Dorokandang, Lasem, Rembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 20:
Pada saat Raden [[Panji Margono]] mengasingkan dari [[Kadipaten Lasem]] dan menjalani hidup seperti rakyat kecil, beliau membuka lahan untuk perkampungan di sekitar [[sungai]] kecil, sebelah barat Sungai Babagan (Sungai Lasem). Di tanah bekas [[rawa]]-[[rawa]] yang penuh semak belukar itu, terdapat sekali pohon Tal (aren/[[siwalan]]) serta pohon Doro (widoro/[[bidara]]). Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang membuat rumah dan tinggal di perkampungan tersebut bersama Raden Panji Margono yang sebenarnya adalah anak seorang Adipati [[Lasem]], Raden Arya Tejakusuma V (Raden Panji Sasongko), yang tak mau menduduki jabatan sebagai Adipati Lasem jika ayahnya sudah turun jabatan. Pada suatu ketika, Raden Panji Margono dan warga membersihkan semak belukar yang tumbuh di sekitar perkampungan. [[Ki Mursodo]], seorang yang menjadi abdi setia sang putra adipati tersebut bertugas merapikan ranting pohon [[bidara|Doro]] yang besar itu bersama beberapa warga kampung. Setelah pohon Doro yang besar itu terlihat bersih dan asri, di sekitar pohon Doro itu dibangun sebuah [[pagar]] dari [[bambu]] yang mengelilingi pohon tersebut sehingga nampak seperti [[kandang]]. Setelah Panji Margono bersama para warga lain selesai membersihkan tempat itu mereka semua merasa sangat lelah karena seharian membersihkan semak-semak belukar. Setelah mereka semua lelah bekerja bakti, mereka pun beristirahat di bawah pohon Doro tersebut. Di sana juga terlihat Raden [[Panji Margono]] yang juga terlihat sangat kelelahan, duduk bersantai bersama warga. Di sela-sela istirahat para warga, Raden Panji Margono berkata "''Sedulur-sedulurku sedoyo, warga-wargaku, elingo. Yen mbesok ono reja-rejane njaman, kanggo pengeling-eling, panggonan iki bakal takjenakno DOROKANDANG!''" (Para saudara-saudaraku, warga-wargaku, ingat-ingatlah. Jika suatu saat jaman sudah berganti menjadi lebih baik, sebagai pengingat kalian semua, tempat ini dan sekitarnya saya namakan DOROKANDANG”. Sejak saat itu dan sampai sekarang tempat itu bernama desa Dorokandang (terdiri dari kata DORO dan KANDANG).
Pada kitab Sejarah (Carita) Lasem, disebutkan sebuah tempat yang didiami Raden Panji Margono yang penuh dengan tanaman Tal (siwalan) hingga Raden Panji Margono pun dijuluki sebagai Panji Lasem Talbaya. Warga di sekitar sana banyak yang bekerja sebagai penyadap pohon Tal untuk diambil air niranya, buahnya dijual atau dikonsumsi warga, serta daunnya dipakai untuk bahan menulis (ron-tal/daun Tal, atau lebih
Jadi jika dapat disimpulkan, nama desa ini ada 2 yaitu DOROKANDANG dan TALBAYA. Namun, orang-orang lebih sering menyebutnya DESA DOROKANDANG.
Baris 33:
|timur=Desa [[Babagan, Lasem, Rembang|Babagan]]
}}
Desa Dorokandang mempunyai luas wilayah seluas 203,5 ha dan terletak di dataran rendah.
Desa yang terletak di bagian terbarat kota [[Lasem]] ini terbagi dalam beberapa dusun/dukuh, yaitu:
Baris 42 ⟶ 43:
* Karangpelem
* Karanganyar
== Pertanian ==
Sebagai desa yang sebagian besar luas areanya adalah lahan pertanian/tegalan/pertambakan, ini berpengaruh langsung pada pola pikir masyarakat maupun keadaan sosial-antropologi masyarakatnya. Lahan pertanian di Dorokandang memang terkenal subur dan hasil pertaniaannya rata-rata diperdagangkan di [[Pasar Lasem]] yang terletak di utara desa ini, berbatasan dengan desa [[Gedongmulyo, Lasem, Rembang|Gedongmulyo]].
Kawasan pertambakan di Dorokandang biasanya digunakan untuk budidaya bandeng, udang, dan sebagai lahan tambak garam. Kawasan pertambakan dan pertanian di Dorokandang terekam dalam karya sastra Carita Lasem (kitab pembuka Sabda Badra Santi 1400 Syaka) dan merupakan salah satu kawasan pertanian yang bersejarah. Di desa ini terdapat beberapa [[embung]]/[[waduk]] kecil yang digunakan sebagai penampung air hujan untuk sarana irigasi di sawah dan ladang, sebab pertanian di desa Dorokandang adalah lahan [[tadah hujan]] yang mengandalkan air hujan sebagai sumber irigasi lahan pertanian. Dengan adanya embung-embung ini, irigasi ke lahan-lahan pertanian dapat berjalan dengan lancar. Salah satu embung yang terbesar adalah embung di kawasan persawahan Sawah Segoro, [[Narukan, Dorokandang, Lasem, Rembang|Narukan]]. Embung ini relatif baru. Namun karena kebutuhan, pemerintah desa Dorokandang membuat embung lagi di kawasan persawahan [[Sambong, Dorokandang, Lasem, Rembang|Sambong]]-[[Ndondong, Dorokandang, Lasem, Rembang|Ndondong]] dan pembuatan dilaksanakan pada tahun 2014 dan selesai pada tahun itu juga.
[[Berkas:SAM 0119.JPG|jmpl|Embung Sawah Segoro, di Persawahan Sawah Segoro Narukan, Dorokandang.]]
Selain itu, di desa Dorokandang juga terdapat beberapa hutan jati yang tidak begitu luas milik warga pribadi. Kurangnya area untuk kawasan hutan desa dan alih fungsi kawasan semak/hutan di kawasan Sambong-Ndondong sebagai lahan pertanian menyebabkan masalah tersendiri terkait program penghijauan lingkungan yang akhir-akhir ini marak diperbincangkan.
[[Berkas:SAM 0124.JPG|jmpl|Jalan Narukan menuju area Sawah Segoro di Narukan, Dorokandang. Tampak semak dan hutan jati di sekeliling jalan.]]
== Tokoh ==
|