Kota Tebing Tinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (10), Beliau → Dia (2)
Baris 32:
}}
 
'''Kota Tebing Tinggi''' adalah salah satu [[kota]] madya yang ada di sumatra utara. Kota tebing tinggi merupakan kota yang sangat penting , karna merupakan kota persimpangan. Dimana kota ini menjadi jalur segitiga. Yaitu menuju kota medan , menuju kota siantar ( pintu masuk ke danau toba ) , dan menuju kisaran ( kabupaten asahan ). Kota tebing tinggi berkembang dengan sangat pesat karna kondisi tersebut. Dimana kota ini merupakan kota tempat berkumpulnya pendatang. Kota tebing tinggi juga terkenal akan kue pia dan lemangnya.
 
== Geografi ==
Baris 46:
 
=== Iklim ===
Tebing Tinggi beriklim tropis dataran rendah. Ketinggian 26 – 24 meter di atas permukaan laut dengan topografi mendatar dan bergelombang. Temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 25° - 27 °C. Sebagaimana kota di Sumatera Utara, curah hujan per tahun rata-rata 1.776 [[mm]]/tahun dengan kelembaban udara 80%-90%.
 
=== Hidrologi ===
Baris 119:
menyebut anak yang diangkat bukan dari pemberian orang tua kandungnya langsung,
namun dianggap anak yang diutus Tuhan)'', kehadiran Umar ternyata membawa
tuah, istri raja akhirnya melahirkan. Anak yang dilahirkan tersebut dinamai ''Raja Betuah Pinangsori''.
 
Di wilayah Tongkah ini, diketahui adanya
Baris 129:
melanjutkan perjalanannya ke hilir. Menyusuri hutan Tongkah menuju wilayah
Bajenis (kini Kota Tebing Tinggi). Di wilayah yang berpadang di tempat
tersebut, beliaudia memulai membangun kekuasaan dengan gelar ''Baginda Saleh Qamar'' pada 1630. Inilah awal berdirinya Kerajaan
Padang, awal mula pemerintahan di Tebing Tinggi dan sekitarnya. BeliauDia mangkat
pada 1640.
 
Baris 137:
aksara arab berbahasa Melayu asal-usul berdirinya Kerajaan Padang, bercerita
bahwa keturunan raja di negeri Padang yakni turunan dari sebuah wilayah di hulu
raya.
 
Pada zaman dahulu adalah bangsawan
Baris 191:
yaitu  ''Raja'' ''Zaenab'' yang menikah dengan ''orang
Barus''. Setelah Tuanku Umar Baginda Saleh 
mangkat 1640, Raja beralih kepada Marah Sudin.
 
Marah Alimaludin memperluas wilayah di sekitar
Baris 198:
Tanjung Kasau. Putra yang lain, Sutan Ali menguasai wilayah Bulian. berikutnya
beraja pula Marah Saladin yang terpusat di Bulian. Di zamannya terkisah banyak
kejayaan, meski umur beliaudia tidak panjang. Setelah itu dirajakan Marah Adam,
dan 1780 berganti ke Syahdewa, selanjutnya Raja Sidin,serta Raja Jamta Malayu
gelar Raja Tebing Pangeran. 
 
Di masa ''Raja Jamta Melayu'' yang sewaktu kecil disebut ''Marah Titim'' inilah terbentuk negeri yang bernama Tebing Tinggi
hingga beliaudia bergelar ''Raja Tebing
Pangeran''. Di masa beliaudia 1806 - 1853, Tebing Tinggi banyak berbenah sebagai
pusat perdagangan dan tata nilai lainnya.
 
Baris 216:
catatan; Jamta Malayu atau Raja Tebing Pangeran mengajak salah seorang putranya
''Raja Syah Bakar'' (dialek tempatan
menyebut dengan: ''Raja Syahbokar'')  untuk membantu beliaudia mengatasi upaya
ekspansi Deli 1853. Deli dengan bantuan Bedagai melakukan penyerangan, yang
juga melibatkan ''Panglima Daud'',
Baris 256:
 
Di masa pemerintahan ''Marahuddin'' gelar ''Tengku Haji Muhammad Nurdin'' (1870 – 1914), banyak terjadi kerjasama
dengan Raya dan lainnya. Meski Deli menganggap beliaudia sebagai Wazir Deli dengan
gelar Maharaja Muda, namun Raja Raya sangat mengakui penuh status raja beliaudia;
bahkan Raja Raya banyak belajar sistem pemerintahan kepada kerajaan Padang, di
satu sisi kerajaan Padang memperoleh bantuan pasukan dari Raya. Walau pernah
Baris 270:
dari etnis china. Secara berkala Tengku Sortia tetap melaporkan kondisi
perkebunan ke Bulian di Tebing Tinggi (ibu negeri kerajaan Padang) karena
beliaudia juga Tengku Penasihat, hingga perkebunan ini menjadi aset penting bagi
kerajaan Padang hingga masuk revolusi sosial 1946. Di wilayah Tongkah ini,
Sortia cukup disegani dan dianggap memiliki kharisma tersendiri, hingga
Baris 280:
dari wilayah Tongkah. Zuriat Raja Tebing Pangeran yang berada di Bandar
Khalifah bekerjasama dengan kaum dari Orang kaya Majin gelar Indra Muda Wazir
Bandar Khalifah, menghidupkan perekonomian kerajaan ini.
 
Tengku Muhammad Nurdin yang lahir
Baris 292:
menolak lalu dipanggil Sultan Deli ke Medan, tapi cuma bertemu orang besar
bernama Tengku Usup. Karenanya pada 1885 Maharaja Padang – Tengku Haji Muhammad
Nurdin diturunkan. BeliauDia digantikan puteranya Tengku Burahman yang diawasi
Tengku Sulaiman - Deli.
 
Muncullah pemberontakan yang turut
Baris 301:
 
Pada 1914 Maharaja meminta berhenti
karena uzur. Putera beliaudia dari Puansuri Tengku Syarifah Jawiyah – Kedah, yaitu
Tengku Alamsyah masih berhalangan, maka untuk sementara diangkatlah pejabat,
yaitu Tengku Ibrahim dan Tengku 
Baris 312:
Kerajaan Padang masa itu dihuni penduduk Melayu dan etnis pendatang. Hingga kini bukti-bukti multi etnisitas itu terlihat dari penamaan kampung-kampung yang ada di Kota Tebing Tinggi., seperti, [[Kampung]] [[Jawa]], Kampung Begelen, Kampung Rao, Kampung [[Mandailing]], Kampung Tempel, Kampung [[Batak]] dan Kampung Keling. Penamaan kampung yang terakhir ini berlokasi di pinggiran sungai Padang –saat ini terletak di Kelurahan Tanjung Marulak—menginformasikan bahwa pada masa Kerajaan Padang wilayah itu sudah di huni salah satu suku bangsa dari anak benua India. Bukti arkeologis keberadaan etnis anak benua [[India]] itu dengan pernah ditemukannya bangkai sebuah perahu bergaya [[Hindu]] mengendap dari kedalaman sungai Padang di Desa Kuta Baru sekira lima tahun lalu. Namun sayang, bangkai kapal itu hancur karena tidak terawat.
 
Demikian pula dengan keberadaan Tionghoa telah ada seiring dengan perkembangan hubungan Kerajaan Padang dengan kerajaan lain. Tionghoa kala itu, banyak menghuni pinggiran muara sungai Bahilang.
 
Di samping kedua etnis ini, orang-orang Belanda juga belakangan menghuni Kerajaan Padang . Ini dibuktikan dengan adanya perkuburan mereka yang disebut Kerkof (kuburan) di Kampung Bagelen –sekarang di Jalan Cemara.
Baris 337:
{{sect-stub}}
Tempat wisata di Kota Tebing Tinggi belum banyak tergali.
Sebagai wilayah bekas Kerajaan Melayu Padang, hingga kini masih berdiri bangunan bekas [[Istana]] [[Kerajaan]] [[Padang]] di Jl. KF Tandean, Bulian. Istana ini masih bertahan walau bukan bahagian utuh lagi. Lokasi Istana yang menuju [[Pantai]] [[Keladi]] ini, sekarang diurus oleh waris kerajaan dari turunan Tengku Irwan Hasyim(Tengku Irwan Hasyim adalah Putra dari Tengku Hasyim, beristrikan Tengku Ina Nazli, walau beliaudia juga pernah beristrikan seorang [[Swedia]]). Di sisi kiri Istana terdapat Kompleks [[Pusara]] Bangsawan Padang.
 
Masih terdapat beberapa rumah melayu lama di beberapa tempat di Kota Tebing Tinggi, seperti di daerah Bulian Ujung; sebuah [[Rumah]] berornamen melayu bekas kediaman Tengku Tokoh.
 
Di Jl. Syech Baringin, terdapat Makam Tuan Syech Baringin, seorang [[Sufi]] yang disegani di [[wilayah]] ini pada masanya. Di kompleks makam Sang Sufi masih berdiri Bekas rumah kediamannya yang mirip Rumah [[Gadang]] [[Sumatera Barat]]. Sayang, Kondisinya sangat memprihatinkan
Baris 347:
Di wilayah Sungai Sigiling dan Batu Ampat, ada terdapat kolam pemancingan dan kolam rekreasi yang dikelola atas swadaya masyarakat sendiri.
 
Di kawasan Kota Bayu, lebih kurang 4 kilometer dari pusat Kota Tebing Tinggi, sejak April 2012 terdapat kolam renang Bayu Lagoon. Menyediakan fasilitas tiga kolam renang dimana salah satu kolam untuk anak-anak dilengkapi dengan papan seluncur. Tempat rekreasi ini juga dilengkapi musholla, lahan parkir, ATM, dan rumah makan.
 
Pada [[Sabtu]] malam dan [[Rabu]] malam, pemuda pemudi banyak juga menghabiskan paruh malam di sekitar [[Lapangan Merdeka]] Jl. Sutomo yang dikenal dengan Lapangan [[Sri Mersing]].