Kabupaten Kerinci: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 38:
Abad 16 M, Terjadinya perjanjian di Bukit Sitinjau Laut antara [[Kesultanan Jambi]] yang diwakili oleh Pangeran Temenggung,[[Kesultanan Inderapura]] diwakili oleh Sultan Muhammadsyah dikenal dengan sebutan Tuanku Berdarah Putih dan Alam Kerinci diwakili oleh Depati Rencong Telang dan Depati Rajo Mudo. Isi Perjanjian tersebut intinya untuk saling menjaga keamanan antar tiga wilayah sebab saat itu banyak para penyamun dan perompak yang berada di jalur perdagangan antara Kerinci-Indrapura maupun Kerinci-Jambi.
Abad 17 M, terbentuk Pemerintahan Mendapo nan Selapan Helai Kain yang berpusat di [[Hamparan Rawang]], serta beberapa wilayah Otonomi tersendiri seperti Tigo Luhah Tanah Sekudung di [[Siulak]], Pegawai jenang Pegawai Raja di [[Sungai Penuh]]
.Tahun 1901 M, Belanda Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan dengan beberapa Pasukan [[Belanda]], Pasukan [[Belanda]] gagal memasuki Alam Kerinci.
Tahun 1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak terjadi perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan Pulau Tengah dibawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut.<ref>H. Rasyid Yakin, Menggali Adat Lama Pusaka Usang di Sakti Alam Kerinci tahun 1984,Kerinci: CV. Utama</ref>
Tahun 1904 M, Kerinci takluk dibawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di Buang Ke [[Ternate]]
|