Duryodana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Irfanco21 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik
Baris 36:
[[Berkas:Draupadi humiliated RRV.jpg|right|thumb|300px|Dropadi dihina di muka umum saat Pandawa dan Korawa main dadu.]]
 
Duryodana memiliki sifat iri hati terhadap kekayaan [[Yudistira]] serta kemegahannya di [[Indraprastha]]. Terlebih lagi kepada para [[Pandawa]] lainnya yang selalu membuat hatinya jengkel. Berbagai usaha ingin dilakukannya untuk menyingkirkan para Pandawa, namun selalu gagal berkat perlindungan [[Kresna]]. Duryodana memiliki seorang paman bernama [[Sangkuni]]. Sifatnya sangat licik dan senang melontarkan ide-ide buruk untuk memengaruhi keponakannya tersebut.
 
Saat Duryodana datang berkunjung ke Istana [[Indraprastha]], ia terkagum-kagum dengan kemegahan istana tersebut. Saat memasuki sebuah ruangan, ia mengira sebuah kolam sebagai lantai. Tak pelak lagi ia tercebur. Kejadian tersebut disaksikan oleh [[Dropadi]]. Ia tertawa terpingkal-pingkal dan menghina Duryodana. Ia mengatakan bahwa anak orang buta ternyata ikut buta juga. Mendengar hal itu, Duryodana sangat sakit hati. Dalam hati, ia marah besar terhadap [[Dropadi]].
Baris 54:
Dalam [[perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]], Duryodana didampingi ksatria-ksatria kuat dan dengan segenap tenaga melindunginya, seperti misalnya [[Bisma]], [[Drona]], [[Karna]], [[Aswatama]], [[Salya]], dan lain-lain. Ia menggantungkan harapannya untuk meraih kemenangan kepada Bisma dan Karna, karena mereka adalah ksatria yang unggul dan setara, atau bahkan melebihi [[Arjuna]]. [[Karna]] yang bersumpah setia akan selalu memihak Duryodana, berusaha memberikan yang terbaik bagi sahabatnya tersebut. Namun satu-persatu ksatria besar yang memihak Duryodana, gugur di medan laga dalam usaha membela Raja [[Hastinapura]] tersebut, termasuk ksatria yang sangat diharapkan Duryodana, yaitu [[Bisma]] dan [[Karna]]. Begitu pula saudara-saudaranya, seperti misalnya [[Dursasana]], Wikarna, Bima, [[Citraksa]], dan lain-lain.
 
Akhirnya, hanya beberapa ksatria besar di pihak Korawa masih bertahan hidup, seperti misalnya [[Kretawarma]], [[Krepa]], [[Aswatama]], dan [[Salya]]. Pada pertempuran di hari kedelapan belas, ia mengangkat Salya sebagai senapati pihak [[Korawa]], namun pada hari itu juga Salya gugur di tangan [[Yudistira]]. Menjelang akhir peperangan tersebut, Duryodana mulai merasa cemas akan kekalahannya.
 
== Anugerah Gandari ==
Baris 77:
== Pandangan lain ==
 
Dalam pandangan para sarjana [[Hindu]] masa kini, Duryodana merupakan raja yang kuat dan cakap, serta memerintah dengan adil, namun bersikap licik dan jahat saat berusaha melawan saudaranya ([[Pandawa]]). Seperti [[Rawana]], Duryodana sangat kuat dan berjaya, dan ahli dalam ilmu agama, namun gagal untuk mempraktekkannyamempraktikkannya dalam kehidupan. Namun kebanyakan umat [[Hindu]] memandangnya sebagai orang jahat yang suka mencari masalah.
 
Duryodana juga merupakan salah satu tokoh yang sangat menghormati orangtuanya. Meskipun dianggap bersikap jahat, ia tetap menyayangi ibunya, yaitu [[Gandari]]. Setiap pagi sebelum berperang ia selalu mohon do'a restu, dan setiap kali ia berbuat demikian, ibunya selalu berkata bahwa kemenangan hanya berada di pihak yang benar. Meskipun jawaban tersebut mengecilkan hati Duryodana, ia tetap setia mengunjungi ibunya setiap pagi.
Baris 86:
* [[Korawa]]
* [[Sabhaparwa]]
 
 
{{Tokoh Mahabharata}}