Sihemun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Sihemun
Di dalam adat
Baru merupakan sebuah nama desa, hasil pemekaran dari Desa Sibuntuon, Kecamatan
dan budaya Indonesia yang penuh dengan ras-ras suku. mempunyai banyak tanda
Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa
yang membedakan ciri-ciri setiap daerah dan mengenai aspek kehidupan sosial
ini terdiri dari 4 Dusun  yaitu Huta
yang konvensional atau sebuah kebiasaan atau aturan yang sudah disepakati oleh
Lama, Kampung Saroha/Inpres, Kampung Baru Atas dan Kampung Baru Bawah.
komunitas adat leluhur tertentu. Sekarang sedikit orang yang masih
mengembangkan kebudayaan mereka.
 
Desa
Bagi orang Batak, salah satu penanda itu adalah marga. Semakin banyak orang tidak mengetahui asal-usul marga-nya sendiri.
ini dipimpin oleh Kepala Desa (Pangulu). Menjabat hingga saat ini ialah Bapak
Mangasi Sagala.
 
Mayoritas
Marga
penduduknya bekerja sebagai petani, dengan kopi sebagai komoditas utama
<nowiki> </nowiki>adalah tanda bahwa dia adalah suku daerah tertentu. Selain etnis Batak,
pertanian. Sebagian kecil lainnya yakni sebagai pegawai negeri sipil, pedagang
<nowiki> etnis lain pun
dan profesi lainnya.
banyak yang mempunyai marga juga untuk maksud yang sama, yakni penanda
bahwa si A adalah dari suku tertentu, bukan suku lain. Marga juga
menjadi instrumen sosialisasi yang sangat efektif. Bahkan bisa digunakan
</nowiki>untuk berbagai kepentingan atau promosi, termasuk rentan untuk disalah
artikan. Misalnya, aku adalah caleg dari partai B. Karena aku bermarga
Haromunthe, maka aku mempromosikan partai B ini lewat persatuan marga.
Promosi ini bisa smooth, bisa juga terang-terangan, bahkan sering tanpa
malu kelihatan memaksa. Ini salah satu di antara faktor lain kenapa
orang Batak dengan jiwa sosial yang kuat ternyata susah lepas dari
nepotisme dan koalisi. Bukan berarti promosi marga itu salah atau benar.
<nowiki> </nowiki>Tetapi menggunakan marga sebagai instrumen promosi untuk kepentingan
pribadi semata di tengah masyarakat yang semakin majemuk ini hanya akan
menunjukkan bahwa sang promotor itu antara terlalu licik atau terlalu
terbelakang pemikirannnya.
 
Secara
Marga
geografis desa ini adalah daerah Simalungun, namun hampir semua penduduknya
<nowiki> </nowiki>akan punya peran yang tepat dan efektif jika dikembalikan pada maksud
beretnis Batak Toba. Tidak heran jika bahasa pengantar sehari-hari adalah
asal pembentukannya. Bagi orang Batak, se-marga bahkan maknanya dengan
berbahasa Batak Toba, bukan bahasa Simalungun sebagaimana bisa ditemui pada
se-bangsa, yakni satu sejarah, senasib dan sepenanggungan. Maka, patut
desa-desa lain di daerah Kabupaten Simalungun.
dikoreksi kembali: Jika aku semarga dengan si C, maka aku akan berupaya
semampuku untuk membantunya tanpa harus melukai kemanusiaanku. Dan si C
juga hendaknya tidak menuntut lebih hanya karena aku semarga dengan dia.
<nowiki> </nowiki>Pada akhirnya, marga adalah bagian dari khazanah budaya Batak. Budaya,
termasuk Batak, adalah bagian dari upaya memanusiakan manusia. Nilai
manusia atau nilai kehidupan hendaknya selalu menjadi nilai tertinggi.
 
Dengan
jumlah penduduk hampir mencapai seribu jiwa, mayoritas anak muda dari desa ini
setelah lulus dari sekolah tingkat atas merantau ke luar daerah. Beberapa
alasan merantau yakni karena desakan ekonomi, keingintahuan tentang dunia luar,
dan melanjutkan pendidikan.
 
Seratus
Tentulah
persen penduduknya beragama Kristen (Katolik dan Protestan.
<nowiki> </nowiki>pada dasarnya marga itu sama seperti nama keluarga. Kalau ayah kita
memberi nama belakang yang sama
dengan namanya, itu bukti penerimaan dia bahwa kita adalah anak-anaknya,
<nowiki> </nowiki>dan sebaliknya: Kita juga mengenakan nama itu sebagai bukti penerimaan
kita terhadap ayah kita.
 
Di
Desa Sihemun Baru baru ada satu sekolah, yakni Sekolah Dasar Negeri 095173
Sihemun. Sekolah ini berdiri tahun 1978. Sebelum tahun 1978, anak-anak yang
berasal dari keempat dusun yang disebut di atas ilmu di Sibuntuon. Pendidikan
taman kanak-kanak sebagaimana sering dijumpai di kota digantikan dengan
pengasuhan langsung oleh orang tua. Belum ada SLTP, SLTA maupun universitas.
 
Berikut
Sedikit
ini beberapa pendidik yang pernah mengajar di SD Negeri 095173 Sihemun:
<nowiki> </nowiki>kelebihan marga bagi orang Batak dibanding marga pada suku lain adalah
upaya orang Batak untuk mencari kekerabatan atau silsilah <em>tarombo</em>
<nowiki> </nowiki>sampai selengkap-lengkapnya. Tidak banyak suku yang bisa menunjukkan
sundut atau tingkat garis keturunan seperti yang dimiliki oleh orang
Batak.
 
1.
Tentu saja, jika diletakkan dalam konteks egaliter, bahkan
Bapak Markus Damanik, beliau berdomisili di Desa Sibuntuon
<nowiki> </nowiki>sistem marga Batak pun tetap punya sisi yang harus diperbaiki. Karena
marga memang hanya menjadi kebanggaan laki-laki dan bakal dibawa
terus sampai mati. Tetapi, itu memang pilihan: Patrilinealistik atau
matrilinealistik. Orang Minang, misalnya memilih sistem
matrilienealistik.
 
2.
Ibu L.br Sinaga
 
3.
Bapak Raden Purba
 
4.
Bagi
Ibu Lertiana Manik
<nowiki> </nowiki>orang yang tidak punya marga, mungkin akan melihat bahwa marga tidak
begitu penting. Toh
hubungan pernikahan dan keluarga tetap bisa berlangsung sekalipun tidak
ada marga. Tetapi, bagi orang Batak yang sudah, sedang dan akan terus
menggunakan marga, marga menjadi begitu penting.
Marga memudahkan
satu-sama lain untuk bertutur sapa. Seorang Batak akan lebih mudah
menggunakan sapaan yang tepat ke temann bicaranya: abang, appara,
anggia, namboru, amangboru, among, inong, oppung, tulang, nantulang,
bere, ibebebere, pahaoppu, dan lain-lain.
 
5.
Lebih esensial lagi: Bagi orang Batak, marga adalah identitas.
Ibu DongMaria Damanik
Seorang
<nowiki> </nowiki>Batak bernama Sirilus Haromunthe, misalnya tidak bisa menghilangkan
satu dari dua kata yang terkandung dalam nama itu. Sirilus menjadi nama
panggilan sehari-hari, dan Haromunthe menjadi penanda bahwa ia adalah
orang Batak. Ia adalah anak dari seseorang yang juga bermarga
Haromunthe. Ia adalah kakak dari seorang adik yang juga bermarga
Haromunthe, dan adik dari kakak yang juga bermarga Haromunthe. Ia adalah
<nowiki> </nowiki><em>paraman </em>dari seorang <em>namboru</em> yang juga boru Haromunthe, cucu dari seorang kakek yang juga bermarga Haromunthe.
 
6.
Bahwa Haromunthe secara <em>turiturian</em> dan <em>tarombo</em>
Bapak Juliater Naibaho (alm)
<nowiki> </nowiki>Batak adalah keturunan dari Munthe Tua, ini adalah anugerah. Karena
dalam lingkup yang lebih luas, kita bisa memperpanjang daftar kerabat
kita. Bahkan jika diperluas lagi, daftar ini bakal lebih panjang jika
dirunut lagi ke Pomparan Nai Ambaton, dan terus ke Si Radja Batak
sebagai leluhur bagi semua orang Batak.
 
7.
Menggunakan marga Haromunthe adalah sedalam dan sepenting itu.
Ibu boru Sipayung (guru agama Kristen Protestan)
 
8.
Ibu boru Malau
 
9.
Menolak Haromunthe sebagai marga berarti mengingkari identitasnya tadi:
Ibu Saida boru Napitu
 
10.
Ibu Ma Novita boru Sinaga
 
11.
<nowiki>*</nowiki> Ia mengingkari <em>among-nya</em> yang bermarga Haromunthe<em>.</em>
Bapak Parlin Sitanggang
 
Kebutuhan
<nowiki>*</nowiki> Ia mengingkari <em>among-nya</em> yang bermarga Haromunthe<em>.</em>
akan air menjadi faktor penting karena letak geografis yang cukup tinggi. Untuk
rentang waktu yang cukup lama, penduduk keempat dusun ini menggunakan air dari
sumber air hujan atau membuat saluran air dari lembah sekitarnya kendatipun
dengan reservoir yang sangat terbatas. Pada tahun 2000, sebuah proyek air
bersih disponsori oleh Gereja Katolik St. Yoseph Pematangsiantar melalui P.
Benno Ola Tage berhasil dibangun di dusun Kampung Baru. Proyek penggalian sumur
air ini ternyata berhasil menemukan endapan air bawah tanah dengan cadangan
yang cukup besar dan kualitas air yang bersih. Hingga kini penduduk di dusun
Kampung Baru masih menikmati fasilitas ini.
 
Dusun
<nowiki>*</nowiki> Ia mengingkari <em>ito-nya</em> yang bermarga atau boru Haromunthe<em>.</em>
Kampung Saroha dan Huta Lama juga sedang mengupayakan hal serupa sembari terus
mengupayakan sumber air yang lebih baik.
 
Selain
<nowiki>*</nowiki> Ia mengingkari <em>namboru-nya</em> yang bermarga Haromunthe<em>.</em>
kopi sebagai komoditas utama pertanian di Desa ini, para penduduk juga bercocok
 
tanam dengan komoditas lain, seperti: cabe, tomat, jahe, jagung, kacang tanah,
<nowiki>*</nowiki> Ia mengingkari <em>ompung-nya</em> yang bermarga Haromunthe<em>.</em>
sayur-sayuran, dan beberapa tanaman keras lainnya.
 
<nowiki>*</nowiki> Ia mengingkari <em>inong-nya</em> menikah dengan marga Haromunthe<em>.<br>
<br>
<br>
</em>Pengingkaran-pengingkaran sebanyak itu rasanya lebih dari cukup untuk tidak layak lagi menyebutnya sebagai orang Batak.
 
<em><br>
</em>
 
<em><br>
</em>