Abu Dawud: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (29), Beliau → Dia (4) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama ahli hadits.
Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian [[Imam Muslim]], sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".<ref>{{ar}} ''Tarikh Al-Baghdadi'' (IX/56).</ref> Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga
Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia berhenti dalam mencari hadits.
== Guru ==
Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah [[Imam Ahmad]], [[Al-Qanabiy]], [[Sulaiman bin Harb]], Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya [[Yahya bin Ma'in]], Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, [[ad-Darimi]], Abu Ustman Sa'id bin Manshur, [[Ibnu Abi Syaibah]] dan [[ulama]] lainnya.
== Murid ==
Baris 21:
# Abu Bakr bin Abi Daud (anak dia).
# Zakariya bin Yahya As Saajy.
# Abu Bakr [[Ibnu
# Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari dia).
# Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari dia).
Baris 35:
Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di antaranya [[Imam Turmudzi]] dan [[Imam Nasa'i]]. [[Al Khatoby]] mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan isinya lebih banyak memuat [[fiqh]] daripada kitab ''[[Shahih Bukhari]]'' dan ''[[Shahih Muslim]]''. [[Ibnul A'raby]] berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Abu Dawud", maka dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. [[Al-Ghazali|Imam Al-Ghazali]] juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Abu Dawud" sudah cukup bagi seorang [[mujtahid]] untuk menjadi landasan hukum.
Ia adalah imam dari imam-imam [[Sunni|Ahlussunnah wal Jamaah]] yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kelompok Qadariyah, demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lainnya, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan diapun membantah Qadariyah dengan kitabnya ''Al Qadar'', demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu bisa dilihat pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.
Dia lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.
|