuh dan secara kebetulan [[Columbus]] mulai petualangannya. Dalam upayanya mencari rute ke [[India]] ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara Islam. Di saat itu kekuatan ummat Islam baik di [[laut]] maupun di [[darat]] dalam sudah memudar. Akhirnya pos-pos pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada akhir abad ke 16 [[Belanda]], [[Inggris]] dan [[Perancis]] telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia perdagangan. Selain itu, ternyata hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah meningkat dan melampaui jumlah penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey Uthmani. Penduduk Eropa Barat waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa timur menjadi 274 juta; sedangkan jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang rendah inipun tidak dibarengi oleh kualitas yang tinggi.<br>
Sebagai tambahan, meskipun Barat muncul sebagai kekuatan baru, Muslim bukanlah peradaban yang mati seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban Islam terus hidup dan bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai ancaman Barat. Sesudah kekhalifahan Islam jatuh, negara-negara Barat menjajah negara-negara Islam. Pada tahun 1830 Perancis mendarat di [[Aljazair]], pada tahun 1881 masuk ke [[Tunisia]]. Sedangkan Inggris memasuki Mesir pada tahun 1882. Akibat dari jatuhnya kekhalifahan Turki Uthmani sesudah Perang Dunia Pertama, kebanyakan negara-negara Arab berada dibawah penjajahan Inggris dan Perancis, demikian pula kebanyakan negara-negara Islam di Asia dan Afrika. Setelah Perang Dunia Kedua kebanyakan negara-negara Islam merdeka kembali, namun sisa-sisa kekuasaan kolonialisme masih terus bercokol. Kolonialis melihat bahwa kekuatan Islam yang selama itu berhasil mempersatukan berbagai [[kultur]], [[etnik]], [[ras]] dan bangsa dapat dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan tehnik divide et impera sehingga [[konflik]] intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara Islam terfragmentasi menjadi negeri-negeri kecil.
====
|