Aneuk Jamèë: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Pengguna Bahasa Minang di Sumatra.png|thumb|leftright|320px300px|Peta pengguna [[Bahasa Minangkabau]] di Sumatera. Pengguna Bahasa Jamee ditunjukkan dengan warna hijau yang berada di sebelah barat daya Aceh]]
Sejak berabad-abad lalu, pesisir barat Sumatera telah menjadi rantau tradisional bagi [[orang Minangkabau]]. Migrasi orang Minang ke pesisir barat Aceh telah berlangsung sejak abad ke-16, dimana ketika itu banyak dari [[Saudagar Minangkabau|saudagar Minang]] yang berdagang dengan [[Kesultanan Aceh]]. Selain berdagang banyak pula dari masyarakat Minang yang memperdalam ilmu agama ke Aceh. Salah satunya ialah [[Burhanuddin Ulakan|Syeikh Burhanuddin Ulakan]], seorang ulama yang berasal dari Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat. Syekh Burhanuddin pernah menimba ilmu di Aceh kepada [[Abdurrauf Singkil|Syekh Abdurrauf Singkil]] dari Singkil, Aceh, yang pernah menjadi murid dan penganut setia ajaran Syekh Ahmad al-Qusyasyi Madinah. Oleh Syekh Ahmad keduanya diberi wewenang untuk menyebarkan agama [[Islam]] di daerahnya masing-masing.
 
Baris 45:
 
== Bahasa ==
Dalam percakapan sehari-hari, kelompok masyarakat ini menggunakan [[Bahasa Minangkabau]] dialek Aceh, atau yang dikenal dengan Bahasa Jamee. Bahasa Jamee merupakan Bahasa Minangkabau yang telah menyerap beberapa unsur dan kosa kata [[Bahasa Aceh]]. Kini kebanyakan anggota masyarakat [[Suku Aneuk Jamee]], terutama yang mendiami kawasan yang didominasi oleh [[Suku Aceh]] menggunakan Bahasa Aceh. [[Bahasa Jamee]] hanya dituturkan di kalangan orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim menggunakan Bahasa Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari (''lingua franca'').
 
== Lihat Pula ==