Damanik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia, Beliau → Dia
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: kekanan → ke kanan, kekiri → ke kiri, dimana → di mana
Baris 21:
Di satu tempat disebut Datu Parmata Manunggal, di lain kampong menyebut Raja Manualang, di egeri sana mengatakan Datu Parmata Tunggal dan dikampung anu menggelari Datu Partiga-tiga Sihapunjung.. Namun banyaknya gelaran terdapat unsur Tunggal atau satu dalam makna sebagai penunjuk orangnya hanya satu.
 
Di satu pihak ada cerita Datu Parmata Manunggal diangkat menjadi panglima kerajaan Nagur oleh Ayahandanya dengan jabatan panglima perang yang bermarkas di Bandar Meriah dengan wilayah pantai Timur Selat Malaka bagian Asahan dan Batubara sekitarnya. Armada pasukannya digempur kerajaan Singosari oleh kuasanya Panglima Indrawarman dari kerajaan Jambi. Pasukan panglima Nagur digempur habis-habisan di benteng pertahanan Bukit Kuba dekat kota perdagangan Simalungun, lokasi itu terkenal sekarang dengan Kramat – Kubah perdagangan tem[at dimanadi mana Beruk dan Monyet hidup berkeliaran berdampingan dengan manusia pengunjung sambil bersenda gurau; Sang Panglima hilang raib di benteng pertahanan di Bukit kubah dan pasukannya menjelma menjadi Beruk dan Monyet penghuni Bukit Kubah yang dikenal keramat itu.
 
Berkaitan dengan raibnya Sang Panglima munculnya keyakinan yang menimbukan kepercayaan masyarakat bahwa Sang Panglima dianggap menjelma menjadi keramat (=Sinumbah), tetapi cerita lain mengungkapkan bahwa Sang Panglima muncul di Negeri Uluan dengan nama samaran Raja Manualang, bersama tinggal dengan kenalannya Raja Mangatur Manurung dari Sionggang Negeri Uluan, akhirnya mengembala hingga Datu Bolon Parmata Manunggal tiadak pernah berdiam di suatu tempat, melanglang buana, memberikan pertolongan kepada yang susah, turun tangan menjauhkan bala.
Baris 49:
Tumbak, parang hasil karya, dipertukarkan untuk belanja, alat-alat besi beredar sudah, Raja Huta merasa curiga, harus diusir jangan sampai berkuasa.
 
Raja Jumorlang sebagai penguasa harus bertindak dengan segera. Perintah pada Jagoroha (Panglima) orang asing tangkap bawak segera. Parangan Panglima bergegas dengan pasukan berkuda, gendrang perang berbunyi, pasukan bergerak menuju tempat sembunyi orang Sakti. Panglima (Jagoroha) melirik kekananke kanan dan kekirike kiri, kumis dilintangkan memperhatikan situasi.
 
Orang Sakti tegak di depan di luar dugaan, tanpa sadar Jagoroha bersujud mohon Paduka sudi berkunjung kerumah Bolon (Istana Raja). Sang Datu menyuruh pergi, Panglima kembali sembari ngeri manusia sakti tidak peduli.