Menunu batu khas Papua: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambahkan gambar/foto |
|||
Baris 1:
[[Berkas:Barapen Ceremony Baliem Valley.jpg|thumb|211x211px|Bakar Batu (Barapen) di [[Lembah Baliem]], [[Jayawijaya]], [[Papua]]]]
Tradisi Bakar Batu merupakan salah satu tradisi penting di [[Papua]] yang berupa ritual memasak bersama-sama warga 1 kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahim (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat, menyambut kebahagiaan (kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku), atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Tradisi Bakar Batu umumnya dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan, seperti di [[Lembah Baliem]], [[Paniai]], Pegunungan Tengah, [[Pegunungan Bintang]], [[Pegunungan Jayawijaya|Jayawijaya]], Dekai, [[Yahukimo]] dll.
Baris 16 ⟶ 15:
# di atas daun paling atas ditumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang2.
Babi yg akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila babi langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah matang, biasanya setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
Hingga saat ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk digunakan menyambut tamu2 penting yang berkunjung, seperti bupati, gubernur, Presiden dan tamu Penting lainnya. Di sebagian masyarakat pedalaman Papua yg beragama Islam, daging babi diganti dengan daging ayam atau sapi atau kambing, spt di masyarakat adat Walesi di Kab. Jayawijaya.▼
▲Hingga saat ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk digunakan menyambut tamu2 penting yang berkunjung, seperti bupati, gubernur, Presiden dan tamu Penting lainnya.
== Referensi: ==
|