| dauref = (2013)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15}}</ref>
|established_title = Hari jadi
|tanggal = [[7 Agustus]] [[1669]]
|established_title2 =
|established_date2 =
[[Sejarah Kota Padang]] tidak terlepas dari peranannya sebagai [[rantau|kawasan rantau Minangkabau]], yang berawal dari perkampungan nelayan di muara [[Batang Arau]] lalu berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya [[Belanda]] di bawah bendera [[Vereenigde Oostindische Compagnie]] (VOC). Hari jadi kota ini ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari terjadinya pergolakan masyarakat [[Pauh, Padang|Pauh]] dan [[Koto Tangah, Padang|Koto Tangah]] melawan monopoli VOC. Selama [[penjajahan Belanda]], kota ini menjadi pusat perdagangan [[emas]], [[teh]], [[kopi]], dan [[rempah-rempah]]. Memasuki abad ke-20, ekspor [[batu bara]] dan [[semen]] mulai dilakukan melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]].
Padang merupakan kota inti dari pengembangan wilayah metropolitan [[Palapa (wilayah metropolitan)|Palapa]]. Saat ini Kota Padang menjadibertahan sebagai pusat perekonomian dengan jumlah pendapatan per kapita tertinggi di Sumatera Barat.<ref>{{cite book|last=Sjafrizal|first=|title=Ekonomi Regional|publisher=Niaga Swadaya|id=ISBN 978-979-17475-2-3}}</ref> Selain itu, kota ini juga menjadi pusat pendidikan dan kesehatan di wilayah [[Sumatera Tengah|Sumatera bagian tengah]], disebabkan keberadaan sejumlah [[Perguruan Tinggi di Padang|perguruan tinggi]] (termasuk [[Universitas Andalas]], kampus tertua di luar [[Pulau Jawa]]) dan fasilitas kesehatan yang cukup lengkap. Di kalanganpembicaraan masyarakat [[Indonesia]], nama kota ini banyak dikenal sebagai sebutan lain untuk etnis Minangkabau, dan juga digunakan untuk menyebut masakan khas mereka yang umumnya dikenal sebagai [[masakan Padang]].<ref name="Galang"/>
== Sejarah ==
Pada tahun 1833, Residen James du Puy melaporkan terjadi [[Gempa bumi Sumatera 1833|gempa bumi]] yang diperkirakan berkekuatan 8.6–8.9 skala Richter di Padang yang menimbulkan [[tsunami]].<ref name="gempapadang2"/> Sebelumnya pada tahun 1797, juga diperkirakan oleh para ahli pernah terjadi [[Gempa bumi Sumatera 1797|gempa bumi]] berkekuatan 8.5–8.7 skala Richter, yang juga menimbulkan tsunami di pesisir Kota Padang dan menyebabkan kerusakan pada kawasan Pantai Air Manis.<ref name="gempapadang2">{{cite journal|last=Natawidjaja|first=D. H.|coauthors=K. Sieh, M. Chlieh, J. Galetzka, B. W. Suwargadi, H. Cheng, R. L. Edwards, J.-P. Avouac, dan S. N. Ward|title=Source parameters of the great Sumatran megathrust earthquakes of 1797 and 1833 inferred from coral microatolls|url=http://www.gps.caltech.edu/~sieh/pubs_docs/papers/P06e.pdf|journal=Journal Of Geophysical Research|volume=111|issue=B06403|month=Juni|year=2006|doi=10.1029/2005JB004025 |pages=B06403}}</ref> Pada 30 September 2009, kota ini kembali dilanda [[Gempa bumi Sumatera Barat 2009|gempa bumi]] berkekuatan 7,6 [[skala Richter]],<ref>{{cite journal|last=McCloskey|first=J.|last2=et. al.|title=The September 2009 Padang Earthquake|journal=Nature Geoscience|volume=26|year=2010|volume=3|pages=70-71|doi=10.1038/ngeo753}}</ref> dengan titik pusat gempa di laut pada 0.84° LS dan 99.65° BT dengan kedalaman 71 km, yang menyebabkan kehancuran 25% infrastruktur yang ada di kota ini.<ref>sirrma.bppt.go.id [http://sirrma.bppt.go.id/home/rapid-assessment/rapid-assessment-bencana-gempa-bumi-dan-kolateral-longsor-dan-kebakaran-di-sumbar Bencana Gempa Bumi dan Kolateral Longsor dan Kebakaran di Sumbar]. Diakses pada 26 Juli 2010.</ref>
Ketinggian di wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah [[Lubuk Kilangan, Padang|Kecamatan Lubuk Kilangan]]. Suhu udaranya cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan 22 °C–28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%.<ref>www.padang.go.id [http://www.padang.go.id/v2/content/view/16/28/ Profil Geografis Kota Padang].</ref> Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu [[Batang Kandis]] sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Tingginya curah hujan membuat kota ini cukup rawan terhadap banjir. Pada tahun [[1980]] 2/3 kawasan kota ini pernah terendam banjir karena saluran drainase kota yang bermuara terutama ke [[Batang Arau]] tidak mampu lagi menampung limpahan air tersebut.<ref>{{cite book|last=|first=|title=Tempo|year=1980|publisher=Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya|volume=10}}</ref>
== Tata ruang ==
=== Etnis ===
[[Berkas:Uda-Uni Kota Padang.jpg|thumb|left|[[Uda Uni Sumbar|Uda dan Uni]] Kota Padang 2012 dengan pakaian tradisional etnis [[Minangkabau]].]]
Penduduk Padang sebagian besar berasal dari etnis [[Suku Minangkabau|Minangkabau]].<ref>BPS, Kota Padang Dalam Angka 2002</ref> Etnis lain yang juga bermukim di sini adalah [[suku Jawa|Jawa]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[suku Nias|Nias]], [[suku Mentawai|Mentawai]], [[suku Batak|Batak]], [[suku Aceh|Aceh]], dan [[Tamil]]. Orang Minang di Kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun [[1970]], jumlah pendatang sebesar 43% dari seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya dalam provinsi Sumatera Barat. Pada tahun [[1990]], dari jumlah penduduk Kota Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau.<ref name="Freek"/>
Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai [[budak]] sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada tahun [[1854]] oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.<ref name="Rusli"/>
Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan [[tentara]], serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai [[transmigran]]. Selain itu, suku [[suku Madura|Madura]], [[Maluku|Ambon]] dan [[suku Bugis|Bugis]] juga pernah menjadi penduduk Padang, sebagai tentara Belanda pada masa [[perang Padri]]. Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya [[bahasa Minangkabau|berbahasa Minang]].<ref name="Rusli"/> Pada tahun [[1930]] paling tidak 51% merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80% adalah Hokkian, 2% Hakka, dan 15% Kwongfu.
Suku Tamil atau keturunan [[India]] kemungkinan datang bersama tentara [[Inggris]]. Daerah hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Sebagian besar dari mereka yang bermukim di Kota Padang sudah melupakan budayanya.<ref>{{cite book|title=Paco-Paco (Kota) Padang|last=Colombijn|first=Freek|pages=69-77}}</ref> Orang-orang Eropa dan [[Orang Indo|Indo]] yang pernah menghuni Kota Padang menghilang selama tahun-tahun di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958).<ref name="Rusli">{{cite book|title=Padang Riwayatmu Dulu|last=Amran|first=Rusli|authorlink=Rusli Amran|year=1988|publisher=Yasaguna}}</ref>
Mayoritas penduduk Kota Padang memeluk agama [[Islam]]. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah [[Kekristenan|Kristen]], [[Agama Buddha|Buddha]], dan [[Agama Khonghucu|Khonghucu]], yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau. Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh [[masjid]], [[gereja]] dan [[klenteng]] juga terdapat di Kota Padang.
[[Masjid Raya Ganting]] merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun [[1700]]. Sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang. Beberapa tokoh nasional pernah [[salat]] di masjid ini di antaranya [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta|Hatta]], [[Hamengkubuwana IX]] dan [[Abdul Haris Nasution|A.H. Nasution]].<ref name="Masjid">{{cite book|title=Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia|last=Zein|first=Abdul Baqir|year=1999|publisher=Gema Insani|id=ISBN 979-561-567-X}}</ref> Bahkan Soekarno sempat memberikan [[pidato]] di masjid ini.<ref>{{cite book|title=Bung Karno dan Islam: Kumpulan Pidato tentang Islam, 1953-1966|last=Soekarno|first=|year=1990|publisher=Haji Masagung|id=ISBN 979-412-167-3}}</ref> Masjid ini juga pernah menjadi tempat embarkasi [[haji]] melalui pelabuhan Emmahaven (sekarang [[Pelabuhan Teluk Bayur|Teluk Bayur]]) waktu itu, sebelum dipindahkan ke Asrama Haji Tabing sekarang ini.<ref>tourism.padang.go.id [http://tourism.padang.go.id/index.php?tourism=destinations&id=59 Masjid Raya Gantiang]. Diakses pada 10 November 2010.</ref>
Gereja [[katholik]] dengan arsitektur Belanda telah berdiri sejak tahun [[1933]]<ref>{{cite book|title=Urban symbolism|last=Nas|first=P.|year=1993|publisher=BRILL|page=65|id=ISBN 90-04-09855-0}}</ref> di kota ini, walaupun French Jesuits telah mulai melayani umatnya sejak dari tahun [[1834]], seiring bertambahnya populasi orang Eropa waktu itu.<ref name="Colombijn"/>
Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama Islam pada tahun [[1983]] untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan [[Musabaqah Tilawatil Quran|Musabaqah Tilawatil Qur'an]] (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.<ref name="Colombijn"/>
== Pemerintahan ==
=== Masa kolonial ===
[[Berkas:Gemeentehuis Padang.JPG|thumb|[[Balai Kota Padang]] tempo dulu]]
Pertumbuhan beberapa kawasan yang sedemikian pesat telah menimbulkan masalah baru bagi pemerintah kolonial [[Hindia-Belanda]]. Meskipun mekanisme dan kegiatan pemerintahan telah bertambah maju, namun pemerintahan Hindia Belanda yang mencakup kepulauan yang terpencar-pencar dan saling berjauhan itu tidak dapat terawasi secara efektif. Keadaan tersebut akhirnya menyebabkan warga kolonial menginginkan pemodelan urusan pemerintahannya sebagaimana model di negeri [[Belanda]] sendiri, yaitu sistem kekotaprajaan yang diperintah oleh seorang [[wali kota]] dan bertanggung jawab kepada ''Dewan Kotapraja''. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka pada tanggal [[1 Maret]] [[1906]], berdasarkan ordonansi (STAL 1906 No.151) yang ditandatangani oleh Gubernur Jenderal [[Joannes Benedictus van Heutsz|J.B. van Heutsz]] sistem pemerintahan desentralisasi mulai diperkenalkan di Hindia Belanda.
Sejak [[1 April]] [[1906]] termasuk Kota Padang telah berstatus ''gemeente'' (kota), yang kemudian diiringi dengan pembentukan Dewan Kotapraja. Tugas utamanya adalah perbaikan tingkat kesehatan masyarakat dan transportasi, termasuk penanganan masalah-masalah bangunan, pemeliharaan jalan dan jembatan serta penerangan jalan-jalan, begitu pula pengontrolan sanitasi, kebersihan selokan dan sampah-sampah, pengelolaan persediaan air, pengelolaan pasar dan rumah potong, perluasan kota dan kawasan permukiman, tanah pekuburan, dan pemadam kebakaran.<ref>{{cite book|last=Nas|first=P.J.M.|authorlink=|coauthors=Nas, P.|title=The Indonesian Town Revisited|year=2003|publisher=LIT Verlag Münster|id=ISBN 3-8258-6038-8}}</ref>
Pada tahun [[1928]] Mr. W.M. Ouwerkerk dipilih sebagai ''Burgemeester'' (wali kota) yang memerintah Kota Padang hingga tahun [[1940]]. Ia kemudian digantikan oleh D. Kapteijn sampai masuknya tentara pendudukan Jepang tahun [[1942]]. Dalam meningkatkan layanan pemerintahan pada tahun [[1931]] dibangunlah gedung ''Gemeente Huis'' (Balai Kota) dengan arsitektur gaya balai kota Eropa berciri khas sebuah menara jam yang berlokasi di Jalan Raaffweg (sekarang Jalan Mohammad Yamin, [[Padang Barat, Padang|Kecamatan Padang Barat]]).
=== Awal kemerdekaan ===
[[Berkas:Bagindo Azizchan.jpg|thumb|upright|Wali Kota Padang kedua [[Bagindo Azizchan]] dinobatkan sebagai [[Daftar Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] era kemerdekaan.]]
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, [[Abubakar Jaar|Mr. Abubakar Jaar]] diangkat sebagai [[wali kota]] pertama Kota Padang dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Mr. Abubakar Jaar merupakan seorang pamong sejak zaman Belanda,<ref name="Gusti1">{{cite book|last=Asnan|first=Gusti|authorlink=Gusti Asnan|title=Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an|year=2007|publisher=Yayasan Obor Indonesia|id=ISBN 978-979-461-640-6}}</ref> yang kemudian menjadi residen di [[Sumatera Utara]].<ref name="Husein">{{cite book|last=Husein|first=Ahmad|authorlink=Ahmad Husein|title=Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950|year=1992|publisher=Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau|volume=1|id=ISBN 978-979-405-126-9}}</ref> Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1946]] dipilih [[Bagindo Azizchan]] sebagai wali kota kedua,<ref>{{cite book|last=Sudarmanto|first=J. B.|title=Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia|year=2007|publisher=Grasindo|id=ISBN 978-979-759-716-0}}</ref> atas usulan Residen Mr. St. M. Rasjid,<ref name="Fatimah">Fatimah. Siti, Amri. Emizal, Ayu. Yasrina, Zed. Mestika (2007). ''Bgd. Azizchan, 1910-1947: Pahlawan Nasional dari Kota Padang''. Universitas Negeri Padang. ISBN 978-979-3458-14-4.</ref><ref>[[Sutan Mohammad Rasjid|Rasyid. Sutan Mohammad]] (1981). ''Rasjid-70''. Panitia Peringatan Ulang Tahun Mr. Rasjid ke-70.</ref> seiring dengan keadaan negara dalam situasi darurat perang akibat munculnya agresi [[Belanda]]. Kemudian pada tanggal [[19 Juli]] [[1947]], Belanda melancarkan sebuah serangan militer dalam Kota Padang. Bagindo Azizchan yang waktu itu berada di Lapai ikut tewas terbunuh sewaktu menjalankan tugasnya sebagai kepala pemerintahan Kota Padang.<ref>Tim Penulis. ''Pahlawan Indonesia''. Niaga Swadaya. ISBN 978-979-1481-60-1.</ref>
Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, [[Said Rasad]] dipilih sebagai pengganti, dan menjadi Wali kota ketiga. Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahan ke [[Kota Padangpanjang]].<ref name="Mardanas">{{cite book|last=Safwan|first=Mardanas|title=Sejarah Kota Padang|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional}}</ref> Namun, pada bulan September 1947, Belanda menunjuk [[Abdoel Hakim|Dr. A. Hakim]], untuk menjadi wali kota Padang.<ref name="Mardanas"/>
Pada awal tahun 1950-an, sewaktu [[Rasidin|Dr. Rasidin]] menjadi wali kota Padang, ia mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan [[becak]] sebagai sarana transportasi angkutan umum di Kota Padang, karena dianggap kurang manusiawi.<ref name="Mardanas"/> Kemudian pada tahun [[1956]] [[Bachtiar Datuk Pado Panghulu|B. Dt. Pado Panghulu]], seorang [[penghulu]] dari [[Kota Bukittinggi]], terpilih sebagai wali kota Padang berikutnya.<ref name="Gusti1"/> Tidak lama kemudian, pecah ketegangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Ketegangan memuncak pada tanggal [[15 Februari]] [[1958]], dan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) dideklarasikan. Selanjutnya, PRRI yang dianggap sebagai pemberontak<ref>Poesponegoro. Marwati Djoened, Notosusanto. Nugroho (1992). ''Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia''. PT Balai Pustaka. ISBN 978-979-407-412-1.</ref> oleh pemerintah pusat dihancurkan dengan pengiriman kekuatan militer terbesar yang tercatat dalam sejarah [[Indonesia]].<ref>Ong H.H (1965). ''Sapta Marga Berkumandang di Sumatera: Operasi-Operasi Menumpas Pemberontakan PRRI''. Jakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata.</ref> Akibat peristiwa ini juga, terjadi eksodus besar-besaran [[suku Minangkabau]] ke daerah lain.<ref name="Syam">{{cite book|last=Syamdani|first=|title=[[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]], Pemberontakan atau Bukan|year=2009|publisher=Media Pressindo|id=ISBN 978-979-788-032-3}}</ref>
Setelah PRRI pada tanggal [[31 Mei]] [[1958]], [[Z. A. St. Pangeran]] dilantik menjadi wali Kota Padang yang ketujuh, dengan setumpuk beban berat. Selain melanjutkan pembangunan, ia juga harus memulihkan kondisi psikologis masyarakat yang tercabik akibat [[perang saudara]].<ref name="Syam"/> Namun pada pertengahan tahun [[1966]], dia dipaksa mundur dari jabatannya oleh para [[mahasiswa]].<ref name="Audrey">{{cite book|last=Kahin|first=A.|title=Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity, 1926-1998|year=1999|publisher=Amsterdam University Press|id=ISBN 90-5356-395-4}}</ref>
=== Orde Baru dan otonomi daerah ===
[[Berkas:Balaikota Padang.jpg|left|thumb|Balai Kota Padang di [[Jalan Bagindo Azizchan]], [[Air Pacah, Koto Tangah, Padang|Air Pacah]].]]
Setelah runtuhnya [[Sejarah Indonesia (1959-1966)|demokrasi terpimpin]] pasca [[Gerakan 30 September]], dan kemudian muncul istilah [[Sejarah Indonesia (1966-1998)|Orde Baru]], pada tahun [[1966]], [[Azhari|Drs. Azhari]] ditunjuk menjadi wali kota oleh pihak militer menggantikan wali kota sebelumnya yang dianggap cendrung berpihak kepada [[PKI]] waktu itu.<ref name="Audrey"/><ref name="Colombijn">Colombijn, Freek, (1994), ''Patches of Padang: the history of an indonesian town in the twentieth century and the use of urban space'', Research School CNWS, ISBN 978-90-73782-23-5.</ref> Pada tahun [[1967]], ia digantikan oleh [[Akhiroel Yahya|Drs. Akhiroel Yahya]] sebagai wali kota berikutnya.<ref name="Pemda">Pemda Tingkat II Kotamadya Padang, (1995), ''326 tahun Padang kota tercinta, 7 Agustus 1669-7 Agustus 1995: gerbang pariwisata Indonesia kawasan barat'', Pemda Tingkat II Kotamadya Padang bekerja sama dengan PT Buana Lestari.</ref>
Pada tahun [[1971]], [[Hasan Basri Durin|Drs. Hasan Basri Durin]] ditunjuk menjadi pejabat wali kota mengantikan wali kota sebelumnya. Tahun [[1973]] dia terpilih menjadi wali kota definitif, memimpin Kota Padang selama dua periode sampai tahun [[1983]],<ref>{{cite book|last=Durin |first=H.B.|authorlink=Hasan Basri Durin|coauthors=|title=Catatan Seorang Pamong: Hasan Basri Durin Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat 1987-1997 |year=1997 |publisher=Yayasan Obor Indonesia |location= |id=ISBN 979-461-285-5 }}</ref> sebelum digantikan oleh [[Syahrul Ujud|Syahrul Ujud S.H.]],<ref>{{cite book|last=Anwar|first=Rosihan|authorlink=Rosihan Anwar|title=Perkisahan Nusa, Masa 1973-1986|year=1986 |publisher=Grafitipers}}</ref> yang menjadi wali Kota Padang selama dua periode berikutnya. Selanjutnya, pada tahun [[1993]], terpilih seorang mantan [[wartawan]] [[Zuiyen Rais|Drs. Zuiyen Rais, M.S.]],<ref name="Marthias">{{cite book|last=Dusky Pandoe|first=Marthias|title=A Nan Takana (Apa yang Teringat): Memoar Seorang Wartawan|year=2001|publisher=Kompas|id=ISBN 978-979-709-002-9}}</ref> yang juga memimpin Kota Padang selama dua periode sampai pada tahun [[2003]].
Dalam suasana reformasi pemerintahan dan era otonomi daerah, [[Fauzi Bahar|Drs. Fauzi Bahar, M.M]], terpilih kembali pada tahun [[2009]] untuk masa jabatan kedua kalinya sebagai wali Kota Padang dalam pemilihan langsung pada kali pertama, sedangkan pada masa jabatan sebelumnya pada tahun [[2004]] dia masih dipilih melalui sistem perwakilan di DPRD kota.<ref name="Haris">{{cite book|last=Haris|first=Syamsuddin|title=Partai dan Parlemen Lokal Era Transisi Demokrasi di Indonesia: Studi Kinerja Partai-Partai di DPRD Kabupaten Kota|year=2007|publisher=Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia|id=ISBN 978-979-799-052-7}}</ref>
Dengan dikeluarkannya [[Peraturan Pemerintah]] Nomor 26 Tahun 2011 pada tanggal [[18 April]] [[2011]], pusat [[pemerintahan Kota Padang]] secara resmi dipindahkan dari [[Padang Barat, Padang|Kecamatan Padang Barat]] ke [[Kototangah, Padang|Kecamatan Kototangah]].<ref>www.presidenri.go.id [http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/619.pdf Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2011].</ref> Di samping untuk mengurangi konsentrasi [[masyarakat]] di kawasan [[pantai]] dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di [[timur]] dan [[utara]] kota, pemindahan ini juga dilakukan mengingat lokasi pusat pemerintahan kota sebelumnya berada pada zona yang dikategorikan bahaya terhadap kemungkinan terjadinya bencana [[tsunami]].<ref>www.minangkabaunews.com [http://minangkabaunews.com/artikel-1533-wako-padang--pemindahan-pusat-pemerintahan-ke-aia-pacah-wujudkan-pemerataan.html Wako Padang: Pemindahan Pusat Pemerintahan Ke Aia Pacah Wujudkan Pemerataan]. Diakses pada 14 Januari 2012.</ref> Kompleks pusat pemerintahan dibangun di kawasan eks Terminal Regional Bingkuang (TRB) di [[Air Pacah, Koto Tangah, Padang|Air Pacah]] dan mulai diresmikan penggunaannya pada 30 September 2013.<ref>[http://hariansinggalang.co.id/balaikota-di-aie-pacah-diresmikan-30-september/ Balaikota di Aie Pacah Diresmikan 30 September]. ''Harian Singgalang''. Diakses pada 7 September 2013.</ref>
=== Perwakilan ===
{{utama|Pendidikan di Kota Padang|Perguruan Tinggi di Padang}}
[[Berkas:Rektorat Universitas Andalas samping.JPG|left|thumb|Kampus [[Universitas Andalas]] (Unand) di [[Limau Manis, Pauh, Padang|Limau Manis]]. Unand adalah universitas tertua di luar [[Jawa]].]]
Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatera Barat. Tercatat pada tahun [[1864]], jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang.<ref>{{cite book|last=Graves|first=Elizabeth E.|title=Asal-Usul Elite Minangkabau Modern: Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX|year=2007|publisher=Yayasan Obor Indonesia|id=ISBN 978-979-461-661-1}}</ref>
Untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi siswa dan orang tua murid, pemerintah kota bekerja sama dengan [[Universitas Negeri Padang|UNP]] dan [[Telkom]] sejak [[1 Juli]] [[2010]] kembali menyelenggarakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online untuk sekolah negeri jenjang SMP dan SMA, dengan perbaikan pola dan sistem dibandingkan tahun sebelumnya.<ref name="PSB online">[http://www.padang.go.id/v2/content/view/3831/160/ www.padang.go.id]. Diakses pada 10 November 2010.</ref><ref>psb.diknaspadang.or.id [http://psb.diknaspadang.or.id/ PSB Online Dinas Pendidikan Kota Padang].</ref> Sistem yang telah diterapkan sejak tahun 2006 ini,<ref name="PSB online"/> akan memotivasi sekaligus memudahkan seluruh siswa yang akan melanjutkan pendidikannya di masing-masing tingkatan pendidikan. Mereka dapat memilih sekolah favoritnya berdasarkan rangking nilai yang mereka dapat dan diketahui secara langsung dan transparan.<ref>www.diknas-padang.org [http://www.diknas-padang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=522 PSB Online Dicontoh]. Diakses pada 10 November 2010.</ref>
Kota Padang memiliki puluhan [[perguruan tinggi]], enam di antaranya merupakan perguruan tinggi milik pemerintah. [[Universitas Andalas]] (Unand) yang belokasi di Limau Manis diresmikan oleh Wakil Presiden pertama [[Mohammad Hatta]] pada tahun 1955 sebagai universitas tertua di luar [[Jawa]]. Pada tahun 2014, Unand menjadi satu-satunya kampus di Sumatera yang mendapatkan peringkat A untuk akreditasi perguruan tinggi dari [[Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi]] (BAN-PT).<ref>[http://www.unand.ac.id/id/berita/universitas/2686-universitas-andalas-mendapat-akreditasi-institusi-a Universitas Andalas Mendapat Akreditasi Institusi A]</ref> Perguruan tinggi negeri lainnya yang ada di Kota Padang yakni [[Universitas Negeri Padang]] di Air Tawar, [[Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol]] di Lubuk Lintah, [[Politeknik Negeri Padang]] di Limau Manis, [[Politeknik Kesehatan Padang]] di Siteba, dan [[Akademi Teknologi Industri Padang]] di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti [[Universitas Bung Hatta]], [[Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat]], [[Universitas Ekasakti]], [[Universitas Tamansiswa]], [[Universitas Putra Indonesia]], [[Universitas Baiturrahmah]], dan [[Institut Teknologi Padang]].
Sebagai salah satu pusat kesehatan di Pulau Sumatera, Kota Padang telah memiliki fasilitas [[kesehatan]] yang cukup lengkap. Selain memiliki beberapa [[rumah sakit]] yang bertaraf nasional dan internasional, rumah sakit tersebut juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang berkaitan dengan kesehatan. [[Rumah Sakit Umum Dr. M. Djamil]] yang didirikan oleh pemerintah pusat pada tahun 1953 merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah [[Sumatera Tengah|Sumatera bagian tengah]].<ref>{{cite book|last=Ikatan Dokter Indonesia|first=|title=Kiprah Dokter Dalam Era 50 Tahun Indonesia Merdeka|year=1995|publisher=Ikatan Dokter Indonesia|id=ISBN 978-979-8129-74-2}}</ref> Rumah sakit ini telah berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Politeknik Kesehatan Padang. Setelah gempa 30 September 2009, kondisi bangunan dan peralatan rumah sakit ini memprihatinkan.<ref>www.tempointeraktif.com [http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/10/03/brk,20091003-200647,id.html Kondisi Rumah Sakit M. Djamil Memprihatinkan]. Diakses pada 2 Oktober 2010.</ref> Rumah Sakit M. Djamil saat ini tengah berusaha memperbaiki program ''Hospital Disaster'' untuk mengantisipasi kejadian serupa nantinya.<ref>www.antara-sumbar.com [http://www.antara-sumbar.com/id/berita/propinsi/d/1/127699/rs-m-djamil-perbaiki-hospital-disaster.html RS M. Djamil Perbaiki ''Hospital Disaster'']. Diakses pada 2 Oktober 2010.</ref>
Pemerintahan Kota Padang sendiri juga telah memiliki rumah sakit yang bernama [[Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rasidin]].<ref>www.padang.go.id [http://www.padang.go.id/v2/content/view/2659/1/ RSUD Rasidin Berbenah Diri].</ref> Untuk memberikan pelayanan yang maksimal, pemerintahan Kota Padang juga telah mendirikan sebanyak 20 buah [[Pusat Kesehatan Masyarakat|puskesmas]] dan 58 buah puskesmas pembantu pada wilayah kecamatan di kota ini. Untuk tahun [[2007]], satu puskesmas di Kota Padang rata-rata melayani 41.000 orang. Angka ini lebih tinggi dari konsep ideal wilayah puskesmas yang hanya untuk melayani 30.000 orang saja, sehingga jika ditinjau dari penyebaran, sarana kesehatan sudah memadai. Namun jika ditinjau dari aspek mutu pelayanan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan.<ref name="depkes">www.depkes.go.id [http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kota%20padang%202007.pdf Buku Profil Kesehatan Tahun 2007 Kota Padang]. Diakses pada 26 juni 2010.</ref>
Selain itu, di kota ini juga terdapat sejumlah rumah sakit yang dikelola oleh [[Badan Usaha Milik Negara|BUMN]], [[Kepolisian Negara Republik Indonesia|Kepolisian]], [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI AD]] dan pihak [[swasta]]. Pada tahun 2013, [[Semen Padang (perusahaan)|PT Semen Padang]] meresmikan [[Semen Padang Hospital]] yang merupakan rumah sakit bertaraf internasional pertama di Sumatera Barat.<ref>[http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=45438 Rumah Sakit Sumbar Siap Bersaing]. ''Padang Ekspres''. Diakses pada 11 Juli 2013.</ref> [[Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo]] yang dikelola oleh TNI AD terletak pada kawasan cagar budaya Ganting. Rumah sakit ini berdiri pada komplek bangunan peninggalan zaman Belanda dan sebelumnya merupakan tempat peristirahatan para tentara kolonial.<ref name="Fatimah" /> [[Rumah Sakit Selasih]] merupakan rumah sakit swasta yang dikelola secara bersama dengan pihak ''Kumpulan Perubatan Johor (KPJ) Sdn Bhd'' dari [[Malaysia]],<ref>announcements.bursamalaysia.com [http://announcements.bursamalaysia.com/EDMS/subweb.nsf/7f04516f8098680348256c6f0017a6bf/b634225b028f5c7e482571790008cb15/$FILE/KPJ-Milestone%28657KB%29.pdf KPJ-Milestone].</ref> namun akibat gempa bumi [[30 September]] [[2009]] rumah sakit ini mengalami kerusakan berat.<ref>www.deplu.go.id [http://www.deplu.go.id/_layouts/mobile/PortalDetail-HighlightsLike.aspx?l=id&ItemId=55c171bb-bcb5-4341-9158-f1e5f211bf82 Press Release Pusat Komunikasi Publik Untuk Gempa Padang. 4 Oktober 2009]. Diakses pada 10 November 2010.</ref>
== Pelayanan umum ==
[[Berkas:Stasiun Tabing.jpg|thumb|[[Stasiun Tabing|Stasiun kereta api Tabing]]]]
[[Berkas:Teluk Bayur Harbour1.jpg|thumb|[[Pelabuhan Teluk Bayur]]]]
Pada awalnya rute utama yang menghubungkan kawasan ''rantau'' (Kota Padang) dengan ''darek'' (pedalaman Minangkabau) pada masa lalu adalah jalur yang pernah ditempuh [[Stamford Raffles|Raffles]] pada tahun [[1818]] untuk menuju Pagaruyung melalui kawasan Kubung XIII di Kabupaten Solok sekarang.<ref>{{cite book|last=Raffles|first=Sophia|title=Memoir of the Life and Public Services of [[Stamford Raffles|Sir Thomas Stamford Raffles]]|year=1830 |publisher=J. Murray|location=London}}</ref> Saat ini ada tiga ruas jalan utama yang menghubungkan Kota Padang dengan kota-kota lain di Sumatera. Jalan ke utara menghubungkan kota ini dengan [[Kota Bukittinggi]], dan di sana bercabang ke [[Kota Medan]] dan [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]]. Terdapat pula cabang jalan di dekat [[Lubuk Alung, Padang Pariaman|Lubuk Alung]] ke arah [[Kota Pariaman]]. Jalan ke timur menuju [[Kota Solok]], yang tersambung dengan [[Jalan Raya Lintas Sumatera]] bagian tengah. Sebelumnya, di [[Arosuka]] terdapat persimpangan menuju [[Kota Jambi]] melalui [[Kabupaten Solok Selatan]]. Jalan ke selatan yang menyusuri pantai barat Sumatera menghubungkan Kota Padang dengan [[Kota Bengkulu]] melalui [[Kabupaten Pesisir Selatan]].
Penemuan cadangan batubara di [[Kota Sawahlunto]] mendorong Pemerintah [[Hindia Belanda]] membangun rel kereta api serta rute jalan baru melalui [[Kota Padang Panjang]] sekarang, yang diselesaikan pada [[1896]].<ref>{{cite book|last=Colombijn|first=Freek|title=Paco-Paco (Kota) Padang|pages=65}}</ref> Jalur kereta api ini juga menghubungkan Kota Padang dengan kota-kota lain seperti Kota Pariaman, Kota Solok, Kota Bukittinggi, dan [[Kota Payakumbuh]]. Saat ini rel kereta api yang aktif hanyalah jalur [[Stasiun Pariaman|Pariaman]]-[[Stasiun Padang|Padang]] untuk kereta api wisata, dan [[Teluk Bayur, Padang Selatan, Padang|Teluk Bayur]]-[[Indarung, Lubuk Kilangan, Padang|Indarung]] untuk pengangkutan semen. Railbus buatan [[INKA|PT INKA Madiun]] mulai dioperasikan pada tahun 2015 untuk melayani rute dari Kota Padang ke [[Bandara Internasional Minangkabau]]. Padang merupakan kota kedua di Indonesia, setelah Medan, yang mengoperasikan kereta bandara.<ref>www.harianhaluan.com [http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12437:railbus-padang-bim-segera-dikirim&catid=1:haluan-padang&Itemid=70 Railbus Padang-BIM]. Diakses pada 1 Januari 2013.</ref>
Terminal Regional Bingkuang (TRB) di Air Pacah selesai dibangun tahun 1999 untuk menggantikan Terminal Lintas Andalas di Olo Ladang. Penggunaan TRB ini tidak seperti yang diharapkan, dan sampai beberapa tahun sesudahnya belum juga dapat menggantikan terminal lama.<ref>[http://www.kompas.com/kompas-cetak/0310/21/daerah/634496.htm Akar Persoalan Terminal Bingkuang]. Kompas.</ref> Setelah gempa tanggal 30 September 2009 dan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2011, TRB dialihfungsikan menjadi kawasan pusat pemerintahan kota. Akibatnya saat ini Padang menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang tidak mempunyai terminal.<ref>www.inilah.com [http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1804394/perkantoran-di-aia-pacah-jangan-bongkar-pasang Perkantoran di Aia Pacah Jangan Bongkar Pasang]. Diakses pada 29 April 2012.</ref> Pada tahun 2015, pemerintah Kota Padang membangun tiga terminal pengganti yakni, Terminal Lubuk Buaya untuk [[bus antarkota dalam provinsi]] (AKDP) arah utara dan [[bus antarkota antarprovinsi]] (AKAP), Terminal Gaung untuk AKDP arah selatan, serta Terminal Bandar Buat untuk AKDP arah timur.
Angkutan dalam kota dilayani oleh [[bus kota]], [[mikrolet]] dan [[taksi]]. Sementara saat ini di pusat kota masih dapat ditemukan [[bendi]] (sejenis kereta kuda), sedangkan [[ojek]] biasanya beroperasi di perumahan dan pinggiran kota. Pada awal tahun 2014, pemerintah mulai mengoperasikan bus masal [[Trans Padang]]. Dari enam koridor yang dirancang untuk sistem transporatsi ini, baru satu koridor yang beroperasi yaitu rute [[Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang|Lubuk Buaya]] hingga [[Pasar Raya Padang]] sepanjang 18 km.<ref>[http://hubdat.dephub.go.id/berita/1339-dirjen-darat-puji-pengoperasian-trans-padang Dirjen Darat Puji Pengoperasian Trans Padang]</ref>
Kota Padang memiliki beberapa kawasan [[pelabuhan]]. Tercatat sejak tahun [[1770]] diberangkatkan dari pelabuhan kota ini 0,3 miliar pikul lada dan 0,2 miliar gulden emas per tahunnya.<ref name="Jacobs">{{cite book|last=Jacobs|first=E.M.|title=Merchant in Asia: The Trade of the Dutch East India Company During the Eighteenth Century|year=2006|publisher=CNWS Publications|id=ISBN 90-5789-109-3}}</ref> [[Pelabuhan Muara]] melayani transportasi laut bagi kapal ukuran sedang terutama untuk tujuan ke atau dari [[Kabupaten Kepulauan Mentawai]] dan kawasan sekitarnya. Sementara itu, [[Pelabuhan Teluk Bayur]] melayani pengangkutan laut untuk ukuran kapal besar baik ke kota-kota lain di Indonesia maupun ke luar negeri. Pelabuhan ini mulai beroperasi pada tahun [[1892]] dengan nama Emmahaven. Sekarang kedua pelabuhan tersebut dikelola oleh [[Pelabuhan Indonesia II|PT Pelindo II]].
Sampai tahun 2005, [[Bandar Udara Tabing]] melayani perhubungan udara Padang dengan kota-kota lain. Bandar udara ini yang tidak dapat didarati oleh pesawat berbadan besar, dan karena itu dapat mengimbangi naiknya jumlah calon penumpang. Pengembangannya terbatas karena posisinya yang terhalang Gunung Pangilun dan Bukit Sariak.<ref>transportasi.bappenas.go.id [http://transportasi.bappenas.go.id/database_phln/x03_daftar_loanview.php?NOLOAN=IP-473 New Padang Airport Construction Project]. Diakses pada 10 November 2010.</ref> Maka tanggal [[23 Juni]] [[1999]] ditetapkan lokasi baru pengganti bandar udara ini.<ref>hubud.dephub.go.id [http://hubud.dephub.go.id/files/km/1999/KM%2043.pdf Keputusan Menteri Perhubungan]. Diakses pada 10 November 2010.</ref> Dengan selesainya pembangunan [[Bandar Udara Internasional Minangkabau]] di [[Katapiang, Batang Anai, Padang Pariaman|Ketaping]], [[Kabupaten Padang Pariaman]], penerbangan sipil dialihkan ke bandara baru tersebut.<ref>www.kimpraswil.go.id [http://www.kimpraswil.go.id/Humas/news2003/ppw260805ben.htm Presiden Resmikan Bandaran Internasional Minangkabau dan Ruas Jalan Tabing–Duku]. Situs Resmi Departemen Kimpraswil.</ref> Sejak pengoperasiannya, bandara ini telah melayani berbagai penerbangan domestik ke [[Kota Medan|Medan]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]], [[Kota Batam|Batam]], dan [[Kota Bandung|Bandung]], serta penerbangan internasional seperti ke [[Kuala Lumpur]], [[Penang]], [[Singapura]], dan [[Jeddah]] (musim [[haji]]). Bandara ini juga sudah melayani penerbangan perintis dengan tujuan di dalam Provinsi Sumbar seperti ke [[Tuapejat, Sipora Utara, Kepulauan Mentawai|Tuapejat]] dan [[Simpang Ampek]], serta di sekeliling provinsi seperti ke [[Kabupaten Muko-Muko|Muko-Muko]], [[Kota Padang Sidempuan|Padang Sidempuan]], [[Kota Sungaipenuh|Sungaipenuh]], dan [[Pasar Muara Bungo, Bungo|Muarabungo]].
== Perekonomian ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kantoor van de Javasche Bank en het monument voor W.H. de Greve TMnr 10015479.jpg|thumb|right|[[Gedung Bank Indonesia Lama Padang|Kantor Javaansche Bank Padang]] tempo dulu]]
Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika. Akibatnya pada tahun [[1864]] telah berdiri salah satu cabang ''Javaansche Bank'' yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada [[1879]] juga telah muncul bank simpan pinjam. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.<ref>{{cite book|last=Kato|first=Tsuyoshi|title=[[Adat Minangkabau]] dan [[Merantau]] Dalam Perspektif Sejarah|year=2005|publisher=PT Balai Pustaka|location=Jakarta|id=ISBN 979-690-360-1}}</ref>
Kota ini menempatkan sektor [[industri]], [[perdagangan]] dan [[jasa]] menjadi andalan dibandingkan dengan sektor [[pertanian]] dalam mendorong perekonomian masyarakatnya. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung mengubah lahan pertanian menjadi kawasan industri. Walaupun di sisi lain industri pengolahan di kota ini telah memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup berarti.<ref>{{cite book|last=Sutaat|first=|title=Pelayanan Kesejahteraan Sosial Tenaga Kerja di Sektor Industri Tahun 2002|year=2002|publisher=Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial, Republik Indonesia}}</ref>
[[Berkas:PT. Semen Padang.jpg|thumb|right|[[Semen Padang (perusahaan)|Semen Padang]] merupakan produsen semen tertua di Indonesia.]]
Pusat perdagangan di Kota Padang adalah [[Pasar Raya Padang]] yang dibangun pada zaman kolonial Belanda oleh seorang kapiten Cina bernama Lie Saay.<ref>http://id.scribd.com/doc/52737954/BAB-I-Pendahuluan-Haneman</ref> Dalam perkembangannya, pasar tradisional ini pernah menjadi sentra perdagangan bagi masyarakat di [[Sumatera Barat]], [[Riau]], [[Jambi]] dan [[Bengkulu]] pada era [[1980-an]].<ref>[http://hariansinggalang.co.id/pasar-raya-padang-butuh-jokowi/]</ref> Selain itu, aktivitas perniagaan di Padang juga didukung oleh 16 pasar satelit yang tersebar di seluruh pelosok kota, sembilan di antaranya dimiliki oleh Pemerintah Kota Padang yaitu Pasar Alai, Pasar Bandar Buat, Pasar Belimbing, Pasar Bungus, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Tanah Kongsi, dan Pasar Ulak Karang.<ref>[http://www.antarasumbar.com/eng/news/ekonomi-bisnis/j/5/261/padang-tawarkan-investasi-revitalisasi-16-pasar-tradisional.html]</ref>
Tidak seperti kebanyakan kota besar di Indonesia, pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Padang terbilang cukup lamban. Pada tahun [[1990-an]] terdapat setidaknya lima permohonan izin pendirian [[mal]] di Kota Padang yang ditolak oleh [[Zuiyen Rais]], walikota Padang saat itu, karena mengambil lokasi di pusat kota.<ref>[http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8638:melihat-padang-dengan-pikiran-jernih&catid=11:opini&Itemid=187]</ref> Pusat perbelanjaan modern yang beroperasi saat ini di Kota Padang di antaranya yaitu [[Plaza Andalas]], [[Basko Grand Mall]], [[Rocky Plaza]], dan [[SPR Plaza]].
Perekonomian Kota Padang juga ditopang oleh sektor pariwisata dan industri MICE (''Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition'' atau Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran).<ref>http://www.antarasumbar.com/artikel/683/mewujudkan-padang-menjadi-pusat-kunjungan-mice-di-sumatera.html</ref> Hal ini didukung oleh keberadaan sederet hotel dan gedung pertemuan di kota ini. Hingga saat ini Kota Padang telah memiliki puluhan hotel berbintang, termasuk di antaranya satu hotel bintang 5 dan tujuh hotel bintang 4.<ref>[http://www.agoda.com/id-id/pages/agoda/default/DestinationSearchResult.aspx?asq=bs17wTmKLORqTfZUfjFABuMQGkqUJsCLo%2bxOmbVeXO2IRHOyI2OkQWK%2foDAEINA9vHpjA%2fN7Dn%2btba144HdBZgpPBrq%2fhzfwfB9VioI2mYGy6y7qZeV2q%2f1aovrn25FupwBh%2ba52r2%2fcYiCbQvnNBg5Nf3QUUZDMFK%2bZHs3F3VyAocBk%2bz1Mn0giYZjGChVJAX5EDHEdNYKYAmJAPHwzCSNn3dXgC5Kc%2b5g9d3D%2fFb%2frXV3HXzhTALRAOl%2fw27swOgO17n70pvCMTLI9NX5YuvjpRahFi8JoQgNdx6ECjBXz3oAx245Rzxa%2bTZUtAP%2bM&tick=635242505564]</ref> Minangkabau International Convention Center (MICC) yang saat ini dalam tahap konstruksi akan menjadi gedung pertemuan terbesar di Kota Padang.
Kota Padang yang terkenal akan legenda [[Sitti Nurbaya]] dan [[Malin Kundang]] saat ini sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan.<ref>{{cite web|url=http://tourism.padang.go.id/index.php|title=Potensi Kota Padang|publisher=Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang|accessdate=2010-10-02}}</ref> Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama [[Museum Adityawarman]], yang memiliki gaya arsitektur berbentuk rumah adat Minangkabau ([[Rumah Gadang]]), model ''Gajah Maharam''. Di halaman depan museum terdapat dua lumbung padi. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias. Museum ini memiliki 6.000 koleksi.
Di kawasan [[pelabuhan Muara]] banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan sejak zaman Belanda. Beberapa bangunan di kawasan tersebut ditetapkan pemerintah setempat sebagai cagar budaya. Di antaranya adalah [[Masjid Muhammadan]] bertarikh [[1843]], yang merupakan masjid berwarna hijau muda yang dibangun oleh komunitas keturunan India. Cagar budaya lain, Klenteng Kwan Im yang bernama ''See Hin Kiong'' tahun [[1861]] kemudian direnovasi kembali tahun [[1905]] setelah sebelumnya terbakar.<ref>bataviase.co.id [http://bataviase.co.id/node/100835 Menjenguk Kota Tua Padang setelah Gempa]. Diakses pada 10 November 2010.</ref> Dari sehiliran [[Batang Arau]], terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Sitti Nurbaya. Jembatan itu menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Pada bukit ini terdapat [[Taman Sitti Nurbaya]] yang menjadi lokasi kuburan Sitti Nurbaya.<ref>{{cite book|last=Rusli|first=Marah|authorlink=Marah Rusli|title=Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai|year=1991|publisher=PT Balai Pustaka|id=ISBN 978-979-407-167-0}}</ref> Kawasan bukit ini juga dahulunya menjadi tempat permukiman awal masyarakat etnis Nias di Kota Padang.<ref>{{cite book|last=Anatona|first=|title=Permukiman Migran Asal Nias di Kota Padang dan Sekitarnya: Suatu Tinjauan Historis|year=1996|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Lembaga Penelitian, Universitas Andalas}}</ref>
[[Berkas:Beach of Sikuai Island.jpg|thumb|[[Pulau Sikuai]] yang difasilitasi resort wisata sekelas hotel berbintang tiga.]]
Kota ini juga terkenal akan [[masakan Padang|masakannya]]. Selain menjadi selera sebagian besar masyarakat Indonesia, masakan ini juga populer sampai ke mancanegara.<ref name="RA">{{cite book|last=Ramli|first=Andriati|title=Masakan Padang: Populer & Lezat|year=2008|publisher=Niaga Swadaya|id=ISBN 978-979-1477-09-3}}</ref> Makanan yang populer di antaranya seperti [[Gulai]], [[Rendang]], Ayam Pop, Terung Balado, Gulai Itik Cabe Hijau, [[Nasi Kapau]], [[Sate Padang]] dan [[Karupuak Sanjai]]. [[Restoran Padang]] banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu, yang dinamakan sebagai "masakan Padang" sebenarnya dikenal sebagai masakan etnis [[suku Minangkabau|Minangkabau]] secara umum.<ref name="Galang">{{cite book|last=|first=|title=Masakan Padang|year=2009|publisher=Galangpress Group|location=Jakarta|id=ISBN 978-602-8328-22-7}}</ref>
Dalam mendorong pariwisata di Kota Padang, pemerintah kota menggelar [[Festival Rendang]] untuk pertamakalinya pada tahun [[2011]], setelah sebelumnya [[Rendang]] dinobatkan oleh CNN International sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar ''World’s 50 Most Delicious Foods'' (50 Hidangan Terlezat Dunia).<ref>[http://www.cnngo.com/explorations/eat/readers-choice-worlds-50-most-delicious-foods-012321 World’s 50 Most Delicious Foods by CNN GO]. Diakses pada 8 Januari 2012.</ref> Festival yang dipusatkan di RTH Imam Bonjol tersebut diikuti oleh [[kelurahan]] se-Kota Padang dan berhasil memasak 5,2 ton [[daging]], sehingga tercatat dalam [[Museum Rekor Indonesia]] sebagai perlombaan memasak dengan daging dan peserta terbanyak.<ref>[http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/12/31/77056/Memasak-5-2-Ton-Rendang-Pecahkan-Rekor-MURI/3 Memasak 5,2 Ton Rendang Pecahkan Rekor MURI]. Metrotvnews.com. Diakses pada 8 Januari 2012.</ref> Pada tahun yang sama pemerintah kota juga mulai menyelenggarakan Festival Sitti Nurbaya, pergelaran tahunan yang mengangkat adat dan tradisi Minangkabau.<ref>[http://www.antarasumbar.com/id/berita/politik/d/1/172218/festival-siti-nurbaya-diharapkan-tingkatkan-kunjungan-wisawatan.html Festival Siti Nurbaya Diharapkan Tingkatkan Kunjungan Wisawatan]. ''Antara Sumbar''. Diakes pada 11 Juli 2013.</ref>
== Olahraga, seni, dan budaya ==
Perpaduan budaya berbagai etnis dapat dilihat pada [[tari Balanse Madam]] yang berasal dari komunitas Nias di Padang. Tari yang diciptakan pada abad ke-16 ini dipengaruhi oleh budaya [[Portugis]], Minangkabau dan budaya Nias sendiri. Pada masa kini tari ini juga ditampilkan oleh masyarakat etnis lain, seperti Minangkabau dan Tamil.<ref>{{cite journal|author=Indrayuda|title=Fungsi Tari Balanse Madam dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Nias Bandar Raya Padang|journal=Wacana Seni Journal of Art Discourse|volume=8|publisher=Universiti Sains Malaysia|language=Bahasa Malaysia}}</ref><ref>{{cite journal|last1=Risnawati|last2=Soedarsono|first2=R.M.|title=Tari Balanse Madam dalam Masyarakat Nias di Padang Sumatera Barat|journal=Sosiohumanika|volume=26|year=2003|issue=3|publisher=Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada}}</ref>
Kota ini juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, beberapa karya seni yang berkaitan dengan kota ini antara lain roman/novel berjudul [[Sitti Nurbaya]] berkisah tentang wanita yang dipaksa kawin dengan lelaki bukan pilihannya dan diracun sampai meninggal,<ref>{{cite book|last=Brakel|first=L.F.|title=Handbuch der Orientalistik|year=1976|publisher=Brill Archive|id=ISBN 90-04-04331-4}}</ref> karya [[Marah Rusli]],<ref>{{cite book|last=Kusmayadi|first=I.|title=Think Smart Bahasa Indonesia|year=2002|publisher=PT Grafindo Media Pratama|id=ISBN 979-758-685-5}}</ref> yang kemudian pada tahun [[1990]] [[TVRI]] mengangkat cerita ini menjadi film layar kaca/sinetron dengan judul ''Sitti Nurbaya'' yang dibintangi oleh [[Novia Kolopaking]], [[Gusti Randa]] dan [[HIM Damsyik]]. Begitu juga dengan roman [[Sengsara Membawa Nikmat]] karya [[Tulis Sutan Sati]],<ref>{{cite book|last=Sati|first=T.S.|title=Sengsara Membawa Nikmat|year=1991|publisher=Balai Pustaka|id=ISBN 979-407-360-1}}</ref> mengambil latar Kota Padang dan suasana Minangkabau tempo dulu. Roman ini menceritakan pengembaraan seorang tokoh utamanya bernama Midun,<ref>{{cite book|last=Mahayana|first=S.M.|coauthor=Sofyan, O.; Dian, A.|title=Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern|year=2007|publisher=Grasindo|id=ISBN 979-025-006-1}}</ref> yang kemudian juga diangkat oleh TVRI tahun [[1991]] menjadi film layar kaca/sinetron dengan judul yang sama, serta dibintangi oleh [[Sandy Nayoan]] dan [[Desy Ratnasari]].<ref>{{cite book|last=Yundiafi|first=S.Z.|title=Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI 1990/1991|year=1992|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|id=ISBN 979-459-254-4}}</ref> Sementara lagu berjudul ''Teluk Bayur'' diciptakan oleh Zainal Arifin dan dinyanyikan oleh [[Ernie Djohan]] menjadi lagu cukup populer di masyarakat tahun 60-an.<ref>{{cite book|last=|first=|title=Malioboro: Djokdja Itoe loetjoe|year=2002|publisher=Hanindita|id=ISBN 979-8849-25-6}}</ref><ref>{{cite book|last=|first=|title=Prisma|year=1991|publisher=Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (Indonesia)}}</ref><ref>{{cite book|last=Yayasan Untuk Indonesia|first=|title=Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage|year=2005|publisher=Pemerintah Provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], Dinas Kebudayaan dan Permuseuman|id=ISBN 979-8682-52-1}}</ref>
== Pers dan media ==
[[Berkas:RRI Padang.jpg|thumb|right|Radio Republik Indonesia (RRI) Padang]]
[[Berkas:TVRI Sumbar.jpg|thumb|right|TVRI Sumatera Barat di Padang]]
Kota Padang sudah menjadi tempat penerbitan surat kabar sejak zaman Hindia-Belanda. ''Sumatera Courant'' merupakan koran pertama yang terbit di Pulau Sumatera sekitar tahun [[1859]].<ref>{{cite web|url=http://buchyar.pelaminanminang.com/sejarah/sejarah_surat_kabar_pertama_indonesia.html|title=Surat Kabar Pertama di Indonesia|accessdate=2010-10-02}}</ref><ref>{{cite journal|last=|first=|title=Trübner's American and Oriental Literary Record|issue=1-24|year=1865|publisher=Trübner & Co}}</ref> Di saat bersamaan juga muncul ''Padangsche Nieuws en Advertentieblad'' pada [[17 Desember]] [[1859]] oleh R.H. Van Wijk Rz. Setelah itu, Kota Padang banyak menerbitkan koran-koran [[Bahasa Melayu|berbahasa Melayu]], [[Bahasa Belanda|Belanda]], dan [[Bahasa Tionghoa|Tionghoa]], di antaranya ''Padangsche Handelsblad'' ([[1871]]) oleh H.J. Klitsch & Co, ''Bentara Melayu'' ([[1877]]) oleh Arnold Snackey, ''Pelita Kecil'' ([[1 Februari]] [[1886]]) oleh [[Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja|Mahyuddin Datuk Sutan Marajo]], ''Pertja Barat'' ([[1892]]) di bawah pimpinan [[Dja Endar Moeda]], ''Tjahaya Soematra'' ([[1897]]) oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo, ''De Padanger'' ([[1900]]) oleh J. van Bosse, ''Warta Berita'' ([[1901]]) oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo. Banyaknya surat kabar yang dipimpin Mahyuddin Datuk Sutan Marajo serta aktivitasnya di dunia pers, menyebabkan di kemudian hari ia dianggap sebagai perintis pers di Sumatera.<ref>{{cite book|last=Poesponegoro|first=M.D.|coauthors=Notosusanto, N.|title=Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda|year=1992|publisher=PT Balai Pustaka|location=Jakarta|id=ISBN 979-407-411-X}}</ref> Selanjutnya, pada tahun [[1911]], muncul surat kabar ''[[Sunting Melayu|Soenting Melajoe]]'' yang merupakan surat kabar khusus perempuan, yang dikelola oleh [[Rohana Kudus]]. Pada tahun yang sama juga muncul surat kabar dua mingguan yang bernama ''[[Al-Munir (majalah)|al-Munir]]''.<ref>{{cite book|title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|last=|first=|publisher=Penerbit Serambi|id=ISBN 978-979-024-115-2}}</ref> Berikutnya tahun [[1914]] muncul ''Sinar Soematra'', kemudian dikelola oleh [[Liem Koen Hian]] seorang tokoh nasionalis Tionghoa, yang menjadi redaksi tahun [[1918]]-[[1921]],<ref>{{cite book|last=Setyautama|first=S.|coauthors=Mihardja, S.|title=Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia|year=2008|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|id=ISBN 979-9101-25-5}}</ref> pada tahun yang sama juga telah muncul ''Bintang Tionghoa'', ''Soeara Rakjat'', ''Warta Hindia'', ''Sri Soematra'', ''Soematra Tengah'', dan ''Oetoesan Melajoe''.<ref>{{cite book|last=Abdullah|first=Taufik|title=Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933)|year=2009|publisher=Equinox Publishing|id=ISBN 602-8397-50-4}}</ref> Hingga saat ini Kota Padang masih menjadi kota penerbitan surat kabar, di antaranya yang cukup terkenal adalah [[Harian Haluan]] dan Singgalang. Kedua surat kabar ini masih konsisten menyediakan rubrik dalam [[bahasa Minang]].<ref>{{cite book|title=Pesona Bahasa Nusantara Menjelang [[Abad ke-21]]|last=Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan|first=|year=1999|pages=46|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|id=ISBN 978-979-9023-34-6}}</ref>
Beberapa stasiun radio juga terdapat di kota ini, seperti RRI Padang,<ref>{{cite book|last=Lund-Johansen|first=Oluf|title=World Radio TV Handbook|year=1975|publisher=Billboard Publications}}</ref><ref>rripadang.co.id [http://rripadang.co.id/ RRI Padang].</ref> Radio Classy FM.<ref>www.classyfm.co.id [http://www.classyfm.co.id/ Radio Classy FM].</ref> Pronews 90 FM.<ref>www.pronewsfm.com [http://www.pronewsfm.com/page2.html PT Radio Swara Carolina].</ref> Radio Sushi 99.1 FM<ref>www.radiosushifm.com [http://radiosushifm.com/home/index.php?option=com_content&view=article&id=12&Itemid=8 PT. Radio Suara Singgalang Mahimbau.]</ref>. Stasiun radio ini memainkan peranan penting, terutama dalam kasus gempa bumi 30 September 2009. Di saat beberapa media komunikasi dan informasi tidak dapat diakses oleh masyarakat, stasiun radio ini dapat mengudara dan menyampaikan informasi dari pemerintah setempat kepada seluruh masyarakat, 30 menit setelah gempa bumi tersebut. Sedikit banyaknya stasiun radio mengurangi kepanikan yang timbul di masyarakat saat itu.<ref>www.jtic.org [http://www.jtic.org/index.php?option=com_phocadownload&view=category&download=1314%3A30-minutes-in-the-city-of-padang&id=11%3Aiba-pang-impormasyon-pinagkukunan-mga-pahayagan&Itemid=510&lang=tl 30 Minutes in the City of Padang].</ref>
|