Ebiet G. Ade: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hakimtea (bicara | kontrib)
Andriana08 (bicara | kontrib)
k Wikifisasi, penambahan informasi.
Baris 22:
| signature = Signature of Ebiet G Ade.png
}}
'''Ebiet G. Ade''' ({{lahirmati|[[Wanadadi, Banjarnegara]], [[Jawa Tengah]]|21|4|1954}}) adalah seorang [[penyanyi]] dan [[penulis lagu]] berkewarganegaraan [[Indonesia]]. Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre [[balada]], pada awal kariernya, ia 'memotret' suasana kehidupan [[Indonesia]] pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang [[cinta]], tetap ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia [[musik pop]] [[Indonesia]]. Semua [[lagu]] ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu ''Surat dari Desa'' yang ditulis oleh [[Oding Arnaldi]] dan ''Mengarungi Keberkahan Tuhan'' yang ditulis bersama dengan [[Presiden Republik Indonesia|Presiden]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]].
 
== Kehidupan pribadi ==
Terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far di Wanadadi, Banjarnegara<ref>Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ebiet lahir di [[Banyumas]]. Banyumas sebenarnya adalah sebuah karesidenan, sementara ia lahir di wilayah [[Kabupaten Banjarnegara]]</ref>, merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja'far, seorang [[PNS]], dan Saodah, seorang pedagang kain. Dulu ia memendam banyak cita-cita, seperti [[insinyur]], [[dokter]], [[pelukis]]. Semuanya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi -- kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan<ref>{{cite web|url=http://www.djarumsuper.com/act_fusebox.asp?fuseaction=smusic&act=display&do=detailnews&id=19964|title=EBIET G. ADE: Apresiasi Musik Indonesia Menurun|accessdate=22-07-2007|publisher=Djarum Super Music}}</ref>.
 
Setelah lulus [[SD]], Ebiet masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) [[Banjarnegara]]. Sayangnya ia tidak betah sehingga pindah ke [[Yogyakarta]]. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke [[SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta]]. Di sana ia aktif di [[PII]] ([[Pelajar Islam Indonesia]]). Namun, ia tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi [[Universitas Gadjah Mada]] karena ketiadaan biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di [[Universitas Jenderal Soedirman]], [[Purwokerto]].<ref>{{cite web|url=http://www.minggupagi.com/article.php?sid=93915|title=Ebit G Ade, Bermusik Karena Tak Ada Kegiatan Lain|accessdate=16-06-2007|publisher=Minggu Pagi Online}}</ref>
 
Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus [[bahasa Inggris]] semasa [[SMA]]. Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, mungkin karena mereka mengucapkan A menjadi E. Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaos merahnya, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja'far. <ref>{{cite web|url=http://202.155.15.208/kolom_detail.asp?id=296139&kat_id=85|title=Ebiet G. Ade: Nggak Ada Istri, Nyanyi Jadi Nggak Asyik|accessdate=15-06-2007|publisher=Republika Online}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.ebietgade.com/mozaik.html|title=Mozaik Jejak Langkah Ebiet G. Ade|accessdate=26-06-2007|publisher=Ebiet G. Ade Official Website}}</ref>
 
Sering keluyuran tidak keruan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman muda [[Yogyakarta]] pada tahun [[1971]]. Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan [[Emha Ainun Nadjib]] (penyair), [[Eko Tunas]] ([[cerpen]]is), dan [[E.H. Kartanegara]] (penulis). [[Malioboro]] menjadi semacam rumah bagi Ebiet ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul di sana.
 
Meski bisa membuat [[puisi]], ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi [[Sapardi Djoko Damono]]. Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.
Baris 37:
== Karier ==
[[Berkas:Ebiet.jpg|thumb|right|200px|Ebiet G. Ade bersama Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]].]]
Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan [[Kusbini]]. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, [[Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta]] dan juga di [[Jawa Tengah]], memusikalisasikan puisi-puisi karya [[Emily Dickinson]], ''Nobody'', dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh [[Umbu Landu Paranggi]]) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di [[Jackson Record]] pada tahun [[1979]].<ref>{{cite web|url=http://www.minggupagi.com/article.php?sid=93982|title=Perjalanan Ebiet G. Ade: Cerita Masa Lalu, Ketika Langit di Yogya Masih Biru|accessdate=16-06-2007|publisher=Minggu Pagi Online}}</ref>
 
Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di [[Filipina]] untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album ''[[Camellia III]]''. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam [[bahasa Jepang]], ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.
 
Pernah juga ia melakukan rekaman di [[Capitol Records]], [[Amerika Serikat]], untuk album ke-8-nya ''[[Zaman]]''. Ia menyertakan [[Addie M.S.]] dan [[Dodo Zakaria]] sebagai rekan yang membantu musiknya.
 
Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-[[1983]]. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun [[1986]], perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri [[EGA Records]], yang memproduksi 3 album, ''[[Menjaring Matahari]]'', ''[[Sketsa Rembulan Emas]]'', dan ''[[Seraut Wajah]]''.
 
Sayang, pada tahun [[1990]], Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun [[1995]] ia mengeluarkan album ''[[Kupu-Kupu Kertas]]'' (didukung oleh [[Ian Antono]], [[Billy J. Budiardjo]] (alm), [[Purwacaraka]], dan [[Erwin Gutawa]]) dan ''[[Cinta Sebening Embun]]'' (didukung oleh [[Adi Adrian]] dari [[KLa Project]]). Pada tahun [[1996]] ia mengeluarkan album ''[[Aku Ingin Pulang]]'' (didukung oleh Purwacaraka dan [[Embong Rahardjo]]). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album ''[[Gamelan (album)|Gamelan]]'' yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik [[gamelan]] oleh [[Rizal Mantovani]]. Pada tahun [[2000]] Ebiet mengeluarkan album ''[[Balada Sinetron Cinta]]'' dan tahun [[2001]] ia mengeluarkan album ''[[Bahasa Langit]]'', yang didukung oleh [[Andi Rianto]], Erwin Gutawa dan [[Tohpati]]. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan.
 
Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album ''[[Kita Untuk Mereka]]'', sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya [[tsunami 2004]], bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.
Baris 54:
 
== Singles ==
Sebagian besar lagu Ebiet G. Ade didasarkan tentang bencana. Di bulan Juni 1978, ia menulis " Berita Kepada Kawan " setelah bencana gas beracun di [[Dataran Tinggi Dieng]]. Pada tahun 1981, ia menulis " Sebuah Tragedi 1981 " mengenai tenggelamnya [[KMP Tampomas II]] di [[Kepulauan Masalembu]]. Setelah letusan [[Gunung Galunggung]] pada 1982, ia menulis " Untuk Kita Renungkan ". Lagu " Masih Ada Waktu " juga didasarkan saat kejadian [[kecelakaan kereta api Bintaro]].
 
== Keluarga ==
Baris 62:
* Byatriasa "Yayas" Pakarti Linuwih (lahir [[6 April]] [[1987]])
* Segara "Dega" Banyu Bening (lahir [[11 Desember]] [[1989]]).
Mereka bertempat tinggal di kawasan [[Ciganjur, Jagakarsa]], [[Jakarta Selatan]].. Anak sulung Ebiet, Abie juga memiliki bakat musik, dan sering mewakili Ebiet dalam mengecek ''sound system'' menjelang ayahnya manggung. Anak keduanya pun sudah merambah ke dunia musik, dan dikenal dengan [[nama panggung]] Adera. Ebiet juga seorang penggemar [[golf]], namun sejak terjadinya [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|bencana tsunami]] [[2004]], ia tidak pernah lagi main golf.
Mereka bertempat tinggal di kawasan [[Ciganjur, Jagakarsa]], [[Jakarta Selatan]].
 
== Reuni 4E ==
Anak sulung Ebiet, Abie juga memiliki bakat musik, dan sering mewakili Ebiet dalam mengecek ''sound system'' menjelang ayahnya manggung. Anak keduanya pun sudah merambah ke dunia musik, dan dikenal dengan [[nama panggung]] Adera.
Sejak berpisah selama lebih dari 30 tahun, empat sekawan (4E) yang terdiri [[Ebiet G. Ade]], [[Emha Ainun Nadjib]], [[Eko Tunas]], dan E.H. Kartanegara akhirnya dipertemukan kembali dalam sebuah acara Reunio 4E yang diselenggarakan oleh CressinDo Press di [[Taman Budaya Tegal]], [[6]] [[April]] [[2013]], berbarengan dengan peluncuran buku kumpulan puisi ''Tunas'', karya [[Eko Tunas]]<ref>http://www.beritasatu.com/musik/107406-reuni-4e-nostalgia-persahabatan-empat-dekade.html Berita satu, diakses 29 Januari 2015</ref><ref>http://koran.tempo.co/konten/2013/04/05/305936/Ebiet-dan-Cak-Nun-Reuni-4E Koran Tempo, Diakses 29 Januari 2015</ref>.
 
== Members EGA ==
Ebiet juga seorang penggemar [[golf]], namun sejak terjadinya [[Gempa bumi Samudra Hindia 2004|bencana tsunami]] [[2004]], ia tidak pernah lagi main golf.
Sejak merilis album pertama sampai sekarang, Ebiet tidak pernah kehilangan penggemar. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan sebagaian berada di luar negeri. Kelompok nirlaba itu bernama Members EGA (Membumi Bersama Ebiet G. Ade). Selain menjadi ajang apresiasi, komunitas ini dibentuk untuk menjalin komunikasi, kekerabatan, dan persaudaraan antar sesama pencinta lagu Ebiet. Tak jarang Ebiet beserta keluarganya terlibat langsung dalam kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh komunitas itu, antara lain penanaman pohon dan penyerahan bantuan di daerah bencana<ref>http://satelitnews.co/ebiet-beri-bantuan-untuk-korban-longsor/ Satelit News, diakses 29 Januari 2015</ref><ref>http://www.aktual.co/sosial/085608ebiet-g-ade-luncurkan-album-anyar-di-malam-tahun-baru Aktual, diakses 29 Januari 2015</ref>.
 
== Diskografi ==