Wanua Manurung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
J. Noor Umarisa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Dexbot (bicara | kontrib)
k Bot: Parsoid bug phab:T107675
Baris 7:
 
Berawal dari cerita rakyat tentang [[Sawerigading]] yang merupakan seorang putera [[raja]] [[Kabupaten Luwu|Luwu]] dari ''Kerajaan Luwu Purba'', Sulawesi Selatan, Indonesia, Wanua Manurung adalah kawasan penting dalam catatan perjalanan tokoh tersebut. Dalam bahasa setempat Sawerigading berasal dari dua kata, yaitu ''sawe'' yang berarti menetas (lahir), dan ''ri gading'' yang berarti di atas bambu betung. Jadi nama Sawarigading berarti keturunan dari orang yang menetas (lahir) di atas bambu betung<sup>[1]</sup>. Nama ini dikenal melalui cerita yang termuat dalam Sureq Galigo (Periksa Edisi [[H. Kern]] [[1939]]), dimulai ketika para dewa dilangit bermufakat untuk mengisi dunia ini dengan mengirim ''Batara Guru'' anak patotoe di langit dan ''Nyilitomo''
<nowiki> </nowiki>anak guru ri Selleng di peretiwi (dunia bawah) untuk menjadi penguasa
di bumi. Dari perkawinan keduanya lahirlah putra mereka yang bernama ''Batara Lattu’'', yang kelak menggantikan ayahnya penguasa di Luwu.
 
Baris 18:
 
Mengenai masa hidup Sawerigading terdapat berbagai versi di kalangan ahli sejarah. Menurut versi Towani-Tolotang di [[Kabupaten Sidenreng Rappang|Sidenreng]],
<nowiki> </nowiki>Sawerigading lahir pada tahun [[564 |564 M]]. Jika versi ini dihadapkan dengan
beberapa versi lain, maka data ini tidak terlalu jauh perbedaanya. Untuk
<nowiki> </nowiki>lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan tiga versi mengenai masa
hidup Sawerigading, yaitu :
# Versi [[Sulawesi Tenggara]], [[abad V]];
Baris 26:
# Versi [[Kelantan]] - [[Terengganu]], tahun [[710]].
Fakta sejarah memberi pandangan bahwa cerita Sawerigading mempunyai nilai ''sejarah''
<nowiki> </nowiki>yaitu adanya kronik di [[Kabupaten Bone|Bone]], [[Kabupaten Soppeng|Soppeng]] dan [[Kabupaten Wajo|Wajo]] yang menyatakan bahwa raja pertama
<nowiki> </nowiki>mereka adalah [[Sawerigading|Tomanurung]] yang bersumber dari keturunan Sawerigading.
Demikian pula kaum bangsawan di Sulawesi Selatan, termasuk Luwu,
menganggap bahwa La Galigo dan Sawerigading adalah nenek-moyang mereka.
Dalam silsilah raja-raja di Sulawesi Selatan ''Lontara Panguriseng'',
<nowiki> </nowiki>di puncak silsilah itu terdapat tokoh-tokoh La Galigo, Sawerigading,
Batara Lattu’ dan Batara Guru. Menurut Mills, yang menciptakan silsilah
itu raja-raja itu sendiri untuk memperoleh legitimasi magis-religius
yang menurut dugaan meniru model-model kronik Jawa.
<nowiki> </nowiki>Sebenarnya mereka tidak menyebut tokoh Sawerigading sebagai tokoh
sejarah, tetapi mereka mengklaim bahwa tokoh-tokoh itu benar-benar ada,
walaupun sebagian besar ceritanya adalah fiksi.