Fransiskus Xaverius Eko Armada Riyanto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Metafisika1 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Aaku100 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Saat bom Bali pertama, dia menulis artikel berjudul "Genesis Terorisme" di harian ''Kompas'', 22 Oktober 2002. Artikel itu menjadi salah satu pionir keprihatinan merebaknya gerakan terorisme di Indonesia. Gagasannya tentang terorisme banyak dia kaitkan dengan nihilisme<ref>Cf. https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=a&id=3459; Tentang "Sustainibilitas Terorisme", ''Kompas'', 21 Juli 2009, http://webgisintelligence.blogspot.com/2010/03/sustainabilitas-terorisme.html</ref>. Dan, ketika terjadi perdebatan seputar UU Antiterorisme Bali, tentang tidak berlakunya asas retroaktif (berlaku surutnya) UU tersebut untuk kasus bom Bali, ia menulis kritik tajam di ''Kompas'', 30 Juli 2004 berjudul "Positivisme Hukum Mahkamah Konstitusi. Kritik atas Pembatalan UU Antiterorisme Bali". Tulisan kritis itu menjadi rujukan diskusi mengenai positivisme dan keadilan hukum di Indonesia.
 
Beberapa pemikiran filosofisnya yang terlihat dalam publikasinya banyak dipengaruhi oleh studi historis filsuf-filsuf klasik dan menampilkan ketertarikan pada para filsuf pencetus dan pengembang filsafat fenomenologi. Minat kontribusi Armada Riyanto terutama berkaitan dengan tema dialog. Bukunya, ''Dialog Interreligius: Historisitas, Tesis, Pergumulan, Wajah'' (500 hlm./Tahun 2010) barangkali terbilang pertama dalam hal keluasan dan kedalaman kontribusi eksploratifnya dalam khasanah teologis-filosofis Indonesia. Buku ini menjadi pegangan bagi penggiat dialog di komunitas-komunitas HAK (Hubungan Antar-Kepercayaan) dan sekitar itu. Disamping Dialog intereligius, dia memiliki minat menguraikan berfilsafat politik dari perspektif fenomenologis. Perspektif ini mengajukan konsep-konsep filosofis dari pengalaman keseharian masyarakat, pengalaman duka, kecemasan, penderitaan, ketidak-adilan yang dialami oleh manusia-manusia yang terpinggirkan. Berfilsafat politik ''dari bawah'' atau "dari sketsa-sketsa pengalaman sehari-hari masyarakat sederhana" yang tercecer ini, disebutnya sebagai "metodologi berfilsafat politik fenomenologis-sketsi" ''(phenomenological sketchy)''.<ref>Armada Riyanto, ''Berfilsafat Politik'', 21-29</ref> Tata hidup bersama (politik) mesti diatur dalam rangka mencegah pengalaman ketidak-adilan dan memromosikan kerjasama, dialog, dan persahabatan. Konsep-konsep tentang "aku", "liyan" (other), "societas dialogal", "societas persahabatan", "societas negosiatif", "societas perdamaian" merupakan beberapa kosa kata filosofis yang kerap muncul dari tulisan-tulisannya.
 
Ketika manusia pertama diciptakan (Adam) diciptakan oleh Allah, dalam refleksi filosofis Armada Riyanto, yang pertama-tama tercipta adalah "Aku"-nya Adam, yang memungkinkan manusia memiliki segala kesadaran pengetahuan. Dan, kesadaran akan "Liyan" (other), dalam pengalaman manusia itu, sesungguhnya merupakan kesadaran "Aku lain" dari dirinya. Dengan demikian yang ada dalam hidup manusia adalah relasi antara "Aku" dengan "Aku lain" yang memungkinkan komunikasi, dialog, persahabatan, cinta, dan penyatuan.<ref>Armada Riyanto, ''Aku dan Liyan'', bagian I & II</ref> Dialog dan persahabatan ini mengatasi batas-batas pembeda secara nyata, seperti suku, agama, ras, latar budaya, ekonomi, sosial dan semacamnya. Dari kodratnya manusia adalah dia yang mengejar persahabatan dan penyatuan dengan "Aku lain" siapa saja. Dialog dan persahabatan itulah kesempurnaan kodratinya.
 
== Kegiatan ==