Museum Perjuangan Yogyakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia |
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox Historic building
| name=Museum Perjuangan Yogyakarta<br>
| image=Museum perjuangan yogyakarta.jpg
| latitude=-7.816466
| longitude=110.371795
| location_town=Jalan Kolonel Sugiyono 24, [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]
| location_country=
| construction_start_date= [[5 Oktober]] [[1959]]
| completion_date=[[29 Juni]] [[1961]]
| management=[[Museum Benteng Vredeburg]]
| style=[[Jawa]]-[[Romawi]]
}}
'''Musuem Perjuangan Yogyakarta''' ([[bahasa Jawa]]: [[Hanacaraka]], {{jav|꧋ꦩꦸꦱꦶꦲꦸꦩ꧀ꦥꦼꦂꦗꦸꦮꦁꦔꦤ꧀ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦡ꧉}}, ''Musium Perjuwangan Ngayogyakarta'') adalah museum yang memiliki koleksi mengenai perjuangan bangsa Indonesia. Terletak kurang lebih 2 km dari pusat kota [[Yogyakarta]].
==Sejarah==
Dalam rangka peringatan setengah abad kebangkitan nasional, di [[Yogyakarta]] pada tahun 1958 telah dibentuk sebuah panitia yang diberi nama '''"Panitia
Pada tanggal 20 Mei 1958, di halaman [[Gedung Agung]], Yogyakarta diadakan upacara peringatan setengah abad kebangkitan nasional. Selain itu juga dilakukan rangkaian kegiatan antara lain kerja bakti, gerakan menambah hasil bumi, mengumpulkan bingkisan untuk dikirim kepada kesatuan-kesatuan yang sedang berjuang menumpas pemberontakan, serta mengadakan ziarah ke makam para pahlawan nasional. Meski demikian, panitia merasa ada sesuatu yang kurang. Oleh karena itulah
Baris 22:
[[Berkas:Ndalem Brontokusuman.jpg|right|thumb|280px|Ndalem Brontokusuman terletak di belakang Museum Perjuangan Yogyakarta.]]
Seusai upacara tanggal 20 Mei 1958, diadakan rapat panitia. Rapat berhasil membentuk Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional yang anggotanya terdiri dari anggota Dewan Pimpinan Panitia Peringatan Setengah Abad Kebangkitan Nasional Yogyakarta. Sebagai tempat berdirinya monumen [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]] memberikan sebagian halaman nDalem Brontokusuman.
Adapun susunan dari panitia tersebut, sebagai berikut
* '''Ketua''' : [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]]
* '''Wakil Ketua I''': Sri [[Paku Alam VIII]]
* '''Wakil Ketua
* '''Wakil Ketua III''': Letkol Joesmin (EYD: Letkol Yusmin) (Kepala Staf Resimen Infantri 13)
* '''Wakil Ketua
* '''Wakil Ketua''': Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo (EYD: Sudarisman Puwokusumo) (Kepala Daerah Kota Praja Yogyakarta)<ref>[http://www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/21 Sudarisman Purwokusumo] Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.</ref>
* '''
* '''Anggota''':
*
*:K.R.T Kertoprodjo (EYD: K.R.T Kertoprojo) (Kepala Jawatan Keuangan DIY)
*:R. Rio Darmoprodjo (EYD: R. Rio Darmoprojo) (Kepala Jawatan Sosial DIY)
*:R. Mangoenwasito (Kepala Djawatan PP dan K. DIY)
*
*:Lets. Soejoedi (Ketua BKSPM DIY)
*:Soesila Prawirosoesanto (Angggota PPN dari [[Partai Nasional Indonesia]])
*:Bismo Wignyoamidjojo (Anggota PPN dari [[Partai Komunis Indonesia]])
*:S. Mangoenpuspito (Anggota PPN dari partai [[Masyumi]])
*:R.W. Probosoeprojo (Anggota PPN dari [[Partai Nasional Indonesia]])
*:Winoto (Anggota PPN dari PRI)
*:Ds. SP. Poerbowijogo (Anggota PPN dari [[Partai Kristen Indonesia]])
*:Ibnoe Moekmin (Anggota PPN dari Partai Syarikat Islam Indonesia)
*:
*:
*:Ny. Sahir Nitihardjo (Ketua POWJ)
*:K.R.T Labaningrat (Sekretaris I Pem. Yogyakarta)
*:Prof. Ir. Soewandi (Ahli Bangunan dari [[Universitas Gadjah Mada]])
*:R.M. Srihandojokoesoemo (Ahli Kebudayaan)
*:Soedharso Pringgobroto (Ahli Kesenian dari Jawatan PP dan K DIY)
*:Kepala Perwakilan Jawatan Kebudayaan PP dan K
Selanjutnya untuk membahas apa dan bagaimana monumen itu kelak, panitia monumen setengah abad kebangkitan nasional membentuk panitia khusus. Karena jumlah anggota dari panitia ini berjumlah sembilan orang, maka sering disebut dengan '''Panitia Sembilan'''. Adapun susunan panitia sembilan tersebut adalah sebagai berikut:
* '''Ketua'''
* '''Sekretaris'''
* '''Anggota'''
*:Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo
*:Soenito Djojosoegito
*:Ny. Sahir
*:Bismo Wignjoamidjojo (EYD
*:Daljoeni
*:Fadlan AGN
*:
*:Mangoenwarsito
Pada tanggal [[22 Mei]] [[1958]] panitia khusus mengadakan rapat di gedung '''Japendi''' (Jawatan Penerangan). Rapat membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepanitiaan, arti penting monumen, letak monumen, bentuk monumen, sumber dana, dan rencana kerja. Pada tanggal 7 Juli 1958, dalam rapat pleno yang dipimpin oleh [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] panitia monumen setengah abad kebangkitan nasional menyetujui apa yang telah direncanakan dan dikerjakan oleh panitia khusus. Untuk merealisasikaimya, maka dalam rapat tersebut dibentuk dua panitia kecil.
Adapun susunan kepanitiaan tersebut sebagai berikut
*'''Panitia Teknis''', yang terdiri dari
** '''Ketua'''
** '''Sekretaris'''
** '''Anggota'''
*'''Panitia Keuangan''', yang terdiri dari:
** '''Ketua''': Soenarjo Mangoenpoespito (EYD: Sunaryo Mangunpuspito)
** '''Anggota''': diambilkan personel dari Resimen Infantri 13, Ds. S.P. Purbowijogo
Rapat juga menunjuk Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo untuk menghubungi pengurus/panitia yang dulu pernah dibentuk untuk mengambil alih pekerjaan mereka dan diminta supaya menunjuk sekarang wakilnya untuk duduk dalam Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional.
Baris 95 ⟶ 87:
Perlu disampaikan bahwa di [[Yogyakarta]] sejak tanggal 2 Desember 1952 telah dibentuk panitia sementara yang bermaksud merencanakan berdirinya sebuah museum perjuangan yang akan digunakan untuk menyimpan dan memelihara benda-benda yang dipergunakan oleh rakyat [[Indonesia]] pada masa perjuangan kemerdekaan.
Adapun susunan kepanitiaan pada waktu itu adalah
* '''Ketua'''
* '''Wakil Ketua'''
* '''Sekretaris'''
* '''Bendahara'''
* '''Anggota'''
*:Kol. Bachrun, Overste Sarbini
*:Pemb. Komisaris Besar Polisi Sudjono Hadipranoto
*:R. Patah
*:Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo.
Selanjutnya Panitia Sementara Museum Perjuangan menyerahkan barang-barang yang berhasil dikumpulkannya, antara lain berupa :
# Barang-barang berupa pakaian dan lain-lain yang dipakai oleh Panglima Besar Jenderal [[Soedirman]] ketika bergerilya.
# Tas yang dipergunakan Drs. [[Mohammad Hatta]] ketika perundingan [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]], [[Belanda]].
# Barang-barang berupa senapan, juga pedang dari [[Aceh]]
# Uang dengan jumlah beberapa ratus [[rupiah]]
# Uang yang dijanjikan oleh Presiden [[Soekarno]] sebanyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) dengan catatan supaya panitia monumen berhubungan langsung dengan dia
Sejak saat itu kata Museum Perjuangan mulai digunakan lagi, dan menggeser kepopuleran kata '''Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional'''. Berita-berita yang muncul di koran-koran juga mendorong perubahan penyebutan dari Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional menjadi '''Museum Perjuangan'''.
Karena itulah, pada tanggal 14 Mei 1959 Museum Pusat TNI AD<ref>[http://www.disjarah-ad.org/museum-pusat-ad.html Museum Pusat Angkatan Darat]</ref> menghubungi Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional di [[Yogyakarta]] dengan mengutus Kapten Kamari Sampurno untuk mengadakan pembicaraan dengan Soetardjo selaku Sekretaris Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional di Yogyakarta.
Dalam rapat pleno keempat tanggal 19 Juni 1959, ketua panitia teknik Prof. Ir. Soewandi memberikan penjelasan tentang rencana dan bentuk bangunan. Ide bentuk bangunan muncul dari [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]]. Museum akan berbentuk bulat, sedang ornamen-ornamen akan diambilkan dari macam-macam candi.
Baris 127 ⟶ 114:
Terkait dengan masalah permohonan dana ke pemerintah pusat, ditunjuk Soetardjo (Kepala Djapendi Yogyakarta) selaku Sekretaris Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Hasilnya pemerintah RI sanggup memberikan dana Rp 8.000.000, serta menyanggupkan diri hadir dalam peringatan 10 tahun Yogya Kembali.
Pada tanggal 29 Juni 1959 di Gedung Negara Yogyakarta (Gedung Agung) diadakan peringatan 10 tahun Yogya Kembali<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2012/02/27/177386688/Peristiwa-Yogya-Kembali-Diusulkan-Diperingati Tempo.co: Peristiwa Yogya Kembali Diusulkan Diperingati], Peristiwa bersejarah "Yogya Kembali" yang berlangsung 29 Juni 1949 dianggap layak diperingati sebagai peristiwa nasional. Ide itu muncul menjelang peringatan 63 tahun "Serangan Oemoem 1 Maret" dan "Yogya Kembali" di Kota Yogyakarta.</ref> yang dihadiri oleh tokoh-tokoh selama [[Agresi Militer Belanda II]]. Sebagai wakil pemerintah pusat hadir Wakil Perdana Menteri I Mr. Hardi yang mewakili Perdana Menteri Ir. Djuanda yang waktu itu sedang berada di luar negeri. Berkenan memberikan sambutan dalam acara tersebut antara lain Kepala Daerah dan Ketua DPRD Siswosoemarto dan Wakil Perdana Menteri I Mr. Hardi. Dalam sambutannya, Wakil Perdana Menteri I Mr. Hardi, mewakili pemerintah menyatakan persetujuannya terhadap pendirian Museum Perjuangan di Yogyakarta.
Pada tanggal 1 Juli 1959 bertempat di Gedung Wilis, Kepatihan, Yogyakarta, diadakan rapat pleno yang kelima. Rapat dipimpin oleh [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]]. Dalam rapat tersebut berhasil dibentuk seksi-seksi beserta anggota. Adapun seksi-seksi tersebut antara lain
'''Seksi l (Pembangunan Gedung Museum)'''
* '''Ketua'''
* '''Anggota'''
*: K.R.T. Mertosono
*: K.R.T. Mertopuro
*: Dr. Sahir Nitihardjo
*: Winoto
'''Seksi II (Pengumpulan Barang-barang dari pihak sipil)'''
* '''Ketua''' : Darmosugito
*'''Anggota''' : I. Hutauruk
*:Wakil dari Sonobudoyo
*:Soetardjo
*:Soesilo Prawirosusanto
*:Soenito Djojosoegito (EYD
'''Seksi III (Pengumpulan Barang-barang dari pihak militer)'''
* '''Ketua''' : Kapten Kamari Sampurno
*'''Anggota''': Dari Resimen Infantri 13
*:Dari KMK Jogjakarta
'''Seksi IV (Usaha sesudah Museum Jadi dan dibuka)'''
* '''Ketua''' : AZ. Djojoaminoto
* '''Anggota''' : S. Mangunpuspito
*:K.R.T. Kertoprodjo
'''Seksi V (Relief)'''
*Ketua : Ny. Sahir Nitihardjo
*Anggota: Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo
*:R. W. Probosoeprodjo
*:Soemardjo, L. E
*:Joemadi
'''Seksi VI (Administrasi Keuangan)'''
*'''Ketua''' : S. Mangun Puspita
*'''Anggota''': AZ. Djojoaminoto (EYD : AZ. Joyoaminoto)
*:K.R.T. Kertoprodjo
'''Seksi VII (Penerangan dan Propaganda)'''
* '''Ketua''' : Soetardjo
* '''Anggota''' : Sdr. Prodjosudono
*:Toekidjo Handojo (EYD : Tukijo Handoyo)
*:Soedomo Bandjaransari
Laporan pelaksanaan tugas seksi-seksi tersebut disampaikan dalam rapat pleno tanggai 26 Juli 1959. Dengan mempertimbangkan masukan dan laporan-laporan dari tiap seksi maka ditetapkan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1959 dilakukan pemasanan patok pertama kali. Upacara pemasangan patok pertama dilakukan halaman ndalem Brontokusuman Yogyakarta. Upacara ini berlangsung tepat 12.00 WIB usai upacara resmi di Gedung Negara Yogyakarta (Gedung Agung) selesai. Hadir dalam acara tersebut antara lain para pembesar sipil maupun militer beserta tamu undangan. Karena [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]] sedang menjalani tugasnya di tempat lain maka pemasangan patok pertama dilaksakan oleh Sri [[Paku Alam VIII]]. Dengan demikian sudah dapat dipastikan tanda dimana gedung Museum Perjuangan Yogyakarta nantinya akan dibangun.
Baris 179 ⟶ 166:
Pada tanggal 21 Agustus 1959 diadakan rapat pleno yang ke tujuh. Rapat ini dipimpin oleh Ketua Panitia [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]] dan bertempat di Gedung Wilis, Kepatihan, Yogyakarta. Dalam rapat tersebut [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]] melaporkan hasil kunjungannya selama di Jakarta, antara lain keberhasilannya menemui Perdana Menteri Ir. Djuanda dan Menteri Keamanan Nasional Letnan Jenderal A.H. Nasution.
Mengenai uang
* Termin pertama
* Termin kedua
* Termin ketiga
Pada tanggal 1 September 1959 diadakan pertemuan antara Seksi I (Pembangunan Gedung Museum) dengan para pemborong yang datang dari berbagai kota besar di Jawa seperti dari [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Semarang]], [[Solo]], [[Surabaya]], [[Malang]] dan [[Yogyakarta]]. Pertemuan tersebut diadakan di ruang Perpustakaan Djapendi. Penjelasan mengenai gambar proyek gedung museum dan cara-cara memasukkan penawaran diberikan oleh Soedarman.
Baris 226 ⟶ 213:
Setelah upacara pemasangan batu terakhir selesai, dilanjutkan upacara penyerahan gedung oleh Wakil NV I.E.C. yaitu Sdr. Poegoeh kepada [[Sri Sultan Hamengkubuwana IX]] selaku Ketua Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Setelah upacara pemasangan batu terakhir selesai dilaksanakan, maka anggota panitia mengadakan rapat pleno yang ke sepuluh bertempat di ruang ndalem Brontokusuman. Dalam rapat tersebut selain diperdengarkan laporan dan seksi-seksi, juga dibicarakan hal-hal yang belum selesai terkait dengan pembukaan museum untuk umum. Setelah rapat selesai, Ketua panitia menyimpulkan bahwa pembukaan Museum Perjuangan [[Yogyakarta]] yang semula direncanakan tanggal 6 Juli 1961 diundur menjadi tanggal 5 Oktober 1961, bertepatan dengan peringatan Hari Angkatan Perang. Hal itu dengan pertimbangan, antara lain :
#Diselenggarakannya Pekan Raya Dwi Windu Kemerdekaan RI dari tanggal 6 Juli -24 Agustus 1961.
#Adanya pertunjukan Ballet Ramayana di [[Prambanan]], hingga suasana tidak menguntungkan untuk membuka museum untuk umum.
Meski demikian, rencana tersebut juga tidak dapat terlaksana karena suatu hal. Akhirnya museum berhasil dibuka untuk umum pada tanggal 17 November 1961 oleh Sri [[Paku Alam VIII]] melalui sebuah upacara pembukaan.
Dari uraian di atas, secara ringkas proses pembangunan Museum Perjuangan Yogyakarta dapat disebutkan sebagai berikut
#Pencangkulan pertama tanggal '''5 Oktober 1959''' oleh Sri [[Paku Alam VIII]] sebagai tanda dimulainya pembangunan Museum Perjuangan Yogyakarta
#Upacara Pembukaan Museum tanggal '''17 November''' 1961 oleh Sri [[Paku Alam VIII]] sebagai tanda dibukanya Museum Perjuangan Yogyakarta untuk umum.
Setelah museum dibuka untuk umum selanjutnya museum dikelola langsung oleh panitia setengah abad kebangkitan nasional di Yogyakarta. Meski demikian secara operasional pengelolaan Museum Perjuangan ditangani oleh Jawatan Penerangan Daerah Istimewa Yogyakarta (Japendi). Oleh karena pengelolaan museum ditangani oleh sebuah panitia dan bukan sebuah yayasan yang dibentuk untuk menanganinya, maka kegiatan Museum Perjuangan Yogyakarta mengalami pasang surut. Bahkan sempat tutup beberapa waktu lamanya.
Baris 248 ⟶ 230:
==Arti dan Makna Bangunan Museum Perjuangan==
Bangunan Museum Perjuangan secara keseluruhan memiliki arti dan makna sesuai dengan tujuan bangunan didirikan. Bangunan gedung berbentuk bulat silinder dengan garis tengah 30 meter dan tinggi 17 meter. Bangunan ini merupakan perpaduan bentuk bangunan model zaman [[Romawi]] Kuno dengan bangunan model timur, yang dinamai ''
Di bagian kiri dan kanan pintu masuk museum terdapat hiasan makara berbentuk binatang laut. Bagian atap gedung berbentuk topi baja model [[Amerika]] dengan hiasan puncak lima buah bambu runcing yang berdiri tegak di atas bulatan dunia. Sedang bulatan dunia itu sendiri terletak di atas lima buah trap.
Baris 256 ⟶ 238:
Di bagian depan pintu masuk museum terdapat trap berjumlah 17 buah. Kemudian daun pintu masuk berjumlah 8 buah. Jendela pada sekeliling dinding luar museum dipisahkan oleh pilar yang dihias ukiran lung-lungan menyerupai api yang tak kunjung padam berjumlah 45 buah. Selain itu juga dilengkapi dengan 10 patung kepala pahlawan nasional serta 37 relief sejarah perjuangan bangsa [[Indonesia]] sejak zaman pergerakan nasional sampai dengan pemulihan kedaulatan tahun 1950.
Bentuk bangunan tersebut secara keseluruhan mengandung arti simbolis bahwa Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan bangsa [[Indonesia]] sendiri, bukan hadiah dari bangsa lain, masyarakat Indonesia adalah masayarakat yang adil makmur berdasarkan [[Pancasila]] dan UUD 1945. Sedangkan jumlah trap, daun pintu dan jendela melambangkan tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan. Hiasan pilar pemisah jendela ini memiliki arti simbolis semangat bangsa Indonesia yang tak pernah pudar dalam memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan melaksanakan pembangunan menuju masyarakat adil makmur berdasarkan [[Pancasila]] dan [[UUD 1945]].
==Pengelolaan Museum Perjuangan Yogyakarta==
# '''Tahun 1961 - 1963''', Museum Perjuangan Yogyakarta dikelola oleh Panita Setengah Abad Kebangkitan Nasional di Yogyakarta. Pada saat ini museum dibuka untuk umum dan terbuka bagi kunjungan masyarakat.
# '''Tahun 1963 - 1969''', di karenakan pendanaan museum ditutup untuk umum. Urusan perawatan gedung dan koleksi museum diserahkan kepada Museum Angkatan Darat waktu itu berkedudukan di Ndalem Brontokusuman, tepat di belakang Museum Perjuangan.
# '''Tahun 1970 - 1974''', museum masih tertutup untuk umum. Pada masa ini Museum Perjuangan Yogyakarta dalam pengawasan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta c.q. Inspeksi Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Yogyakarta.
# '''Tahun 1974 - 1980''', museum tertutup untuk umum. Pada tahun 1974 Museum Perjuangan Yogyakarta oleh Pemerintah Daerah DIY diserahkan kepada [[Museum Sonobudoyo]] untuk dikelola sebagai bagian dari [[Museum Sonobudoyo]]. Pada masa ini pengelolaannya berada dibawah Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan (PSK) Kanwil Depdikbud Prop.Yogyakarta. Selanjutnya oleh PSK dilakukan pemugaran.
# '''Tahun 1980 - 1997''', museum berada dibawah pengelolaan [[Museum Sonobudoyo]].Tanggal 30 Juni 1980 museum mulai dibuka untuk umum dibawah Museum Negeri Sonobudoyo/Direktorat Permuseuman Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan dipimpin oleh seorang koordinator.
untuk umum bulan Juli 2008.
# Pada bulan Juli Tahun 2008 di Museum Perjuangan juga ditempatkan koleksi-koleksi sejarah Persandian Indonelia di lantai bawah dan lebih dikenal [[Museum Sandi]] yang dikelola oleh [[Lembaga Sandi Negara]].
== Koleksi-koleksi museum==
[[Berkas:Koleksi museum perjuangan yogyakarta.jpg|right|thumb|380px|Koleksi Museum Perjuangan Yogyakarta.]]
Koleksi museum dibedakan menjadi dua yaitu di dalam dan di luar.
# '''Tata Pameran di Luar Gedung'''
#:'''Patung Kepala Pahlawan Nasional''' yang berjumlah 10 buah. Berikut nama-nama kesepuluh pahlawan tersebut.
#:#[[Sultan Hasanuddin]]
#:#Kapitan [[Pattimura]]
#:#Pangeran [[Diponegoro]]
#:#[[Tuanku Imam Bonjol]]
#:#[[Teuku Umar]]
#:#Dr. [[Wahidin Soedirohoesodo]]
#:#[[Ki Hadjar Dewantara]]
#:#[[Mohammad Husni Thamrin]]
#:#Jenderal [[Soedirman]]
#:'''Koleksi relief''' yang menceritakan peristiwa sejarah sejak dari masa lahirnya [[Budi Utomo]] sampai dengan masa bersatunya lagi pemerintahan RI yaitu dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950.
#:#Lahirnya [[Sarekat Islam]]
#:#Lahirnya National [[Indische Partij]]
#:#Lahirnya [[Muhammadiyah]]
#:#Lahirnya [[Taman Siswa]]
#:#Perlawanan rakyat terhadap penjajahan [[Belanda]]
#:#Lahirnya [[Partai Nasional Indonesia]]
#:#Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
#:#Kongres Pemuda II
#:#Kongres Wanita Indonesia
#:#Lahirnya [[Gabungan Politik Indonesia]] (GAPI)
#:#Perang Dunia II
#:#Penindasan [[Jepang]]
#:#Menyerah [[Jepang]] kepada Sekutu
#:#Proklamasi kemerdekaan Indonesia
#:#Gema proklamasi dalam peristiwa Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)
#:#Konsolidasi kekuasaan Jepang oleh rakyat Indonesia
#:#Insiden Bendera Tunjungan di [[Surabaya]]
#:#Pemberontakan [[Tentara Keamanan Rakyat]]
#:#Kongres Pemuda I
#:#Sidang I Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
#:#Perpindahan ibukota RI ke [[Yogyakarta]]
#:#Perang [[Puputan]] di [[Bali]]
#:#Berdirinya [[Universitas Gadjah Mada]]
#:#Peristiwa Bandung Lautan Api
#:#Politik Diplomasi tahun 1948
#:#Pengangkutan eks tahanan warganegara Belanda dan eks tentara Jepang
#:#[[Agresi Militer Belanda I]]
#:#Kongres Kebudayaan di [[Magelang]] tahun 1948
#:#[[Pekan Olahraga Nasional]] di [[Solo]]
#:#[[Agresi Militer Belanda II]]
#:#[[Serangan Umum 1 Maret 1949]]
#:#Penarikan tentara Belanda dari [[Yogyakarta]]
#:#Para Pemimpin Negara kembali ke Yogyakarta 6 Juli 1949
#:# [[Konferensi Meja Bundar]]
#:#Pengakuan Kedaulatan RI oleh [[Belanda]] 27 Desember 1949
#:#Terbentuknya [[Republik Indonesia Serikat]]
# '''Tata Pameran Kedua''' di dalam ruang (Indoor)
## Replika meriam yang dltemukan di dalam kompleks [[Museum Benteng Vredeburg]] Yogyakarta.
## Miniatur Kapal Armada Laut Belanda
## Meja kursi tamu kapten Widodo, Sepeda Tentara Pelajar
## Replika Senjata Senladu VOC yang beru|ud laras pendek
## Buku Ilmu Kedokteran dari [[Stovia]]
## Barang-barang milik R.M [[Soerjopranoto]] yang berwujud udheng (penutup kepala), mesin ketik, dan peralatan makan (piring dan centong)
## Miniatur Kepanduan yang terdiri dari: Miniatur Pandu [[Hizbul Wathan]] (HW), Miniatur Pandu Rakyat, dan Miniatur [[Pramuka]]
##Tugu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia)
##Pakaian Pandu Mataram bagian Wanita
##Keranjang rumput yang dipakai oleh para pejuang di [[Bali]]
## Mata Uang VOC, Klise mata uang ORI, dan uang ORI
##Meja Guru Militer Akademi Yogyakarta
##Perlengkapan milik Tjilik yang merupakan pejuang dari Bali yang tongkat, bumbung, perples, cangkir bambu, pinggang rotan, dan dokumen perjuangan.
##Perlengkapan Ir. [[Soekarno]] di Rengasdengklok yang terdiri dari tempat tidur, meja, kursi dan peralatan minum milik Djiaw Kie Slong.
##Perlengkapan Milik Soekimin, salah seorang anggota [[Tentara
Pelajar]] yang terdiri dari arsip surat-surat penting, buku catatan harian, topi pakaian Tentara Pelajar, dan Bendera Merah Putih.
##Perlengkapan SPN (Sekalah Polisi Negara) di Nanggulan, yang terdiri dari Meja, kentongan, dan lampu senthir.
##Tas Kayu, Bambu Runcing, [[Samurai]], Radio Perjuangan, Lumpang batu
##Plakat-plakat perjuangan
##Kentongan Kesekretariatan MBKD ( Markas Besar Komando Djawa)
##Perlengkapan Kepolisian yang dipakai Kepolisian [[Gunungkidul]] sebelum tahun 1958.
## Tas Kulit Milik Drs. Moh. Hatta
##Peralatan Minum Pangsar Jenderal [[Sudirman]]
##Perlengkapan Kolonel Zulkifli Lubis dan Letkol. Suhano
##Replika patung [[Nyi Ageng Serang]], [[Dewi Sartika]], Dr.Soetomo, Tirto Koesoemo, K.H.A Dahlan, R.M. [[Soerjopranoto]], [[Adi Sutjipto]], Ir. [[Soekarno]], Letjend. Oerip Soemoharjo, Drs. [[Moh. Hatta]].
##Lukisan-lukisan peristiwa sejarah, yaitu: Pernyataan Negeri Ngayogyakarta, Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung, Korban Pertempuran Kotabaru, Penawanan Tentara Pelajar di daerah [[Prambanan]], [[Serangan Umum 1 Maret 1949]], Dapur Umum di daerah Gerilya di Kulonprogo.
== Referensi ==
|