Gereja Santo Willibrordus, Cepu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia
Baris 23:
Sejarah singkat '''Paroki St. Willibrordus Cepu'''.
Keberadaan [[Gereja]] [[Cepu]] merupakan suatu proses perkembangan dan perluasan dari [[gereja]] yang mendahuluinya. Maka berdasarkan studi historis, untuk mengetahui dan mempelajari sejarah serta perkembangan [[Gereja Katolik]] di [[Cepu]], perlu mengetahui [[sejarah]] dan dinamika [[Gereja Katolik]] melalui karya-karya misionaris pertama yang masuk ke [[Jawa Tengah]].Para missioner berkarya dengan gigih dan tekun meniti berbagai himpitan, baik keputusan yang berdimensi politik dari Pemerintah Belanda melalui Gubernur Jenderal yang bertugas di [[Indonesia]], sikap antipati golongan Tionghoa pada waktu itu, wilayah yang sangat luas bila dibandingkan dengan jumlah imam yang harus melayani, maupun kondisi jalan yang sulit untuk melakukan kunjungan dan pelayanan umat.
Sehubungan dengan hal diatas, sangat penting untuk mengetahui keberadaan, kehadiran, keuletan, kegigihan, kesabaran dan semangat pantang menyerahdari misionaris-misionaris [[Gereja Katolik]] Santo Yusup Gedangan Semarang. Sebab bermuara dari sana [[Gereja]] [[Cepu]] mulai tertanam, tumbuh dan berkembang dalam masanya. Untuk kesempurnaan historis, perlu disimak pula peranan [[Gereja Katolik]] Santa Perawan Maria Kepanjen - [[Surabaya]] sebagai penerus perjuangan para imam dari paroki Gedangan, yang merupakan induk Stasi [[Cepu]] masa itu.
 
==Cepu Sebagai Stasi Paroki Santo Yusup Gedangan Semarang==
Baris 29:
Berdasarkan data yang terdapat pada Buku Baptis X, XI dan XII Paroki Santo Yusup Gedangan [[Semarang]], tercatat bahwa di [[Cepu]] sudah ada baptisan baru yang terjadi pada tanggal 28 Februari 1912, sebanyak 3 orang oleh Romo HJJ. Janssen, SJ. Dalam Buku Penguatan 1911 – 1920, Paroki Santo Yusup Gedangan [[Semarang]], tercatat bahwa pada tanggal 29 September 1912 serta tanggal 24 September 1917, Vicaris Apostolic Batavia Mgr. E.S. Luypen, SJ menerimakan Sakramen Krisma di [[Cepu]] terhadap 21 orang. Pada tahun 1908 – 1926 sudah ada kunjungan-kunjungan yang dilaksanakan oleh Pastor Hans van Beckhoven, SJ, Pastor Th. Madlener, SJ, Pastor Gerardus Minderop, SJ, Pastor Bartholomeus Hagdorn, SJ di daerah [[Cepu]], [[Bojonegoro]], [[Blora]], Nglobo, Ledok, Kunduraan, dan Doplang. Dari peristiwa-peristiwa itu dapat disimpulkan bahwa pada saat itu sudah ada aktifitas gerejawi dan sudah mempunyai tempat khusus untuk peribadatan.Bahkan berdasarkan Buku Baptis X, XI, XII Pastor Hans van Beckhoven, SJ sangat dominan dalam memberikan baptisan, disamping Pastor HJJ. Janssen, SJ dan Pastor Hoevenaars, SJ yang juga pernah berkarya di [[Cepu]]. Berpijak pada kenyataan tersebut dapat dipastikan bahwa pada tahun 1912 (atau sebelumnya) sudah ada sejumlah umat katolik yang menetap di [[Cepu]] sebagai persekutuan umat beriman ([[Gereja]]).
 
Dengan adanya perusahaan Minyak DPM yang mulai mengadakan pengeboran minyak di [[Cepu]] pada tahun 1893, di Jepon pada tahun 1899 di Tinawun, Dandangilo – Wonocolo, Kawengan, Kidangan pada tahun 1895 demikian pula di Ledok pada tahun yang sama, kiranya dapat memberi sumbangan yang cukup berarti bagi tumbuh dan berkembanganya suatu [[Gereja]]. Demikian pula pada tahun 1895/1896 di [[Cepu]] dibangun pabrik lilin, dikarenakan minyak di daerah [[Cepu]] banyak mengandung lilin. Sehingga pada tahun 1896 Peruasahaan Minyak DPM [[Surabaya]] dan [[Cepu]] berkembang menjadi Peruasahaan Minyak terkuat di [[Jawa]]. Situasi ini memungkinkan bertambahnya umat Katolik di [[Cepu]], [[Bojonegoro]], [[Blora]] dan sekitarnya semakin banyak, karena jumlah orang Belanda yang bekerja di [[Cepu]] semakin banyak pula.
 
Pada tahun 1923, Pastor Jesuit masih memberikan Sakramen Baptis, kepada umat di [[Cepu]] sebanyak 6 orang, di Padangan sebanyak 1 orang dan di [[Bojonegoro]] sebanyak 2 orang.Berdasarkan data yang ada, pada tanggal 21 Maret 1923, merupakan peristiwa baptisan terakhir yang tercatat pada Buku Baptis Paroki Santo Yusup Gedangan Semarang.
Baris 45:
Awal adanya benih [[Gereja]] sebagai Persekutuan Kaum Beriman kepada Kristus menjadi sebuah paroki merupakan harta benda gereja yang tak ternilaikan. [[Gereja Katolik]] mempunyai alasan dan pertimbangan yang kuat mengubah stastus [[Gereja]] dari Stasi menjadi sebuah [[Paroki]]. Beberapa alasan perubahan status stasi menjadi [[paroki]] adalah adanya jumlah umat yang cukup, pengalaman hidup menggereja yang lama. Tahun 1912 sampai tahun 1932, membuktikan kehidupan menggereja di [[Cepu]] telah memilik kekuatan, baik jumlah umat maupun pengalaman hidup menggereja untuk berdirinya sebuah [[paroki]].Romo-romo Jesuit dapat dikatakan sebagai perintis awal Gereja Katolik di [[Cepu]] pada periode awal (dari masa awal adanya umat beriman di Cepu hingga tahun 1923). [[Gereja katolik]] di [[Cepu]] pada periode kedua (mulai tahun 1923 sampai berdiri sebagai [[paroki]] tahun 1932) hidup dan berkembang bersama Congregasi Misi. Para misionaris CM yang meneruskan karya misi Jesuit tersebut adalah Pastor Wolter, CM dan Pastor Kock, CM pada tanggal 15 September 1923 sampai dengan 12 Januari 1926, dilanjutkan Pastor Ravestijn, CM berkarya di Cepu sampai dengan 27 Pebruari 1929. Baptisan baru umat katolik [[Cepu]] dicatat dalam Buku Permandian Seri V part II Paroki Santa Perawan Maria Kepanjen Surabaya.
 
Setelah jumlah umat bertambah besar, kebutuhan akan rumah ibadat (Gedung Gereja) mulai terasakan oleh umat. Timbul gagasan diantar umat Katolik di [[Cepu]] segera mewujudkannya. Mereka melakukan konsultasi dengan berbagai pihak, mulai dengan mengumpulkan dana.Perusahaan Minyak BPM memberikan sumbangan material dan dukungan moril, berupa penggunaan sebagian tanahnya untuk bangunan Gedung Gereja serta mengizinkan beberapa tenaga tekhnik BPM sebagai pelaksana. Adapun tenaga BPM yang diserahi sebagai pelaksana adalah Tn. C. Mooy dari Bagian Tehnik Sipil BPM. Diperkirakan Gedung Gereja Cepu didirikan bersamaan dengan pembangunan Gedung Soos Sasono Suko (sekarang) sekitar tahun 1930.
 
Pemberkatan Gedung Gereja dilakukan oleh Mgr. van Velsen, SJ perfector Apostolic Batavia, pada tanggal 20 Mei 1931 dengan nama pelindung gereja Santo Willibrordus, seorang uskup dari daerah Nederland Selatan Belanda.Pada tanggal 15 September 1932 [[Cepu]] berdiri sebagai [[Paroki]] dibawah kegembalaan Pastor G. Ravestijn, CM. Paroki Cepu termasuk wilayah kerja Keuskupan Dioces Surabaya dengan Mgr. Klooster, CM sebagai Uskupnya (perlu diketahui beliaudia pernah menjabat sebagai Pastor Paroki Cepu).
 
==KEADAAN WILAYAH PAROKI ST. WILLIBRORDUS - CEPU==
Baris 149:
 
{{Paroki di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Cepu}}
{{katolik-stub}}
 
{{DEFAULTSORT:Cepu}}
[[Kategori:Paroki di Indonesia]]
 
 
{{katolik-stub}}