Partuturan (Batak Simalungun): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wsaragih (bicara | kontrib)
k tambah kategori adat
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 1:
[[ImageBerkas:AdatSimalungun.jpg|thumb|Pakaian Adat Simalungun didominasi oleh Ulos. Penutup kepala lelaki disebut Gotong sedangkan yang dikenakan perempuan disebut Suri-suri.]]
'''Partuturan''' adalah cara [[suku Simalungun]] menentukan perkerabatan atau keteraturan yang merupakan bagian dari hubungan [[keluarga]] (''pardihadihaon'') dalam kehidupan sosialnya sehari-hari terutama dalam acara [[adat]].
 
== Asal-usul ==
Awalnya orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “''hasusuran''” (tempat asal nenek moyang) dan "''tibalni parhundul''" (kedudukan/peran) dalam "''horja-horja adat''" (acara-acara adat). Hal ini dapat dilihat pada pertanyaan yang diajukan oleh seorang Simalungun di saat orang mereka saling bertemu, dimana bukan langsung bertanya “''aha marga ni ham''?” (apa marga anda) tetapi “''hunja do hasusuran ni ham'' (dari mana asal-usul anda)?"
Hal ini dipertegas lagi oleh [[pepatah]] Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih).
 
Sebagian sumber menuliskan bahwa hal tersebut disebabkan karena seluruh [[Marga Batak|marga]] raja-raja Simalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan [[Kota Pematangsiantar|Siantar]] ([[Damanik]]), raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, Raja Panei dari Putri Raja Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya, Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.
 
Setelah marga-marga dalam suku Simalungun semakin membaur, partuturan semakin ditentukan oleh ''partongah-jabuan'' (pernikahan), yang mengakibatkan pembentukan hubungan perkerabatan antara [[keluarga]]-keluarga Simalungun.
 
== Kategori partuturan ==
Partuturan dalam suku Simalungun di bagi ke dalam 3 kategori menurut kedekatan hubungan seseorang, yaitu:<ref>Jaumbang Garingging, Palar Girsang, Adat Simalungun, Medan, 1975</ref>
 
=== ''Tutur manorus'' (langsung) ===
Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.
*Ompung: orangtua ayah atau ibu, saudara (kakak/adik) dari orangtua ayah atau ibu
Baris 27:
*Parmaen: istri dari anak; istri dari keponakan; anak perempuan dari saudara perempuan istri; amboru dan mangkela kita memanggil istri kita parmaen
*Nasibesan: istri dari saudara (Ipar) lelaki dari istri kita atau saudara istri kita
*Hela: suami dari puteri kita; suami dari puteri dari kakak/adik kita
*Gawei/Eda: hubungan wanita dengan istri saudara lelakinya
*Lawei: istri dari saudara lelaki
Baris 37:
*Siminik: cucu dari Nono/Nini
 
=== ''Tutur holmouan'' (kelompok) ===
Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun
*Ompung Nini: ayah dari ompung
Baris 62:
*Anakborusanina
 
=== ''Tutur natipak'' (kehormatan) ===
Tutur natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.
*Kaha: digunakan pada istri dari saudara laki-laki yang lebih tua. Bagi wanita, kaha digunakan untuk memanggil suami boru dari kakak ibu.
Baris 81:
*Tuan: dulu digunakan untuk memanggil pemimpin huta (kampung), atau pada keturunan Raja
*Sibursok: sebutan bagi anak laki yang baru lahir
*Sitatap: sebutan bagi anak perempuan yang baru lahir
*Awalan Pan/Pang: sebutan bagi seorang Laki yang sudah memiliki Anak, misal anaknya Ucok, maka Ayahnya disebut '''pan-Ucok/pang-Ucok'''.
*Awalan Nang/Nan: sebutan bagi seorang perempuan yang sudah memiliki anak, misal anaknya Ucok, maka ibunya disebut '''nan-Ucok/nang-Ucok'''.
 
== Catatan ==
<references />
 
[[Kategori:Simalungun|Partuturan]]
[[Kategori:Adat]]