Takdir dalam Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Firmansyahkts (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RusdianaDablang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
== Takdir dalam agama Islam ==
 
Umat [[Islam]] memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi [[Allah]] melalui [[Al Quran]] dan [[Al Hadits]]. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
 
Untuk memahami konsep takdir, jadi umat Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.
Baris 11:
=== Dimensi ketuhanan ===
 
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa [[Allah]] maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.
 
* ''Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin'' (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
* ''Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya)'' ([[Al-Furqaan]] / QS. 25:2)
* ''Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah'' ([[Al-Hajj]] / QS. 22:70)
* ''Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya'' ([[Al Maa'idah]] / QS. 5:17)
* ''Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya'' (Al-An'am / QS 6:149)
* ''Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat'' (As-Safat / 37:96)
Baris 97:
== Lihat pula ==
* [[Kehendak Allah]]
{{Portal|Islam}}
 
== Referensi ==