Dlingo, Dlingo, Bantul: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dlingo adalah desa di kecamatan Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa Dlingo merupakan desa yang secara religius beraneka ragam, secara ekonomi didominasi sektor pertanian. |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k clean up, replaced: Didalam → Di dalam, Beliau → Dia, removed stub tag |
||
Baris 15:
Sejarah
Dlingo berasal dari kata Delengo (lihatlah) hal ini terjadi disaat Ki ageng Perwito Sidiq mengungkap adanya tumurunnya Ratu Kencono di sebuah bukit Gunung Pasar melalui sebuah Bokor Kencono di Desa Krendetan, Delanggu.Hal ini didasari lelaku ki Ageng Giring III untuk meraih kamulyan dengan menggiring wahyu keprabon dari Majapahit (malang). Desa Dlingo yang pada mulanya merupakan daerah inclave Imogiri yang menginduk ke kasunanan Surakarta. Menurut Undang-undang Darurat nomor 5 tahun 1957 daerah enclave Imogiri (Surakarta) dan Kotagede (Surakarta) telah dimasukkan kedalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan Surat Keputusan DPR DIY Nomor 18/K/DPR/1955 dan dituangkan dalam PERDA DIY Nomor 1 tahun 1958 tentang Perubahan Batas - batas dan nama kapanewon-kapanewon Imogiri, Gondowulung dan Kotagede dalam Kabupaten Bantul. Dalam rangka menambah kelancaran dan efisiensi pemerintahan Lima kapanewon (Imogiri (ska), Imogiri (Yk), Kotagede (ska), Kotagede (yk), Gondowulung tersebut dijadikan empat kapanewon yakni Imogiri, Dlingo, Banguntapan, Pleret. Kapanewon Dlingo terdiri dari 6 Desa yakni Dlingo, mangunan, Temuwuh, Muntuk (Imogiri ska) dan Terong, Jatimulyo (kotagede ska).
= Wisata =
'''1. Petilasan Gunung Pasar'''
Sebuah tempat bersejarah dalam khasanah kerajaan Mataram. Karena disinilah tempat bertemunya Ki Ageng Giring disaat mengejar Ki Ageng Pemanahan setelah meminum degan lambang wahyu keprabon kerajaan Mataram. Disaat Ki Ageng Pemanahan setelah sekian lama menunggu realisasi hadiah Raja Pajang atas kemampuannya menaklukan Kraton Jipang Panolan yang dipegang Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan bersama putranya Suto Wijoyo dan Ki Penjawi bahu membahu melaksanakan tugas tersebut dan atas jasanya diberi tanah merdikan Alas Mentaok. Disaat akan membuka alas mentaok diberi nasehat Sunan Kalijogo bahwa wahyu keprabon jawa berada di daerah Sodo Giring. Barang siapa yang bisa meminum kelapa Muda sekali teguk/sakdegan dari pohon kelapa gading yang tingginya digambarkan apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu akan terlihat kecil seperti burung emprit sehingga disebut pohon kelapa gading gagak emprit. Ki Ageng Giring sudah mendapat kelapa muda tersebut, namun karena belum haus tidak mungkin dia mampu meminum air kelapa muda tersebut sakdegan/ sekali tenggak untuk itu dia pergi ke ladang untuk bekerja dulu nanti setelah haus maka akan dapat menghabiskan air degan tersebut. Disaat Ki Ageng Giring tidak berada dirumah tersebut konon hadirlah Ki Pemanahan dirumah
'''2. Grojogan Lepo'''
Baris 29:
{{Dlingo, Bantul}}
|