Perang Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6:
Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara [[Majapahit]] dan [[Kerajaan Sunda|Sunda]]. Di mana [[Raden Wijaya]] yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit adalah keturunan Sunda dari [[Dyah Lembu Tal]] yang bersuamikan [[Rakeyan Jayadarma]] menantu [[Mahesa Campaka]]. Rakeyan Jayadarma sendiri adalah kakak dari Rakeyan Ragasuci yang menjadi raja di [[Kawali]]. Hal ini juga tercatat dalam ''Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3''. Di mana dalam [[Babad Tanah Jawi]] sendiri, Wijaya disebut pula ''Jaka Susuruh dari Pajajaran''. Bagaimanapun catatan sejarah Pajajaran tersebut dapat dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama [[Dyah Lembu Tal]] adalah nama laki-laki.
 
Dengan demikian Prabu Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar putri Citraresmi. Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Sebenarnya dari pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri keberatan, terutama dari Mangkubuminya sendiri, Hyang Bunisora Suradipati karena ''tidak lazim'' pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Suatu hal yang dianggap tidak biasa menurut adat yang berlaku di [[Nusantara]] pada saat itu. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah ''jebakan diplomatik'' karena saat itu Majapahit sedang melebarkan kekuasaan (diantaranya dengan menguasai [[Kerajaan Dompu]] di Nusatenggara).
 
Namun Maharaja Linggabuana memutuskan tetap berangkat ke Majapahit karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Maharaja Hayam Wuruk sebenarnya tahu akan hal ini terlebih lebih setelah mendengar dari Ibunya sendiri [[Tribhuwana Wijayatunggadewi|Tribhuwana Tunggadewi]] akan silsilah itu. Berangkatlah Maharaja Linggabuana bersama rombongan ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat